Pertunjukan Ranah Performing Art Compeny berjudul Mite Kudeta
Direktur Artistik S Metron Masdison, Kaba Festival 2 pada Sabtu, 12 Desember
2015 malam di Gedung Pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari Nan Jombang, Balai
Baru Kuranji Padang.
Laporan: Julnadi Inderapura, Padang
S Metron Pimpinan Ranah Performing Art Company |
Begitulah dedang disampaikan pekaba dalam pertunjukan Ranah
Performing Art Compeny. Pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 45 menit itu
sungguh menguras tenaga para pemain. Pertunjukan yang minim kata itu,
dieksplorasi pada musik. Interpretasi kata dan dialog telah diwakilkan pada
musik. Kata dan lialog tidak dimunculkan melainkan melalui musik serta gerak
tubuh para pemain di atas pentas.
Setelah semua lampu ruangan pertunjukan mati, lalu tiba-tiba
muncul sebilah cahaya. Panguatan simbol yang dipakai saat pertunjukan
berlangsung dengan menghidupkan lilin. Direktur Artistik S Metron Masdison
memulai pertunjukannya pada sebuah cahaya kecil dari lilin.
Ada metafor baru dari menghidupkan lilin, bahwa kehidupan
baru saja dimulai. Cahaya kehidupan baru saja berlangsung jika di tilik dari
perjunjukan Ranah Performing Art Compeny. Seperti kembali pada masa lampau saat
listik belum ada. Satu persatu lilin dinyalakan sebagai penerang ruangan saat
malam hari.
Sementara itu, disisi kanan panggung, seorang pelakon duduk
di kursi. Ia menjadi simbol dari penghulu rajo yang menyaksikan anak-kamanakan
belajar randai. Randai sendiri merupakan pamainan anak nagari dalam kehidupan bermasyarakat
minangkabau.
Namun, dalam pertunjukan S Metron Masdison berjudul Mite
Kudeta seolah-olah randai menjadi lain. S Metron Masdison mencoba menggambarkan
sesuatu yang lebih "maju" terhadap randai. Artinya, randai dimainkan
tidak lagi dalam sebuah lingkaran. Namun tetap pada konsep randai itu sendiri
didalamnya ada unsur dendang, musik dan tari. Kemudian tapuak galembong
"dipindahkan" pada properti pendungkung permainan seperti kursi-kursi
panjang dari bambu. Sehingga muncul perkusi musik yang dinamis.
S Metron Mardison menginginkan bentuk randai yang tidak
menjadi tradisi. Jika melirik dari perkembangan seni teater saat ini tidak
hanya terpatok kedalam kata saja. Namun, telah melingkup seni seutuhnya seperti
teater, musik, tari. Menurut S Metron Mardison, pertunjukan tersebut
sesungguhnya merupakan randai. Tetapi tidak mengikuti randai pada umumnya
seperti yang dikenal sayarakat. Jika mengikuti tradisi tersebut, maka
pertunjukan malam ini akan menjadi randai tradisi. S Metron Masdison
menggambarkan pertunjukannya sebagai randai Postradisi, sesuatu yang
berangkat dari tradisi kemudian berangkat dan bergerak maju.
S Metron Masdison mencoba menjadikan narasi sejarah yang
dicoba untuk postradisi. Sebab, kaba yang merupakan sastra lisan harus
dilanjutkan pula oleh pekaba selanjutnya. Kemudian bagaiman cara pandang
masyarakat minang terhadap narasi kaba tersebut. Apakah kaba sebagai pedoman
hidup, kaba sebagai jalan kehidupan, atau justru kaba hanya sekadar igau saja,
bahwa kaba menjadi pedoman hidup dan tempat belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Sastra lisan, kaba ini tetap dipertahankan di tengah masyarakat
minang.
S Metron Mardison menginginkan farian terbaru terhadap
randai, sebagai sumbangsih terhadap kaba itu sendiri. Sebab, menurut S Metron
sebagai seniman hari ini, dirinya telah membaca kaba, inilah kaba saat ini yang
harus disampaikan dalam pertunjukan tersebut.
Namun pada dasarnya pertunjukan tersebut tetap dipengaruhi
oleh pertunjukan sebelumnya "Sandiwara Pekaba". Pertunjukan
"Sandiwara Pekaba" sebelumnya juga beranjak dari tradisi, artinya
tradisi yang posmo. Makanya pertunjukan "Mite Kudeta" ini
sesungguhnya berakar dari "Sandiwara Pekaba" bukan dari tradisi
tulen, sehingga ada kemiripan dan kesamaan.
Selanjutnya dalam pertunjukan "Mite Kudeta" juga
syarat dengan metafor. Sehingga ruang perak pertunjukan serta ekplorasi melalui
gerakan menghadirkan persepsi baru. S Metron Mardison melalui pemainnya di atas
pentas mencoba mengagret perdebatan tentang kekuasaan. Eksplorasi yang
diangkatkan dalam peristiwa pertunjukan disampaikan melalui musik saat
pertunjukan. Musik tersebut hanya dapat dinikmati. Namun tidak dalam pesan yang
ingin disampaikan kepada penonton.
Hal itu, terlihat dari cara pergantian teks dialog kepada
musik. Meskipun musik itu menjadi sebuah cara komunikasi, karena saat
mendengarkan musik, emosi kita akan berubah saat mendengarkannya. Artinya musik
merupakan alat komunikasi, sehingga pada saat mendengarkan musik hati terkadang
pilu, bahagia, sedih. Berbagai ekspresi dimunculkan oleh kekuatan musik pada
saat mendengar. Namun, pencapaian terhadap musik sebagai dialog penganti yang
diinginkan oleh S Metron Mardison tidak sampai kepada penonton.
S Metron sejatinya harus mendalami kembali musik tersebut
agar pesan yang ingin disampaikan dapat terpahami oleh penonton melalui musik.
Musik yang dihadirkan tidak hanya tapuak galembong yang "dipindahkan"
(musik) atau terkesan tempelan kepada pendukung artistik yang lain. jika bahasa
teks dialog digantikan tentu harus menyesuaikan dengan musik. Apabila marah,
kecenderungan musiknya seperti apa.
Pertunjukan "Mite Kudeta" merupakan pertunjukan
yang berat dengan memindahkan teks dialog ke pada musik perkusi. Sebab dalam
pertunjukan tersebut tidak ada dialog. Antar pemain hanya mengandalkan musik
perkusi dengan memukul properti yang ada didepan mereka masing-masing. Properti
sebagai pendukung atistik juga melahirkan musik. Pertunjukan "Mite
Kudeta" akan lebih menarik lagi apabila menghadirkan ekpresi dan ekplorasi
musik sesuai kebutuhan pertunjukan. Termasuk kebutuhan tesk menjadi musik.
Sebab, pada teks dialog juga terdapat emosi. Apalagi teks dialog
"dialihkan" pada musik. Antara teks dialog dan musik, keduanya
sama-sama memiliki emosi.
Misalnya, seorang utusan memberikan sebuah "kotak"
kepada Cindua Mato. Kemudian kota tersebut di interpretasikan sebagai bayi Dang
Tuanku dan Puti Bunsi. Sejatinya "kotak" yang menjadi simbol bayi
tersebut adalah diberikan kasih sayang. Apa padanan musik yang lebih dekat
terhadap "kasih sayang". Namun, "kotak" tersebut justru
dipukul dengan keras. Hal, ini contoh kecil yang harus dipertimbangkan lagi
Ranah Performing Art Compeny.
No comments:
Post a Comment