Wednesday, November 30, 2016

Laporan Perjalanan Studi Komperatif wartawan Kota Sawahlunto



Minggu, 13 November 2016 pagi, rombongan wartawan berbagai media massa cetak dan elektronik yang bertugas Kota Sawahlunto, telah berkumpul didepan Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Kota Sawahunto. GPK itu berada di perempatan jalan dan mobil pariwisata pun telah stanby untuk mengangkut rombongan menuju Bandara International Minangkabau (BIM) tujuan Daerah Istimewa Yoyakarta dalam rangka studi komperatif wartawan.

Rombongan wartawan yang didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Kota Sawahlunto, H. Irzam. K, Kepala Bagian Humas Setdako Sawahlunto, Zainul Anwar, serta staf bagian Humas Setdako Sawahlunto lakukan kunjungan ke Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 13-16 November 2016. Perjalanan lancar dan aman tanpa ada halang melintang sehingga rombongan sampai ke tempat tujuan DIY dengan selamat.

Zainul Anwar, Kepala Bagian Humas Setdako Sawahlunto mengatakan bahwa kegiatan  berbentuk studi komparatif tersebut dengan menitikberatkan kepada pelaksanaan program-program pengembangan potensi kepariwisataan dan Gerakan Subuh Berjamaah di Yogyakarta yang merupakan salah satu pusat wisata heritage di Indonesia. Sehingga program tersebut nantinya bisa diterapkan di kota Sawahlunto dengan pengalaman yang dapat ambil. Sebab di kota Sawahlunto juga telah melaunching progran gerakan subuh berjemaah sejak beberapa waktu lalu.

"Maka, kunjungan pada hari pertama diawali dengan mengikuti shalat subuh berjamaah di masjid. Masjid tersebut telah lebih dahulu menerapkan program subuh berjamaah, seperti di Masjid Jogokariyan Yogyakarta serta beberapa masjid lainnya Agung Kota Gede Mataram. Rombongan yang dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melihat langsung penerapan program subuh berjemaah yang ada di kota tersebut," katanya.

Ia menjelaskan bahwa dilakukannya pembagian kelompok, agar masing-masing wartawan bisa lebih memahami tentang gerakan subuh berjamaah. Sebab, gerakan subuh berjamaah ini pun tengah dilaksanakan di Kota Sawahlunto. "Hal itu sangat dibutuhkan dalam membangun arah pemberitaan terkait program tersebut sehingga mampu memberikan nilai edukasi dalam membentuk karakter masyarakat Sawahlunto yang religius," ungkapnya.

Sementara itu, Pengurus Masjid Agung Kota Gede Mataram, Yogyakarta, Wahrisman, mengatakan bahwa shalat berjamaah sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Hal itu telah berlangsung sejak masa pemerintahan Raja Mataram, Panembahan Senopati. Masjid tersebut mulai dipugar pada 1856 yakni di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Sebab bangunan tersebut awalnya merupakan istana raja sebelum difungsikan sebagai rumah ibadah.

"Kita terus menggelorakan subuh berjamaah melalui program 'Seratusan Jamaah' serta melaksanakan pengajian-pengajian Al Quran dan Hadist pada beberapa hari tertentu dalam seminggu. Biasanya pengajian tersebut diselenggarakan setelah shalat isya dengan didahului pelaksanaan shalat maghrib dan isya secara berjamaah," katanya.

Ia menyebutkan bahwa Masjid tersebut selalu penuh pada saat kegiatan pengajian. Jemaah yang hadir tidak hanya masyarakat sekitar dilingkungan masjid, namun mereka juga berasal dari beberapa daerah sekitar. Selain itu, jemaah juga melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram yang lokasinya berdampingan dengan kawasan Masjid Agung tersebut.

Muherni, peserta studi komparatif yang meliput langsung kegiatan shalat subuh berjamaah di Masjid Agung Kota Gede Mataram tersebut mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan program shalat subuh berjamaah di kota itu didorong oleh kepatuhan masyarakat Yogyakarta kepada pemimpinnya. Kepatuhan itu muncul dari rasa cinta mereka terhadap Kanjeng Sultan yang selalu mengayomi dan melindungi mereka serta kegigihan para ulama dalam mensyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat.

"Nilai-nilai tentang hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan masyarakatnya itu patut dijadikan teladan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Perilaku kepemimpinan yang melindungi serta mengayomi setiap individu dan golongan sehingga dicintai seluruh rakyat adalah kunci utama jika ingin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan," katanya.

Selanjutnya, setelah sarapan pagi sombongan bersiap-siap untuk mengunjungi Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat dalam lawatannya ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan seluruh rombongan yang di tugas di kota Sawahlunto. "Selain menggali ilmu pengetahuan tentang bagaimana sebuah koran yang di setak untuk pertama kalinya ada 27 september 2045 dan bertahan hingga saat ini. Kita juga busa menimba pengalaman terkait strategi pemberitaan yang mampu memberikan efek percepatan pembangunan di kota tersebut," ungkap Zainul Anwar, Kapala Bagian Humas Sekretarian Daerah Kota Sawahlunto.

Ia menyebutkan bahwa kunjungan tersebut di harapkan mempu membangun hubungan kemitraan antara pemerintah dengan wartawan sesuai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing. "Hal ini menjadi sebuah kekuatan besar dalam menciptakan kestabilan pelaksanaan pembangunan di kota Sawahlunto," katanya.

Octo Lampito, Pimpinan Redaksi Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat mengatakan bahwa pentingnya mempertahankan tradisi 'Jurnalisme Pancasila' bagi seluruh insan pers dalam malaksanakan tugas. Setiap wartawan dituntut untuk mengedepankan isu-isu tentang kesejahteraan masyarakat yang disampaikan secara santun sengan data dan fakta yang jelas. Serta memperhatikan prinsip pemberitaan yang mampu menumbuhkan optimisme masyarakat serta selalu memelihara keutuhan bangsa Indonesia.

"Pekerkembangan media massa saat ini cenderung telah meninggalkan prinsip tersebut. Sehingga memicu perpecahan antar golongan yang sangat merugikan dalam upaya membangun negara. Bila kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut akan semakin menjauhkan kedaulatan rakyat yang dilahirkan dan dipertahankan oleh pendiri bangsa ini. Seperti pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam beberapa peristiwa pertempuran baik di Yogyakarta maupun di daerah lainnya di seluruh Indonesia," katanya.

Usai berkunjung ke SKH Kedaulatan Rakyat, rombongan wartawan kunjungi Balaikota Yogyakarta. Rombongan wartawan Kota Sawahlunto diterima secara resmi oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta, pada hari yang sama Senin, 14 November 2016 siang. Pertemuan tersebut dilakukan di Graha Pandawa balai kota Yogyakarta dan dipimpin oleh pelaksana tugas (Plt) Walikota Yogyakarta, Sulistio, serta dihadiri oleh H. Ismed, Wakil Walikota Sawahlunto.

Sulistio, Plt Walikota Yogyakarta mengatakan bahwa kota tersebut bukan hanya dikenal sebagai kota wisata, tapi juga terkenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Dengan jumlah pelajar sekitar 300 ribu orang, pemerintah kota memiliki konsep pendidikan berbudaya. Seluruh pelajar yang ada disini tidak hanya diajarkan tentang ilmu pengetahuan, tapi juga diajarkan tentang kebudayaan Yogyakarta. Hal tersebut menjadi pembeda pelajar lulusan Yogyakarta dengan pelajar lulusan daerah lainnya yang ada di Indonesia.

"Terkait dengan pengembangan pariwisata sendiri, Sulistio mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mendukung pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta. Diantaranya adalah karakter masyarakat setempat yang memang memahami bahwa pariwisata memberikan dampak positif terhadap peningkatkan ekonomi mereka. selain itu, juga adanya beberapa kebijakan pemerintah setempat terhadap kemajuan pariwisata itu sendiri," terangnya.

Selain itu, ungkap dia, pemerintah kota juga membentuk sebuah UPTD yang berada di bawah Dinas Pariwisata yang bertugas untuk melayani keluhan-keluhan wisatawan terhadap ketidaknyamanan wisatawan saat berkunjung ke tempat wisata yang ada di Yogyakarta. "Wisatawan dapat melaporkan apa bila harga parkir atau kuliner yang tidak sesuai dengan standar harga. Bagi pengelola parkir dan kuliner di minta menampilkan secara langsung harga parkir dan harga makanan yang di jual," katanya.

Selanjutnya, terkait dengan kelompok kesenian yang ada di Yogyakarta dalam menunjang kepariwisataan, Sulistio menjelaskan bahwa pemerintah kota juga melakukan pembinaan-pembinaan kepada kelompok seni yang ada. Di Yogyakarta memiliki kelompok seni sekitar 700 kelompok kesenian aktif terdiri dari seni musik, tari, teater, lukis dan kelompok seni lainnya.

"Mereka diberikan pembinaan secara disebuah akademisi seni secara gratis, sumber danyanya dari dana khusus Daerah Istimewa serta dana dari program Desa. Lususannya merupakan D1 sehingga setelah mereka lulus, maka lulusan tersebutlah yang melakukan pembinaan secara langsung. Sehingga kesenian tersebut dapat tumbuh dan berkembang melalui potensi yang di miliki untuk memperoleh penghasilan," katanya.

Salah seorang anggota rombongan studi komperatif, Rika Arnelia mengatakan bahwa pemaparan dari beberapa narasumber tempak jelas bahwa bagaimana komitmen pemerintah dan pihak media masa menjadi pementu terhadap percepatan pembangunan serta kemajuan bagi daerah. Tentu saja komitmen tersebut harus dilaksanakan dalam sebuah perjanjian kerja secara profesional, berimbang dan selalu berupaya jujur dalam etika profesi.

"Studi komperatif ini untuk melihat secara langsung pesatnya pertumbuhan sejumlah pusat kegiatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terbesar di kota tersebut. Kemudian, menyaksilan langsung tempat-tempat wisata yang terkelola dengan baik sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kemudian, hal ini tentu akan membawa multiefek terhadap pemerintah kota Sawahlunto, dalam menerapkan program serta percepatan pembangunan kota Sawahlunto," katanya.

Friday, November 25, 2016

Tembakau Lumindai Diolah Manual



Idir Gindo Malin

Selasa, 22 November 2016 pagi menjelang siang udara masih sejuk karena matahari belumlah tinggi. Sehingga sengatan cahaya matahari belum terasa dikulit. Sementara butiran-butiran embun yang menempel di dedaunan sepanjang jalan menuju Desa Lumindai, Kecamatan Barangin, kota Sawahlunto, Sumatera Barat belumlah kering benar. Embun tersebut masih menggelembung bak bola kristal menempel di daun.

Jalanan yang kecil dan berkelok-kelok serta dan berlobang serta becek di lereng bukit itu sangatlah curam. Sepanjang jalan berada di pinggang bukit dengan pemandangan di atas ketinggian bukit 800 meter hingga 1200 meter diatas permukaan laut itu udaranya sejuk dan hijau. Diatas perbukitan itu pula dengan kemiringan mencapai 45 derajat terlihat sawah petani yang berjenjang dilereng buki yang memanjakan mata. Kemudia beberapa rumah penduduk yang terselip di balik pepohonan di lereng bukit.

Perjalanan masih jauh untuk sampai ke tujuan yakni Dusun Guguak Bungu Desa Lumindai bertemu dengan Idir Gindo Malin, petani tembakau. Siang itu pak Idir sedang tidak dirumah melainkan bekerja sebagai buruh bangunan. Siang itu pula Penulis bertemu dengan pak Idir di Sekolah Dasar (SD) N 29 Desa Lumindai yang berdiri di atas punggung bukit tanpa ada lapangan sekolah dan pagar. Sekolah yang di batasi jalan ini bersebelahan dengan jurang sedalam puluhan meter. Di sekolah itulah pebicaraan tentang tembakau pernah dikenal di Sumatera dimulai.

Idir Gindo Malin mengaku telah menekuni tani tembakau sejak tahun 1966 yang telah turun-temurun dari otangtua. Pada tahun 1966 tersebut dirinya telah pandai "manyaik" tembakau dengan halus. Suatu kebanggaan untuk bisa "manyaik" atau "maracik" tembakau dengan halus. Sebab tidak semua orang bisa "manyaik" tambakau dan tidak semua orang yang pandai "manyaik" tembakau rasanya enak. Hikmatnya rasa tembakau tersebut tergandung dinginnyan tangan seseorang yang menyaik sehingga rasanya begitu nikmat.

Idir Gindo Malin terkenal dengan kepiawaiannya manyaik tembakau dan rasanya enak. Di Dusun Guguak Bungo tersebut hanya ada empat orang yang bisa manyaik tembakau. Meskipun saat ini telah ada anak muda yang bisa menyaik tembakau namun rasanya masik keras dan menyengat saat di hisap.

"Untuk mendapatkan kualitas manyaik tembakau baik dibutuhkan keahlian dan kelihaian serta pengalaman lamanya manyaik tembakau. Jika orang yang telah mahir manyaik tembakau sembari terkantuk saja bisa mayaik tembakau dengan pisau tajam. Hasil manyaik itu pun halus tanpa melukai tangan," ungkap Ayah tiga orang anak ini.

Ia menyebutkan bahwa manyaik tembakau masih dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau khusus yang tajam. Sehingga tembakau menjadi halus setelah di racik agar bisa di hisap. "Untuk mendapatkan tembakau berkualitas tinggi bergantung pada iklim dan cuaca. Tembakau ditaman pada ketinggian diatas 800 meter di atas permukaan laut. Kemudian tembakau ditanam sesuai dengan cuaca panas, karena tembakau tidak suka musim penghujan," ungkapnya sembari menggulung tembakau olahannya.

Idir menyebutkan bahwa jika menanam tembakau di musim hujan maka kualitas tembakau tidak bagus dan terasa kelat dan pahit karena getah yang di kandung pada daun tembakau berkurang. Berbeda dengan menanam di musim panas tembakau akan menjadi lembut dan halus saat di hisap.

"Menanam tembakau adalah perkerjaan yang mudah dan tidak sulit. Setelah lahan dibersihkan kemudian disemai bibit setelah itu ditanam kedalam dulubang yang telah disiapkan. Selanjutnya setelah berumur 20 hari barulah tembakau diberikan pupuk kandang, jika itu memungkinkan karena tidak diharuskan pula," ungkap pria yang berbaju lusuh dan sobek pada bagian bahu kanannya.

Ia mengungkapkan bahwa setelah tembakau berumur dua bulan pucuk tembakau tersebut di potong. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan kualitas tembakau yang baik karena akan tumbuh tunas yang baru hingga menunggu sampai pada saat waktu panen tiba.

"Tembakau itu bisa di panen tiga kali dan sampai batangnya mati. Untuk memanen daun tembakau tersebut harua menunggu daunnya berubah warna membayang kuning dan diracik," sebut Idir ketua kelompok tani Tembakau Mandiri. 

Ia menyebutkan bawa tembakau tersebut setelah diracik di jual Rp4500 perlempeng dijual kepada toke. Kemudian tembakau Lumindai dalam 100 lempeng tersebut seberat 3,5 kilogram. Selanjutnya produksi tembakau di desa lumindai dalam setahun yang terkumpul oleh lima orang toke sebesar Rp0,5 miliar pertahun.

"Belum lagi toke-toke kecil yang membeli tembakau tersebut. Saya sendiri dengan bertani tembakau bisa menyekolahkan anak dan menguliahkan sampai sarjana. Anak saya sekarang menjadi guru honorer di SD. Hal itu 50 persennya dari hasil tembakau. Meskipun tembakau bukanlah sumber pendapatan utama atau andalan bagi masyarakat melainkan pekerjaan sampingan, termasuk saya sendiri. Saya juga kesawah bertani, bertanam cabe untuk menambah pedapatan keluarga," ungkap pria yang punya selera humoris ini.

Ia menyebutkan bahwa yang menjadi kendala saat ini bagi petani tembakau adalah pemasaran tembakau yang sulit. Sebab, saat pemasaran tembakau masih dalam lingkup pasar tradisional saja. Belum mampu menembus pangsa pasar industri di Jawa dan Medan. "Tembakau ini di jual di pasar Silungkang, Sei Lasih, Simarambang, Pasar Ganting dan Balai Selasa. Karena yang menggunakan tembakau masih di dominasi oleh orang tua 50-an tahun saja. Kemudian pelanggannya pun terbatas," ungkapnya.

Ia berharap pemerintah dapat mencarikan langkah dan solusi untuk petani tembakau agar pangsa pasarnya meningkat dan bisa bersaing dengan tembakau di daerah lain. Jika pangsa pasarnya tembakau tersebut telah ada dan bisa menjanjikan maka petani tembakau jumlahnya akan terus bertambah.

"Sewaktu saya mengikuti pelatihan di provinsi saya telah mengusulkan bagaimana produksi tembakau di Sumbar bisa di kenal ditingkat nasional. Sebab kualitasnya pun tidak kalah dengan jenis tembakau yang ada di pulau Jawa dan Medan. Di pulau jawa dan medan petani di untungkan dengan adanya pabrik yang dapat menampung tembakau petani. Sementara di sumbar khususunya di lumindai di kelola oleh toke dan di pasarkan ke pasar tradisional. Sehingga tembakau tersebut tidak di kenal oleh masyarakat luas. Tentunya perlu dukungan pemerintah dan suport untuk membantu mempromosikan tembakau," harapnya.

Ia mengaku di dusun guguak bungo mempunyai kelompok tani tembakau mandiri beranggotakan 20 orang. Kelompok tani tembakau di bantu oleh pemerintah berupa beacukai yang diganti dalam bentuk ternak sapi. "Bantuan ini diberikan pada zaman Ali Amran, namun saat ini tidak ada lagi bantuan diberikan. Solusi yang diberikan pemerintah ini pun telah bisa dimanfaatkan. Saat ini sapi ternak tersebut telah beranak dan berkembang," ungkapnya.

Idir mengaku bahwa dirinya tembakau tersebut telah ada jauh sebelum dirinya mengenel tembakau. Sebab tembakau itu telah ada sejak zaman Belanda menjajah sekitar tahun 1835-an. Namun secara detailnya ia sendiri tidak mengetahui sejarah tembakau tersebut siapa yang membawa dan mengenalkan tembakau tersebut. "Entah orang belanda yang membawa tembakau ke sini, atau karena disini ada tembakau kemudian di olah dan di perkenalkan pada masyarakat. kita tidak tau," ungkapnya dengan gelagat yang lucu.

Cuaca Mempengaruhi Kuliatas Tembakau



Tembakau Lumindai

Potensi Tembakau Desa Lumindai, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pangsa pasarnya perlu ditingkatkan. Hal itu bertujuan untuk pendongkrak pendapatan petani untuk terbebas dari kemiskinan. Tembakau Lumindai di olah secara tradisional mampu bersaing dengan daerah lain. Karena pengolahannya yang masih manual dan senang daun tembakau pilihan.

Chairunnas, Kepala Desa Lumindai mengatakan bahwa di Desa Lumindai memiliki dua kelompok tani tembakau yang berjumlah kurang lebih 35 orang. Kelompok tani tembakau tersebut di dampingi oleh penyuluhan pertanian lapangan desa Lumindai. Namun potensi yang ada di desa Lumindai yang membantu masyarakat di bidang pertanian seperti sawah, Kakau, gula aren dan tembakau. 

"Petani tembakau Lumindai mampu menanam tembakau dua kali dalam setahun. Petani bertanam tembakau berdasarkan situasi dan iklim. Petani menanam tembakau di musim panas karena tembakau tidak cocok di musim penghujan," ungkapnya kepada penulis Selasa, 22 November 2016 saat ditemui di kantornya.

Ia menyebutkan bahwa tahun ini petani tembakau keluhkan penyakit mati gadis tembakau. Namun hal itu telah dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani tembakau upaya pencegahan. "Kita telah melakukan penyuluhan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Lumindai. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi agar petani tidak merugi akibat matinya tanaman tembakau tersebut," katanya.

Selain itu, upaya mendorong petani untuk meningkatkan kualitas daun tembakau petani diberikan bantuan berupa pupuk bersubsidi. Pupuk bersubsidi tersebut diberikan kepada petani desa Lumindai.

"Pupuk tersebut telah disosialisasikan kepada masyarakat. Namun ada sebagai petani yang tidak menginginkan tembakau di pupuk dengan berbahan kimia. Karena menurut petani kualitas rasa tembakau akan menurun dan terasa agak kelat atau pahit," ungkapnya.

Selain itu, terang dia, pemerintah telah memberikan bantuan beacukai tembakau kepada petani tembakau mencapai Rp 100 juta. Beacukai tersebut diberikan dalam bentuk sapi ternak yang diberikan kepada petani.

"Namun saat ini yang menjadi kendala bagi petani tembakau penyakit. Disamping itu pula sulitnya pemasaran tembakau. Sebab pesanannya dari masyarakat akan kebutuhan masih terbatas. Sehingga petani masih ragu untuk memperbanyak produksi tembakau tersebut. Karena pasarnya sudah jelas dan itu-itu saja yang membeli. Kemudian pasarnya nya masih dalam loka dan pasar tradisional," katanya

Desa Lumindai Kecamatan Barangin memiliki keistimewaan dibandingkan dengan desa lainnya di kota
Petani Tembakau Lumindai
Sawahlunto. Kota tambang ini juga memiliki iklim yang baik untuk budidaya tembakau seperti Desa Lumindai tembakau dapat tumbuh dengan baik. Sehingga tembakau Lumindai sebelumnya pernah di kenal di Sumatera.

Antonio Maitomi, Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Lumindai, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sawahlunto mengatakan bahwa untuk bertanam tembakau masih dilihat dari kondisi atau ke adaan alam. Tidak semua daerah tembakau tersebut dapat tumbuh dengan baik serta kualitas dengan cita rasa tinggi. 

"Desa lumindai memiliki ke istimewaan karena mempunyai ketinggian 800 meter hingga 1200 meter di atas permukaan laut. Sehingga tembakau bisa tumbuh dengan baik dan didukung oleh iklim serta tanah yang baik pula," katanya.

Ia menyebutkan bahwa populasi tembakau di Lumindai tidak terlalu banyak, karena petani tembakau di Lumindai menanam dengan berkelompok secara bergantian. Kemudian permintaan masih rendah sebab yang mengkonsumi di kalangan orangtua 50-an tahun ke atas. "Pasar tembakau tersebut sebetulnya telah ada pembelinya. Namun dikalangan tertentu saja. Kemudian toke di sini pun menjual tembakau olahan yang telah di racik (menyayat) masih masih dalam lingkup pasar tradisional," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa petani tembakau di desa lumindai berjumlah 35 orang. Pertahun petani menggarap lahan baru untuk bertanam tembakau seluas 6 ha. Karena kecenderungan petani tembakau di Lumindai sering berpindah pindah. Karena dengan cara berpindah pindah dengan lahan baru diyakini untuk mendapatkan hasil tembakau yang berkualitas tinggi.

"Karena setelah lahan tersebut baru di olah  sehingga tidak perlu lagi menggunakan pupuk untuk mendapatkan kualitas daun tembakau yang baik. Maka tembakau di desa lumindai tidak memakai pupuk, karena menggunakan pupuk tembakau akan terasa lebih keras dan pahit. Apalagi pupuk tersebut menggunakannya kimia atau pupuk pabrikan," ungkapnya.

Kemudian, lanjut dia, kendala yang dihadapi oleh petani tembakau saat ini adalah serangan penyakit. Penyakit yang menyerang tembakau petani adalah penyakit layu yang di sebabkan oleh bakteri lanas yang mengakibatkan daun tembakau menjadi layu dan kemudian mati. Atau penyakit mati gadis.

"Kita telah melakukan sosialisasi kepada petani bahwa nyakit tersebut atau bisa diatasi dengan menggunakan umusida. Hal itu bersifat upaya pencagahan, karena untuk kesembuhan tidak dapat menjamin. Namun petani memiliki pertimbangan lain bahwa jika menggunakan zat beracun atau zat kimia akan membahayakan bagi kesehatan. Sebab tembakau tersebut di konsumsi secara langsung. Kemudian, kualitas rasa tembakau juga menjadi tidak nikmat," ungkapnya.

Antonio menyebutkan bahwa 10.000 batang tembakau yang bisa di taman dalam setiap ha lahan. Maka untuk pencagahan dari serangan penyakit mati kadis, telah dianjurkan  kepada petani tembakau untuk menyelingi Dangan tanaman kubis-kubisan seperti lobak atau kol. Tanaman kubisan tersebut dapat menekan penyakit mati gadis tembakau yang di hadapi oleh petani tembakau.

"Upaya kita ke depan adalah intensifikasi tembakau kering sebanyak 400 kilo pertahun. Kita akan mendorong meningkatkan populasi tembakau menjadi 800 kilo pertahun dengan produksi yang lebih tinggi dengan teknologi," katanya.

Ia menyebutkan untuk pembibitan tembakau masih di produksi lokal. Pembibitan tembakau tersebut di sebut dengan tembakau putih. Tapi kenyataannya tembakau di Lumindai dikenal dengan nama tembakau Lumindai.

"Saat ini petani keluhkan pasar tembakau yang sulit masih seputar pasar tradisional. Meskipun puluhan tahun Islam tembakau Lumindai pangsa pasarnya telah masuk Riau dan Medan. Karena ada toke yang membeli dan toke tersebut mempunyai jaringan untuk dipasarkan di Medan dan Riau. Tetapi sejak toket tersebut meninggal tidak ada lagi penerus. Sehingga tembakau Lumindai dipasarkan di pasar tradisional seperti pasar Lunto, Lumindai dan Solok," ungkapnya.



Wednesday, November 9, 2016

Sekolah Layak Anak, Memberikan Pelayanan Terbaik Terhadap Anak



Sekolah Dasar (SD) Negeri 10 Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, tampak sepi dari anak-anak yang berlarian atau bermain di pekarangan sekolah. Hanya beberpa orang ibu-ibu yang berdiri di pagar luar sekolah. Ada berdiri sembari melihat lingkungan sekolah ada pula yang duduk diatas motor. Ibu ibu tersebut perupakan orang tua yang menjemputnya pulang sekolah. 

Rabu, 2 November 2016 siang anak-anak masih berada dalam kelas belajar dan tidak seorang pun siswa tampak berkeliaran. Sekolah yang bertingkat itu, memiliki fasilitas yang lengkap seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), mushalat tempat shalat serta perpustakaan yang tertata rapi, kemudian lingkungan sekolah sehat dan bersih.

Maimunah, Kepala Sekolah Dasar Negeri 10 Tanah Lapang saat ditemui dirungannya menyebutkan bahwa SD N 10 Tanah Lapang merupakan Sekolah Layak Anak. Sekolah yang dimaksud adalah bagaimana memberikan pelayanan terbaik terhadap anak, sehingga anak merasa nyaman di sekolah dan menyenangi sekolahnya. Kemudian, jika anak telah merasa nyaman dan senang tentu semangat anak untuk belajarpun tinggi. Selanjutnya literisasi terhadap anak serta memiliki fasilitas membaca seperti pustaka.

"Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah telah mencukupi, seperti Mushala tempat shalat usaha kesehatan sekolah (UKS), Perpustakaan sekolah," ungkap Guru Teladan Tingkat Sumatera Barat ini.

Ia menyebutkan prestasi tersebut kopetisi untuk kepala sekolah bidang manajerial serta meningkatkan ke kedispilinan guru, agar tidak telah mengajar, serta kedisiplinan guru dalam mengajar. Seorang guru yang disiplin dan kinerja bagus maka akan berdampak pula atau outputnya pun bagus bagi anak didik.

"SDN 10 terus berupaya untuk meningkatkan disiplin, sehingga mutu pendidikan dan pelajaran terus meningkat. Sehingga outputnya pun akan dirasakan oleh masyarakat. Untuk meningkatkan mutu mendidikan tersebut disamping guru sebagai tenaga ajar. Sekolah juga memakai kurikulum 2013, sejak tahun 2013," katanya.

Ia menjelaskan, bahwa selain mempunyai perpustakaan, SDN 10 Tanah Lapang juga peraih Adiwiata tingkat nasional. Ia mengaku, penghargaan tersebut didapatkan tidak terlepas dari adanya komitmen dan manajeman yang baik, sehingga anak-anak bisa menghargai lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.

"lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar berperan aktif saling mengingatkan kepada anak untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kerja sama antar masyarakat sekitar dilingkungan sekolah cukup baik, demi terwujudnya lingkungan bersih. Lingkungan selalu bersih dan tempat mencuci tangan ada, karena sampah tersebut merupakan sumber penyakit," akunya.

Ia berharap kedepan tetap bisa menjalankan tugas dengan baik agar sekolah ini terus menjadi yang terbaik dengan meningkatkan disiplin guru yang akan berdampak baik bagi murid. Jika guru disiplin, mutu pendidikan dan bahan ajar baik serta memiliki kinerga yang bagus, maka outputnya juga pada anak didik. kemudian mencapai tujuan sesuai dengan visi misi sekolah. Sehingga output terhadap anak didik adalah meningkatnya prestasi anak dibidang akademis dan bakat minat.

"Prestasi yang didapatkan anak-anak di Bidang kesenian telah sampai pada tingkat provinsi, Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Solo Song. Selain itu, prestasi siswa dalam bidang mata pelajaran. Langkah yang perlu disiapkan adalah dengan mengikuti ivent lomba khususnya bidang mata pelajaran," terangnya.

Sementara itu, ungkap Maimunah, SDN 10 Tanah Lapang juga memiliki perpustakaan dengan jumlah buku sebanyak 16.786 ekspemplar. "Buku tersebut dikeloka dengan baik yang dususun berdasarjan judul buka dan nomor buku. Sehingga tidak menyulitkan bagi anak untuk mencari buku yang dibutuhkan," katanya.

Anidar Yusuf, penanggungjawab perpustakaan sekolah, menyebutkan bahwa setiap bulan pengunjung perpustakaan sebanyak 1800 pengunjung, termasuk peminjam. Pengunjung perpustakaan sekolah tersebut tidak hanya dari kalangan siswa saja tetapi juga ada dari masyarakat biasa. Seperti orang tua yang menjemput anak ke sekolah sembari menunggu akan pulang dan keluar kelas, para orang tua duduk diperpustakaan untuk membaca.

"Berbagai jenis dan judul buku ada diperbustakaan termasuk buku DAK sebanyak 2500 eksemplar, sebab banyak buku bantuan dari pemerintah pusat, sehingga orang tua murid sembari menunggu anaknya pulang, maka mereka sempatkan untuk membaca buku di perpustakaan sekolah. Sebab, perpustakaan memiliki kelengkapan buku agama dan mata pelajaran banyak menjadi koleksi diperpustakaan sekolah," ungkapnya.

Ia mengaku bahwa laporan pengunjung terus di buat setiap bulan termasuk laporan anggota yang meminjam buku perpustakaan, karena banyak buku dan anak-anak yang meminjam buku. "Peminjaman buku untuk dibawa pulang diperbolehkan selama tiga hari. Jika selama tiga hari buku tidak dikembalikan ke perpustakaan, maka si peminjam akan di kenakan sanksi berupa skorsing selama satu hari tidak diperbolehkan memimjam buku perpustakaan. Kemudian, jika buku tersebut sengaja tidak dikembalikan atau hilang maka, si peminjam akan dikenakan skor selama seminggu," jelasnya.