Thursday, March 30, 2017

Belum Diketahui Penyebab Kecelakaan Tambang BMK 34

Kapolres Sawahlunto, AKBP Riyadi Nugroho
Ledakan tambang dalam batu bara CV Bara Mitra Kencana (BMK) 34 Sawahlunto, Rabu 29 Maret 2017 pukul 09.20 di Parambahan Kecamatan Talawi dilakukan investigasi. Kecelakaam tambang tersebut diduga disebabkan Air Blast merupakan suatu ruang tidak ada pergantian udara sehingga menimbulkan panas dilakukan penyelidikan dari Direktoran Pengamanan Proyek Tambang, Provinsi Sumatera Barat

Tim yang melakukan investigasi dan penyelidikan penyebab ledakan tambang CV BMK 34 Ada sebanyak 7 orang. Tim yang diturunkan tersebut untuk melakukan investigasi penyebab kecelakaan tambang tersebut. Tim investihasi dari Derektorat Intelkam Polda Sumbar, Diserse Krimsus, Direktorat Pengamanan Proyek Pertambangan dan Didampingi Kepala Teknis Tambang CV BMK.

Polres Sawahlunto, AKBP Riyadi Nugroho menyebutkan bahwa ada sebanyak 7 orang tim yang melakukan penyelidikan dan investigasi ke lokasi kejadian tambang dalam CV BMK 34. Namun, belum ada hasil penyebab kecelakaan tambang tersebut.

"Kita hanya melakukam pengamanan terhadap lokasi kejadian untuk kepentingsn penyidikan. Kemudian, yang berhak untuk memasuki areal tambang dalam adalah dari Direktorat tambang. Maka, setelah ada hasil dari direktorst tambang yang membolehkan kita untuk masuk lobang tambang dalam, barulah kota masuk dan bisa melakukan penyelidikan," Ujar Kapolres Sawahlunto AKBP Riyadi Nugroho, kepada Penulis Kamis, 30 Maret 2017.

Karyawan Tambang CV BMK meninjau lokasi kejadian
Ia menyebutkan bahwa untuk penyelidikan telah dilakukan pemeriksaan terhadap 7 orang saksi. Kemudian, pemeriksaan saksi dilakukan secara maraton terhadap ke 20 orang saksi tersebut. Namun, saksi utamannya adalah korban yang mengalami luka bakar.

"Kita juga akan memintai keterangan saksi kedua korban yang mengalami luka bakar tersebut. Karena mereka lebih mengetahui kejadian tersebut, apakah memang disebabkan ledakan tambang atau tidak. Namun, berdasarkan keterangan saksi korban mengalami luka bakar," katanya

Ia melanjutkan bahwa selain memintai keterangan saksi juga dilakukan pembersihan lokasi lobang tambang. Kemduan, barang bukti yang ada dalam belum bisa di ambil karena menyangkut dengan keselamatan. 

"Sewaktu dilakukan pengujian menggunakan detektor oksigen dalam lubang berkurang. Sewaktu membersihkan material dalam lobang dua orang anggota kita mengalami kekurangan oksigen," katanya. 

Ia melanjutkan, hingga saat ini masih dilakukan penyelidikan penyebab kecelakaan tambang tersebut dan belum bisa dipastikan sampai kapan. Karena berbicaha hukum adalah berbicara kepastian untuk menyetahui penyebab kecelakaan tambang tersebut. Karena dua orang korban tersebut bernama Ridwan, 38, warga Desa Lunto Barat Kecamatan Lembah Segar dan Yusrizal 37 warga Desa Kumbayau Kecamatan Talawi membuat lobang baru sedalam 20 meter dari cabang lubang utama.  

"Jadi, dari mulut lobang sampai ke persimpanagan lubang sedalam 140 meter. Kemudian cabang sekitar 20 meter yang menyebabkan kecelakaan tambamg itu terjadi. Maka, kita terus melakukam memeriksaan terhadap saksi, apakan memang terjadi ledakan," ungkapnya.

Seorang Pekerja Tambang Tertimpa Napar 

Disisi lain, seorang pekerja tambang batu bara tertimpa Napar lobang batu bara di lokasi perusahaan tambang PT Alied Indo Coal (AIC) Jaya Sawahlunto. Korban dilarikan ke IGD RSUD Kota Sawahlunto, Kamis, 30 Maret 2017 pukul 15.30 dalam kondisi kritis. Korban akhirnya meninggal dunia pukul 16.00 setelah mendapat perawatan medis dari rumah sakit.

Sore itu, RSUD Sawahlunto ramai pengunjung yang menyaksikan korban kecelakaan tambang. Sementara, di lorong bagian samping kiri IGD Sawahlunto, terlihat rekan kerja korban duduk berkumpul dengan menunggu proses lanjutan dari pihak rumah sakit. Rekan kerja korban tampak tertutup dan tidak seorang pun rekan kerja korban yang bersedia memberikan keterangan, terkait kejadian kecelakaan tambang tersebut. 

"Korban tertimpa benda keras pada bagian kepala yang mengakibatkan kondisi korban kritis. Korban mengalami luka pada bagian tengkorak kepala bagian belakang, sehingga nyawa korban tidak tertolong," Ungkap dr. Lusi Dewina Kabid Pelayanan, RSUD Kota Sawahlunto, kepada Penulis. 

Ia menyebutkan bahwa korban bernama Ruslan, 28, tinggal di Talawi asal Nias dilarikan ke IGD Sawahlunto dengan mobil operasional tambang. "Korban mengalami trauma kepala sehingga nyawa korban tidak tertolong," katanya. 

Kapolres Sawahlunto, AKBP Riyadi Nugroho menyebutkan bahwa tim Reskrim telah berada di lokasi kejadian untuk melakukan pengamanan lokasi kejadian lokasi PT Alied Indo Coal (AIC) Sawahlunto. Namun, belum diketahui penyebab pasti kejadian tersebut. Berdasarkan keterangan dari dokter, korban meninggal karena mengalami trouma di kepala. 

"Berdasarksn informasi yang diterima saya langsung RSUD Sawahlunto karena tidak berada jauh dari rumah. Kita akan kelokasi untuk melakukan penyelidikan ke dilokasi kejadian di areal tambang PT AIC," ujarnya.


Kecalakaan Tambang Dalam Batu Bara, Dua Orang Luka Bakar

Kapolres Sawahlunto AKBP Riyadi Nugroho bersama
Andi Asmunandar Kepala Teknik Tambang,
CV Bara Mitra Kencana, Sawahlunto
Kecelakaan tambang CV Bara Mitra Kencana terjadi di kota Sawahlunto akibat Air Blast. Air Blast merupakan suatu ruang tidak ada pergantian udara sehingga menimbulkan panas. Air Blast disebabkan runtuhnya dinding lobang sehingga mendorong tekanan udara dan getaran yang kuat sehingga material panas menimpa tubuh korban. Akibat kejadian tersebut dua orang karyawan tambang dalam mengalami luka bakar. Kejadian tersebut terjadi Rabu, 29 Maret 2017 pukul 09.20 di Parambahan Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. 

Dua orang korban tersebut bernama Ridwan, 38, warga Desa Lunto Barat Kecamatan Lembah Segar dan Yusrizal 37 warga Desa Kumbayau Kecamatan Talawi. Kedua korban sempat dirawat di RSUD Sawahlunto kemudian di rujuk ke RS M Djamil Padang. 

Pantauan Penulis, Rabu, 29 Maret 2017 pukul 15.30 dilokasi kejadian lobang tambang dalam 34 milik CV Bara Mitra Kencana Parambahan Kecamatan Talawi terlihat petugas kepolisian telah mengamankan lokasi kejadian dengan memberikan Polisland. Petugas kepolisin terlihat berjaga dilokasi dan karyawan CV BMK.

"Material panas tersebut bisa berasal dari abu batubara yang beterbangan dan mudah terbakar. Tekanan udara juga dapat menyebabkan api sama halnya dengan petir. Kecelakaan tambang terjadi pada lobang 34 dengan kedalaman 140 meter mengakibatkan dua orang luka bakar akibat Air Blast. Korban dilarikan ke klinik CV Bara Mitra Kencana (BMK) untuk mendapatkan pertolongan pertama kemudian dilarikan ke RSUD Kota Sawahlunto," ujar Andi Asmunandar, Kepala Teknik Tambang (KTT) didampingi Candra Wakil KTT CV Bara Mitra Kencana, kepada Penulis dilokasi kejadian.

Ia menyebutkan bahwa pekerja lobang tambang terdiri dari 20 orang karyawan bekerja. Sebelum karyawan masuk lobang tambang berdasarkan pantauan detektor Oksigen 20,6 persen, CO (kosong) H2S (Kosong) dan setiap lobang ada dua petilasi udara. Sedangkan untuk gas metan setelah air blast terjadi tambang sebesar 0,01 persen Low Explovive Limit (CH4). Sebab, berdasarkan perturan kementrian gas metan dalam lobang maksimal 5 persen Lel CH4. Setelah air brast terjadi dan semua pekerja berhasil diefakuasi, maka berdasarkan hasil detektor hanya 1 persen ellel CH4, artinya lobang 34 dalam kondisi aman dan tidak berbahaya.

"Tekanan udara tersebut mengakibatan kosong menyebabkan udara panas segingga terjadi luka bakar terhadap dua orang pekerja dan dalam kondisi sadar. Sementara empat lainnya ikut di efakuasi dan dibantu dengan tabung oksigen potibel. Karena empat orang tersebut dalam kondisi lemas dan kekurangan oksigen namun tidak mengalami luka bakar. Kemudian, 14 orang pekerja lainnya dalam kondisi selamat," ungkapnya.

Ia melanjutkan kejadian tersebut cepat ditangani dan langsung dilakukan efakuasi terhadap pekerja. Efakuasi dilakukan selama 25 menih setelah kejadian dan korban yang terluka bisa mengelamatkan diri sendiri sehingga digontong rekan tim efakuasi.

"Tekanan udara ini terjadi secara spontan dan diluar prediksi, sebab berdasarkan Standar Prosedur Pekerja (SOP) tambang dalam telah dilaksanankan. Jika, terjadi ledakan maka, tidak seorang pun yang dapat terselamatkan. Tetapi, pipa blower kita masih utuh dan listrik pun masih menyala dengan baik artinya tidak bisa dikatakan ledakan tambang. Namun, untuk lebih pasti penyebab air blast adalah direktur tambang provinsi yang akan melakukan pengkajian dan invetigasi," ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa hingga saat ini belum bisa dipastikan penyebab kejadian tersebut. Karena masih menunggu inspektur tambang dari provinsi untuk melakukan investigasi penyebab terjadinya luka bakar tersebut. Karena dua orang korban tersebut bekerja menjafa pilar cabang baru dengan jarak 20 meter dari lobang utama.

"Kita masih menunggu direktur tambang dalam provinsi untuk melakukan pengujian. Karena merekalah yang lebih berhak melakukan kajian. Sementara kita hanya melakukan evakuasi dan pertolongan pertama. Untuk sementara waktu pengerjaan lobang BMK 34 di tutup dan tidak beroperasi sampaikan diperbolehkan izin kembali dsri direktur tambang. Seluruh karyawan perusahaan sudah dilindungi BPJS Ketenagakerjaan dan pihak perusahaan bertanggungjawab atas peristiwa terjadi," ujarnya.

Sementara itu, Polres Sawahlunto, AKBP Riyadi Nugroho mengatakan bahwa 20 orang pekerja tambang berhasil di efakuasi, dua orang karyawan mengalami luka bakar dan mendapat perawatan di rumah sakit. Pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan dan meminta keterangan saksi-saksi. 

"Untuk sementara waktu lobang tambang 34 tutup dan dipasang garis polisi guna proses penyelidikan lebih lanjut. 13 perusahaan tambang di Sawahlunto telah memiliki izin, termasuk perusahaan tambang CV BMK dan telah ada SOPnya. Maka untuk proses penyelidikan akan terus dilakukan dengan meminta keterangan saksi. Jika ada unsur kelalaian dan tindak pidana maka akan dilajutkan ke proses hukum. Untuk menjaga keamanan dan proses penyelidikan maka dilakukan pemasangan polisland," ujarnya.

Monday, March 27, 2017

7.433 Orang Keluarga Berencana Gunakan Aseptor

Sebanyak 7.433 orang atau sekitar 82,7 persen Keluarga Berencana (KB) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat menggunakan Aseptor (penggun alat kontrasepsi) pada tahun 2016. Secara umum, jumlah tersebut cukup tinggi untuk Kota Sawahlunto. Pemerintah kota Sawahlunto terus berupaya agar setiap tahun ada peningkatakan jumlah aseptor. Sehingga program pengendalian penduduk di Kota Sawahlunto dapat terlaksana dengan optimal.

"Ada beberapa kelompok orang yang tidak menjadi aseptor aktif di Kota Sawahlunto. Diantaranya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ingin memiliki atau menambah anak. Sasaran aseptor ini adalah PUS yakni orang yang berusia antara 20 sampai 49 tahun. Tidak terlepas laki-laki atau perempuan, karena saat ini laki-laki pun dianjurkan untuk menjadi aseptor aktif," ujar Yufinarti Patma, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Sawahlunto, Kamis, 23 Maret 2017.

Ia menyebutkan terkait dengan upaya yang dilakukan dalam rangka melestarikan aseptor aktif, Patma menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah menyediakan alat kontrasepsi bagi aseptor yang kurang mampu. "Untuk aseptor mandiri, mereka dapat memilih sendiri tempat dan pelayanan alat kontrasepsi sesuai dengan yang mereka butuhkan dan inginkan," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga melakukan pembinaan-pembinaan dan edukasi kepada aseptor aktif agar tidak terputus dalam menggunakan alat kontrasepsi. Diantaranya dengan menghimbau untuk menerapkan metode jangka panjang  dengan menggunakan alat kontrasepsi jenis implan, IUD dan sebagainya. 

"Saat ini, dari 7.433 aseptor aktif, sekitar 20 persen diantaranya telah menerapkan metode jangka panjang. Penerapan metode tersebut, resiko drop out atau berhentinya seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi dapat diminimalisir," ujarnya.

Friday, March 24, 2017

Generasi Berencana Pencanangan Masa Depan

Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Sawahlunto, terapkan program Generasi Berencana (GenRe) bagi seluruh generasi muda yang ada di kota Sawahlunto. Program tersebut akan diterapkan pada pelajar disekolah tingkat SLTA yang ada di kota Sawahlunto.

"Melalui program ini, nantinya remaja akan dilatih untuk dapat merencanakan masa depan mereka sendiri, diantaranya dengan menghindari tiga hal yakni, seks bebas, HIV /AIDS, dan NAPZA," ungkap, Yufinarti Patma, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, Kamis, 23 Maret 2017.

Ia mengatakan bahwa beberapa remaja juga akan dijadikan agen yang nantinya akan menyebarluaskan program-program pemerintah terkait dengan perencanaan masa depan oleh para remaja di lingkungan mereka masing-masing.

"Melalui GenRe ini juga, kami akan mensosialisasikan kepada remaja untuk tidak menikah dibawah umur. Karena hal tersebut dapat memicu berbagai permasalahan dikemudian hari. Kita akan membentuk Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-Remaja) disetiap SLTA dan SLTP yang ada di Kota Sawahlunto," katanya.

Ia menjelaskan bahwa PIK-Remaja merupakan suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta penyiapan kehidupan berkeluarga.

"Dengan kata lain remaja yang tergabung dalam PIK-Remaja ini akan menjadi konselor bagi teman-teman sebayanya terkait dengan bagaimana caranya mempraktekkan hidup secara sehat. Saat ini kita tengah melakukan pembinaan terhadap 29 kelompok PIK-Remaja, baik yang berasal dari sekolah maupun dari umum seperti kelompok Remaja Mesjid dan Karang Taruna," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Provinsi Sumatera Barat, Mardalena, mengatakan bahwa PIK-Remaja merupakan salah satu kegiatan dari program pembangunan keluarga. "Kegiatan ini telah dijalankan sejak beberapa tahun terakhir, dengan sasarannya adalah para pelajar dan masyararakat usia remaja yang tidak lagi bersekolah," katanya.

Ia menyebutkan bahwa untuk menyukseskan kegiatan tersebut diharapkan para remaja dapat berperan aktif dengan cara bergabung pada kelompok PIK-Remaja yang ada di daerahnya, sehingga segala permasalahan yang timbul dapat dikonsultasikan dan dicarikan solusinya. 

"Kami juga akan membekali para remaja dengan keterampilan sesuai dengan potensi dan keinginan mereka. Sehingga mereka memiliki modal dalam menjalani hidup dimasa yang akan datang," tuturnya. 

Wednesday, March 22, 2017

Butuh Modal Usaha Untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksi songket

Yulia Fera (Y.F) Songket Pelaku Home Industri
Selasa, 7 Maret 2017 siang langit kota Sawahlunto, Sumatera Barat, cerah. Jalan menuju Desa Lunto Timur, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, menurun dan berkelok. Udara yang sejuk dan pemandangan alam serta perbukitan yang alami menyejukan mata. Desa Lunto Timur, Dusun Koto Tuo melewati pendakian yang curan serta jalanan yang kecil. Maka, untuk melewati jalan tersebut harus ekstra hati-hati menempuh jalan semen berukuran sekitar 80 cm tersebut.

Siang itu, Penulis menjambangi rumah pengrajian Songket Yulia Fera, Dusun Kota Tuo, Desa Lunto Timur, untuk menyaksikan langsung proses pembuatan songket. Sesampai dirumah Yulia, terlihat ia sedang sibuk menyelesaikan songket pesanannya. Ibu muda ini terlihat piawai memintal benang dan merajutnya menjadi motir dari benang emas. 'Turak' yang mondar-mandir dimasukan ke lorong dan bagian benang lantai yang akan menjadi motif.

Ruang produksi songket Yulia Fera (Y.F) terlihat masih sederhana. Ia memanfaatkan flapon rumah bagian belakang yang ditutup kayu seadanya. Dindingnya tidak utuh tertutup kayu dan banyak yang bolong. Sedangkan lantainya masih tanah. Pandangan mengarah pada sawah berjenjang di lereng perbukitan, sebagai bentuk rileksasi mata di celah dinding yang bolong. Ruang Produksi ini pun menyatu dengan kapur yang digunakan untuk memasak.

Yulia Fera belajar pada orang tua membuat songket tahun 2007 silam, sebagai anak tenun. Kemudian pada tahun 2010 barulah mandari menenun songket dengan modal sendiri. Pada tahun 2010 tersebut memiliki satu pelantai songket, kamudian dengan penjualan dan pesanan bisa mempekerjaan satu oranh karyawan anak songket.

Songket yang telah dibuat bermacam motif yang dibuat seperti motif Pucuak Rabuang, Bungo Tulip, Tampuak Manggis, Rankiang, Cantik Manis, Lansek Manih, Itiak Pulang Patang, Menara dan sebagainya. 

"Saat ini saya membuat songket betdasarkan pasanan orang. Mereka menginginkan motifnya seperti apa, maka barulah dibuatkan. Karena saya bisa membuat sesuai dengan motif yang diinginkan. Berkat, pengalaman dan lamanya menenun, maka telah banyak motif yang terlahir, seperti motif manara yang tidak dimiliki penenun lainnya," ujar ibu satu orang putri ini mempragakan rajutan benang yang telah diap dibuat sendiri.

Ia mengaku bahwa untuk memulai menenun dengan membeli peralatan lantai songket seharga Rp3 juta. Berkat ketekunan dan keyakinan menenun telah mampu membuka lapangan pekerjaan baru bagi yang lain. Meskipun, anak tenunnya belum bisa untuk membuat motif sesuai dengan pesanan. 

"Saya yang membuat motif rajutan, Silvia Delvi (anak tenun) karena belum bisa membuat motif sendiri. Sebetulnya untuk motif-motif yang mudah Silvia telah bisa namun masih butuh bimbingan saja. Buktinya Silvia bisa menyelesaikan selembar songket selama dua hari, karena telah bepengalaman menenun selama tiga tahun," akunya sembari mengamati tiap detail benang emas untuk motif.

Ia mengaku bahwa harga perlembar songket Rp350 ribu dengan ukuran sehelai baju atau 2,75 meter. Harga bergantung pada kualitas benang dan tingkat kesulitan dalam pembuatan motif. Kemudian songket untuk Kain Sarung dijual dan Selendang harganya tentu tidaklah sama. Harga relatif berbeda karena berdasarkan tingkat kesulitan dalam pembuatan songket.

"Selama dua hari kita bisa menyelesaikan dua lembar kain songket. Selama seminggu penjulan sebesar Rp600 ribu jual beli Songket, maka sebulan sebesar Rp2,4 juta. Sedangkan modal dalam pembuatan songket untuk 5 kg benang 'Lenan Togak' seharga Rp1,1 juta. Kemudian, semua bahan pokok pembuatan Songket ada di Sikungkang. Dalam 5 kg benang menghasilkan 28 lembar bahan baju, 30 kain sarung dan 30 salendang," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa jika tidak ada pesanan maka menenun tetap dilanjukan. Maka, hasil songket yang tersebut telah ada tempat penampungan yang membeli songket seperti Silungkang. Berapapun produksi songket yang dihasilkan, pengusaha songket Silungkang di beli. Namun tentu harga yang relatif murah dibandingkan penjualan sendiri. "Pengumpul dan pengusaha tentu akan mengambil untung pula deri songket yang kita jual ke padanya," akunya sembari meluruskan posisi duduknya.

Yulia, mengaku belum pernah mengikuti pelatihan dan pembinan dari pemerintah untuk membuat songket. Belum pernah ikut pelatihan, kemudian, tidak ada bantuan dari pemerintah untuk modal. Memulai menenun karena bisa menenun dan memodali untuk membeli lantai tenun sebesar Rp3 juta. 

"Karena seperti jaman sekarang ini tidak melulu mengharapkan pendapatan suami. Karena tidak jamannya dengan kehidupan semakin sulit dan mencari pekerjaan pun susah. Sehingga dengan menenun maka, dapat membantu biaya anak sekolah dan terbantunya biaya hidup rumah tangga. Apalagi seperti saat sekarang ini, suami saya udah sebulan menganggur tidak bekerja. Maka, untuk menanggulangi biaya hidup harian adalah hasil menenun," ungkapnya sembari senyup percayaa diri.

Ia menyebutkan bahwa Desa Lunto Timur adalah produksi terbesar Songket sebagai produksi rumah tangga. Ibu-ibu baya dan muda telah bisa menenun songket dikenal banyak orang sebagai songket Silungkang. Karena, hasil tenunan songket di Desa Lunto Timur tersebut di jual dan dipasarkan di Silungkang.

"Lambat-laun pengrajin songket ini telah banyak mendapat pesanan. Namun, karena kekurangan modal sehingga pesanan dibatasi. Sebab, pesanan dari konsumen harus terjadwal kapan tenunan tersebut disiapkan oleh penenun. Untuk meningkatkan hasil produksi tentu butuh modal, namun saat ini kita tidak memiliki modal. Mayarat disini termasuk saya sendiri berharap ada pihak bank yang dapat memberikan bantua modal. Karena sebelumnya bank yang datang untuk memberikan bantuan pinjaman, namun setelah survei kelapangan pihak bank tidak lagi muncul," katanya

Monday, March 20, 2017

Antisipasi Bencana Longsor Perkuat Koordinasi dan Komunikasi

Andy Rastikan
Penanganan Bencana daerah kota Sawahlunto, provinsi Sumatera Barat, perlu adanya upaya peningkatan kewasapadaan dari semua komponen yang terlibat. Sebab, Sawahlunto merupakan daerah dengan kondisi alam yang berbukit dan berpotensi rawan akan bencana longsor. Maka, semua komponen ikut serta untuk menanganan bencana dan aktisipasi bencana longsor.

Sawahlunto potensi besar bencana longsor akan membawa dampak buruk yang merugikan masyarakat. Maka, perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dalam penanggulangan bencana. Kemudian tanggap darurat diperlukan sebagai langkah untuk melakukan penanganan bencana.

"Maka dalam penanggulanan bencana tersebut perlu adanya sistem koordinasi dan komunikasi untuk dengan semua sektor. Untuk hal-hal yang bersifat imergensi tersebut perlu dilakukan koordinasi dan komunikasi. Karena bencana merupakan hal yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat maka perlu adanya penanganan cepet," ujar Andy Rastika, Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Sawahlunto, kepada Penulis Senin, 20 Maret 2017

Ia menyebutkan bahwa Kota Sawahlunto berpotensi longsor maka untuk penanganan bencana yang dikakukan dengan penanganan dibekali dengan peralatan alat berat. Karena, dalam dua minggu belakangan curah hujan tinggi dan mengakibatkan longsor serta jalan terban.

"Curah hujan yang tinggi tersebut, maka dalam penanganan tersebut perlu reaksi cepat dilakukan dengan cara menghimbau masyarakat untuk selalu tingkatkan kewaspadaan bencana longsor. Kemudian, bagi daerah yang terdampak longsor tersebut penanganan bencana jangka menengah," ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam hal mengurangi resiko bencana longsor maka pada daerah rawan longsor pemerintah telah melarang adanya pembanguan di areal rawan longsor. Maka, untuk pengawasan tersebut, agar masyarakat tidak membangunan mengawasi IMB. 

"Bagi masyarakat yang ingin membangun maka perlu ada IMB. Hal ini juga sebagai langkah pemerintaj dalam penanganan resiko bencana. Maka perlu analisa secara teknis atas bangunan dari masyarakat dengan memberikan spesifikasi bangunan yang harus diberikan kepada masyarakat," paparnya.

Selanjutnya, kata dia, upaya yang dilakukan dalam penanganan bencanan dengan memberikan pendidikan kebencanaan. Hal ini sebagai langkah antisipasi dini yang menjadi tanggungjawab masyarakat. Maka, dengan memberikan pemahanan kepada masyarakat tersebut sebagai langkah antisipasi bencana banjir dan longsor.

"Edukasi diberikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan yang memungkinan akan berdampak buruk terjadinya genangan air karena tersumbatnya riol. Penanganan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dampak banjir, karena tingginya cirah hujan maka akan bertambah pula debet air," katanya.

Indra, Kabid Pencegahan, Kesiapsiagaan, Kedaruratan dan Logistik, (Kabid KKL) Kesbangpol dan Penanggulanan Bencana Daerah mengatakan bahwa ada 20 titik longsor yang terjadi hingga 19 Maret. "Januari ada empat kasus bencana longsor, kemudian bulan Februari ada 1 titik longsor dan bulan Maret ada 14 titil lonsor," katanya.

Ia menyebutkan bahwa Kota Sawahlunto pada umumnya rawan bencana longsor tingkat sedang secara nasional. Potensi longsor tersebut terjadi pada zona merah pada empat kecamatan. "Kecamatan Barangin, potensi Saringan, Lumindai, kemudian, Kecamatan Lembah Segar, potensi lonsor di Air Dingin, Kecamatan Silungkang, potensi longsor Muara Kalaban. Titik rawan bencana longsor tersebut diharapkan masyarakat selalu waspada," katanya

Saturday, March 18, 2017

Seorang Pemuda Gantung Diri Dikamar

Seorang pemuda mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dikamar, Kamis, 16 Maret 2017 sekira pukul 14.00 Kelurahan Kubang Sirakuak Utara, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Korban diketahui bernama M. Yunus, 26, meninggal dikamar dengan tali mengikat dilehernya. Peristiwa itu diketahui oleh ibu kandung korban bernama Saribanun. Korban sering berhalusinasi ini pernah melakukan percobaan bunuh diri. Namun, percobaan bunuh diri tersebut cepat diketahui oleh keluarga.

Ali Akbar, paman korban menyebutkan bahwa M. Yunus, merupakan anak yang pendiam dan tertutup setelah tamat kursus komputer. Namun, setelah temat kulian M. Yunus murung diri dan kurang bergaul dengan teman sebaya. Karena M. Yunus merasa minder karena belum memiliki pekerjaan. 

"Setelah selesai kursus komputer, barulah ada perlakuan yang berbeda dari M Yunus. M. Yunus menyebutkan bahwa dirinya sering ketakuta saat melihat gelap dan sering ada yang mengejar," ujarnya.

Ia melanjutkan kondisi tersebutlah yang membuat M Yunus selalu murung dan banyak diam. Melihat kondisi tersebut karena terlalu sering berhalusinasi akhirnya M Yunus dibawa berobat ke Rumah Sakit Puti Bunsu Sawahan, Kota Padang. "Yunus memakan obat rutian selama sebulan," ujarnya.

Sekanjutnya, dalam proses memakan obat tersebut tidak ada perubahan akhirnya M Yunus di bawa ke Pakan Baru untuk berobat tradisional dengan cara di rukyah. Sewaktu menginap di hotel M Yunus mencoba malakukan bunuh diri dengan menggunakan ikat pinggang. "Karena kita ada disana dan masih dalam pengawasa bersama sehingga nyawa M Yunus dapat tertolong," sebutnya.

Ia melanjutkan bahwa, peristiwa kali ini dilakukan M Yunus dengan tidak terduga karena sebelumnya M Yunus bermain dengan ponakannya. Setelah itu M Yunus menghilang dan didapati sedang sudah tiada. "Pertamakali menemukan adalah Saribanun ibunya M Yunus," ujarnya.

Kapolres Sawahlunto, AKBP. Riyadi Nugroho melalui Polsek Sawahlunto, AKP. Gusriadi, menyebutkan bahwa sewaktu polisi satang kerumah korban, tali gantungan sikorban telah diputus oleh kakak Korban bernama Fatmawati. "Kita datangkan dokter untuk melakukam fisum. Sementara kasus ini masih dalam penyelidikan kami dan akan segera diperiksa lebih lanjut," ujarnya.

Thursday, March 16, 2017

Butuh Lahan Pertanian Baru, Kerupuk Ubi Produksi Rumah Tangga Agrobisnis

Kelurahan Saringan Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, merupakan masyarakat berpenghasilan rendah. Hal itu disebabkan sebagian masyarakat bekerja sebagai buruh dan ojek. Selain itu, masyarakat Kelurahan Saringan juga sebagai pedagang kakilima yang menjual minuman, seperti jus, minuman saset dingin dan kedai kelontong.

"Mata mencarian dan sumber pendapatan masyarakat Kelurahan Saringan kebanyakan buruh bangunan. Kemudian sebagian masyarakat ada yang mengojek dan pedagang penjual munuman saset seperti jus. Ada sebanyak 15 kepala keluarga yang berjualan di Lapangan Segitiga dan kedai kelontong di rumah. Ada pula yang berladang tanaman tuan, seperti kelapa dan pohon karet," ujar Zulkifli, Lurah Saringan, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, kepada Penulis Selasa, 14 Maret 2017.

Ia mengatakan bahwa untuk menambah pendapatan keluarga, ada sebagian masyarakat yang membuat kerupuk ubi menjadi olahan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kerupuk ubi tersebut diolah di rumah sebagai home industri untuk menambah pendapatan keluarga.

"Ada empat kepala keluarga yang memproduksi kerupuk ubi dusun Gunuang Timbago. Produksi kerupuk ubi tersebut saat menjadi terganggu karena sulitnya mendapatkan ubi kayu tersebut. Kelangkaan ubi kayu tersebut menyebabkan harga ubi kayu menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya," katanya.

Ia menyebutkan bahwa home industri tersebut masih diolah masyarakat secara manual. Kerupuk tersebut di jual oleh masyarakat kepasa Sawahlunto. Kemudian, ada pula menjual kepada langganan dan pesanan yang membeli kerupuk ubi tersebut. Ada juga pembeli yang datang kerumah untuk membeli kerupuk.

"Untuk memproduksi kerupuk ubi harus membeli ubi dipasar karena warga tidak memiliki lahan untuk berkebun. Karena banyak masyarakat kelurahan Saringan tidak memiliki lahan perkebunan. Lahan di kelurahan ini sangat sempit sehingga tidak bisa berkebun untuk menanam ubi kayu," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Kelurahan Saringan memiliki sebanyak 461 kepala keluarga dengan penduduk sebanyak 1965 jiwa sebagai masyarakat berpenghasilan rendah. Maka, untuk menambah pendapatan keluarga banyak yang berdagang dan pelaku industri seperti usaha kerupuk ubi. Karena kebanyak masyarakat Saringan tidak memiliki banyak lahan untuk bekebun. "Masyarakat kita ada yang berkebun, namun tanaman tua, seperti pohon kelapa dan karet. Kemudian, sebagiannya lagi burun bangunan dan tukang ojek," ujarnya.

Semetara itu, Zainul Anwar, Camat Barangin menyebutkan bahwa masyarakat sejatinya lebih kreatif dan inovatif. Maka, setiap ada kegiatan atau iven kota, masyarakat dapat berperan dalam kegiatan tersebut untuk berdagang. Tidak tertutup kemungkinan pelaku home industri pun dapat berpartisipasi untuk mengais rezki untuk menjual produk olahannya.

"Kita akan sokong pelaku home industri untuk melihat petensi kerupuk ubi tersebut. Kita akan lalukan upaya percepatan untuk mengangkat ekonomi kerakyatan. Maka, pelaku home industri akan diberikan pembinaan. Kita akan lakukan pemantauan terhadap masyarakat berdasarkan keinginan dari masyarat itu sendiri untuk mengembangkan usahanya menambah pendapatan keluarga," ujarnya.

Ia mengatakan, bahwa peluang usaha ini akan diciptakan sesuai dengan keinginan dan sumber daya alam masyarakat. Maka, untuk kebutuhan tanaman ubi akan dibina lansung oleh Penyuluh Pertanial Lapangan (PPL) kecamatan yang akan koordinasi dengan Dinas Pertanian menanan dengan demplot komuditi.

"Karena Kecamatan Barangin merupakan kawasan lahan pertanian tadah hujan. Maka pembinaan dilakukan tiap desa dan kelurahan untuk menam taman komuditi seperti ubi kayu. Sehingga diharapkan nantinya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di desa dikelurahan lain yang membutuhkan ubi kayu. Hal ini tidak hanya berlaku untuk ubi kayu saja tetapi juga berlaku untuk komuditi lain. Maka, perlu menginfentalisir lahan kosong untuk di garap dan tidak menganggur," tambahnya.

Ia melanjutkan bahwa selama ini yang terjadi adalah masyarakat hanya menunggu, sehingga jika musim kemarau banyak lahan yang menganggur. Akibatnya, tidak pernah terpantau keinginan masyarakat tersebut seperti apa. Kalau masyarakat menginginkan untuk membuat kerupuk sebagai home industri maka upaya yang dilakukan adalah pembinaan, kemudian baru diberikan modal sesuai dengan keinginan masyarakat itu sendiri sesuai dengan keinginannya.

"Kita akan berikan pelatihan bagaimana mengolah ubi kayu untuk dijadikan kerupuk termasuk manajeman pasarnya. Namun hal ini akan terus dalam pantauan kita dan akan diberikan bantuan melalui BazNas. Karena jika mengacu kapada hasnaf delapan maka, masyarakat atau pelaku UMKM yang berekonomi rendah ini dapat diberbantukan," katanya.

Ia menambahkan bahwa selain itu, untuk mendapatkan bahan baku ubi kayu tersebut biasanya didatangkan dari luar kota Sawahlunto. Karena mengikapi keluhan pelaku usaha yang kesulitan bahan baku ubi kayu tersebut pemerintah telah melakukan koordinasi dengan pemasok ubi kayu dari luar kota Sawahlunto.

"Langkah ini diambil mengingat tingginya kebutuhan ubi kayu oleh pelaku UMKM. Kita akan lakukan peninjauan sebelumnya ke palaku usaha kerupuk berapa kebutuhan ubi kayu perharinya. Kemudian, pedagang ubi kayu diluar kota Sawahlunto seperti Batu Sanka bisa menutupi kebutuhan ubi kayu bagi pelaku industri dengan harga yang terjangkau," ungkapnya.

Selanjutnya, terang dia, dalam peningkatan ekonomi kemasyarakatan UMKM merupakan langkah dalam mengurangi angka kemiskinan. Maka, dasa dan kelurahan harus mendengarkan inspirasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan inginan masyarakat untuk berwirausaha. 

"Setelah kita mengetahui apa keinginan masyarakat barulah kita mencarikan solusi apa yang pas dan cocok sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Terutama kita akan lakukan pembinaan dan bantuan modal bisa saja dari CSR bank, perusahaan dan Baznas," paparnya.

Deswanda, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sawahlunto mengatakan bahwa saat ini pelaku usaha kerupuk ubi kesulitan mendapatkan bahan baku ubi. Hal itu disebabkan karena berkurangnya lahan untuk berkebun menam ubi.

"Kususnya di Kota Lama Talago Gunuang, memang kesulitan mendapatkan bahwa baku ubi. Kerupuk ubi merupakan agro industri, mengolah hasil pertanian. Maka, pembinaan kelompok pertanian agar tersedianya bahan baku lokal. Maka secara keseluruhan pelaku usaha kerupuk ubi kota Sawahlunto ada sebanyak 150 kepala keluarga," katanya.

Afdal, Anggota Komisi II DPRD Kota Sawahlunto, menyebutkan bahwa untuk produksi UMKM kerupuk yang dihadapi oleh pelaku usaha adalah sulitnya mendapatkan bahan baku ubi kayu. Maka perlu adanya penambahan lahan baru dan itensifikasi dan esistensi lahan berbatasan dengan hutan lindung. "Kerupuk ubi merupakan produksi rumah tangga yang bersifat agrobisnis. Maka, untuk menyuplay bahan baku perlu meningkatkan itensitas petani. Tentunya, dengan penambahan lahan baru untuk dijadikan areal kebun bagi petani," katanya

Pengrajin Kerupuk Singkong Kesulitan Mendapatkan Bahan Baku

Sugini, Pengrajin 'Opak Mak Nik'
Selasa, 14 Maret 2017 langit kota Sawahlunto, Sumatera Barat cerah. Siang itu, Penulis, berjalan menuju Gunuang Timbago, Kelurahan Saringan Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menemui pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pengrajn Kerupuk Ubi Kayu 'Opak Mak Nik'. Jalan berliku dan padatnya rumah menduduk dilereng bukit butuh kehati-hatian melewati gang sempit rumah warga.

Siang itu, kediaman Sugini, 55, Warga Gunuang Timbago, RT 01 RW II, Kelurahan Saringan Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat tampak duduk lesehan di ruang tamu rumah. Sembari memandang kerupuk ubi (Singkong) yang masih basah terjemur di atas 'rigen' terbuat dari bambu. Ibu paruh baya ini tampak lesu duduk lesehan beralaskan tikar di dalam rumah.

Ibu dua orang anak ini baru saja selesai membuat 50 kilo ubi kayu untuk dijadikan kerupuk. Ia mulai star membuat kerupuk sepulang dari pasar Sawahlunto membeli bahan baku ubi kayu. Sesampai di rumah ubi kayu dikupas lalu dicucu dan dibarut. Sampai pada proses mengukusan dan penggilingan hingga di cetak lalu dijemur diatas rigen terbuat dari ayaman bambu. 

Pekerjaan rutin ini dilakoninya setiap hari untun menambah penghasilan keluarga. Ia tampak lelah setelah bekerja sejak pukul 08 pagi hingga waktu zduhur tiba. Ia mampu menyelesaikan kerupuk ubi sebanyak 600-700 biji perhari. Kalau ia tenaga masih kuat dan bekerja seharian bisa selesai 1000 biji ubi sehari. Meskipun keuntungan yang didapatkan pun tidak seberapa, karena harga bahan baku terus naik.

Ia menyebutkan bahwa mengolah ubi kayu menjadi keruouk harus dengan ubi kayu baru yang masih segar. Selanjutnya, ubi yang kupas tersebut di kukus kemudian digiling dan lalu di buang tulang ubi kayu tersebut. Selanjutnya dicampuri bumbu dan dikukus, kemudian masuk pada tahap penggilingan dan dicetak.

"Setelah di cetak, kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan menggunakan sinar matahari. Kalau cuaca cerah maka untuk penjemuran hingga mengering memakan selama dua atau tiga jam. Jika cuca mendung maka memakan waktu selama sehari," ujar nenek enam orang cucu ini.

Ia menyebutkan bahwa membuat kerupuk dibantu oleh suaminya, Partam, 60. Karena ia tidak lagi bekerja sebagai K3 Kota Sawahlunto karena tersangkut umur. Tenaga Partam semakin dimakan usia tidak lagi diperbolehkan bekerja. Sehingga ia membantu istri untuk membuat kerupuk. Jika membuat kerupuk bekerja berdua, maka pekerjaan akan lebih ringan. Kemudian produksinya pun akan bertambah. Jika dikerjakan sendiri, kerupuk bisa dikerjakan 700 biji, namum jika dikerjakan berdua maka dalam sehari bisa diselesaikan 1000 biji lebih kerupuk. Hal itu pun jika dikerjakan sejak pukul 08.00 pagi hingga pukul 16.00 sore.

"Tapi karena bahan baku ubi sulit dan harganya mahal, maka kerjaannya pun menjadi berkurang. Karena tidak dapat membeli ubi banyak karena harganya mahal," ujarnya.

Sembari bersandar didinding rumah, perempuan yang mengenakan baju lengan pendek ini pun melanjutkan ceritanya. Ia mengaku, keberadaan ubi kayu saat ini sangat langka sehingga harga ubi kayu menjadi mahal. Harga ubi kayu saat ini sebesar Rp225 ribu perkarung. Artinya harga ubi kayu Rp5 ribu perkilogram kalau membeli banyak bisa Rp4 ribu perkilogram. Dalam satu karung ubi kayu tersebut bisa memperoleh hingga 1000 biji kerupuk ubi.

Menurutnya, membuat kerupuh ubi tidak lah sulit dan bisa dikerjakan di rumah. Namun yang menjadi kendala saat ini adalah kesulitan mendapatkan ubi kayu. Biasanya pembelian ubi kayu tersebut langsung dari penjual yang menjadi langganannya dari Batu Sanka. Ubi kayu tersebut diantar sampai kerumah. Karena, sulitnya ubi kayu tersebut, saat ini langganannya tidak lagi berjualan. Akibatnya, ia harus kepasar membeli ubi kayu setiap harinya.

"Kalau kita membeli ubi berkarung dipasar dikhawatirkan ubinya kecil-kecil. Kemudian ada pula ubi yang keras dan pahit. Maka, harus datang ke pasar untuk membeli ubi dan memilih ubi yang besar. Kalau ubinya kecil, tentu setelah diparus dan dijadikan kerupuh hasilnya pun sedikit. Akibatnya, yang ditemukan setelah penjualannya hanya balik modal dan tidak ada untungnya kecuali lelahnya saja," tutur ibu yang suka bercanda ini.

Ia menyebutkan bahwa usaha kerupuk ubi "Opak Mak Nik" telah ditekuninya sejak tahun 1992. Usaha kerupuk ini telah mengantsr kedua orang anaknya sampai tamat SMA. Karena suaminya bekerja sebagai K3 dengan gaji yang diterima paspasan. Sehingga ia melajar membuat Kerupuk diberinama Opak Mak Nik. Kerupuk ini telah memiliki sertifikat hal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan BPOM. 

Satu kotak ubi dalam kemasan berisi 50 biji kerupuk dijual Rp20 ribu. Namun, pelanggan banyak yang membeli dengan kemasan plastik. Pelanggan beranggapan dengan kemasan plastik tidak banyak memakai tempat saat membawa. Kemudian, untuk kemasan plastik yang berisi 100 biji kerupuk dijual Rp35 ribu.

"Kalau Opak Mak Nik telah sampai ke Singapura, Sulawesi, Kalimantan pangsa pasarnya. Karena setiap perantau yang pulang kampung kemudia balik lagi, mereka memesan Opak Mak Nik sebagai oleh-oleh," ujarnya.

Meskipun belum ia beluk banyak bekerja sama dengan mini market untuk menitipkan Opak Mak Nik. Pesanan kerupuk ubi dari pelanggannya banyak langsung kerumahnya. Karena kerupuk Opak Mak Nik ini telah banyak dikenal masyarakat. Kemudian pembeli juga ada yang memesan kerupuk secara langsung datang kerumah.

"Setiap hari ada pembeli yang datang untuk membeli kerupuk ubi. Berapa biji pun kerupuk bisa bibuatkan setelah kering pembelinya sudah ada. Kalau, dalam seminggu bisa menyelesaikan 7000 biji kerupuk, semua telah habis terjual. Saat ini produksi ubi kayu berkurang karena kesulitan mendapatkan bahwa baku," katanya.

Selanjutnya, upaya yang dilakukan oleh pemerintah berupa pembinaan dengan memberikan pelatihan, termasuk manajemen pasar dan pembukuan. Namun, setelah pelatihan tersebut diberikan bantuan berupa mesin barut ubi kayu, kukus, bungkus kemasan dan kompor gas. 

"Kemasan yang diberikan oleh pemerintah agar tampilannya menarik dan lebih elegan. Namun, banyak pula pembeli yang memesan kerupuk dengan kemasan plastik karena lebih ringan," ujarnya.