Thursday, November 30, 2017

Tari Kemilau Songket Group Sanggar Seni Canang Badantiang Tampil Di Panggung Multikultural Festival

Songket tidak hanya menjadi pakaian dalam ke hidupan seharian masyarakat Sawahlunto. Namun, Songket menjadi sumber pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, Songket tidak hanya dikenal sebagai aksesoris dan tata busana saja, namun songket telah berkembang menjadi sebuah tarian yang berjudul 'Tari Kemilau Songket'. Tarian tersebut guna mendukung promosi songket sebagai kekayaan budaya di Sawahlunto. 


Minggu 22 November 2017 malam penonton memfokuskan pandangan ke arah panggung Multikultural Festival. Pandangan penonton seakan terikat oleh pukauan para penari cilik yang dipentas. Penonton ada yang duduk, berdiri dan mulai merapat ke arena panggung menyaksikan pertunjukan tari. Penari cilik tersebut memperagakan 'Tari Kemilau Songket' koreografer Yuliarni, Sanggar Seni Canang Badantiang Sawahlunto. Para penari terlihat lincah dengan gerakan yang terpola setelah mengikuti pembinaan dan latihan selama tiga bulan. 

Penari Cilik tampak percaya diri menari dihadapan penonton. Suasana panggung yang menjadi liar akibat lenggok tubuh penari cilik di pentas serta linghting (tata cahaya panggung) memukau serta memperkuat gerak tubuh penari. Iringan musik seirama dengan gerakan penari serta gemulai tangan-tangan mungil penari mengidentifikasi Songket di atas pentas. Sehingga Songket tidak semata pakaian harian tetapi Songket menjadi lebih hidup dalam tarian ketika di eksplorasi ke dalam sebuah tarian dan karya seni. 

Yuliarni menyebutkan bahwa ide garapan 'Tari Kemilau Songket' diambil dari kepiawaian masyarakat dalam menenun membuat songket. Songket sebagai kearifan lokal dan identitas masyarakat yang membudayakan Songket di Sawahlunto. Kemudian tarian tersebut mengeksplorasi Songket yang telah dikenal oleh masyarakat Sawahlunto. Songket tidak hanya menjadi pakaian dalam ke hidupan seharian masyarakat Sawahlunto. Namun, Songket menjadi sumber pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

Maka, untuk mendukung promosi songket tersebut dilahirkan dalam bentuk garapan Tari Kemilau Songket. Sehingga pengenalan songket secara menyeluruh di tengah masyarakat sebagai identitas lokal Sawahlunto. 'Tari Kemilau Songket' merupakan ide garapan dari kepiawaian masyarakat dalam menenun membuat songket sebagai kearifan lokal dan identitas masyarakat yang membudayakan Songket di Sawahlunto. 

Sanggar Canang Badantiang, berdiri sejak 14 April 2015 lalu banyak menggarap tari tradisi, kontemporer dan moderen. Kemudian Sanggar tersebut menggarap tari tradisional dari berbagai etnis Minang, Batak, Jawa, dan Sunda. Sebab, Sawahlunto terdiri dari banyak etnis yang hidup berdampingan dan saling membaur. Sehingga gerakan dasar tarian di ambil dari bentuk lokalitas budaya yang multi etnik di Sawahlunto.

Yuliarni, alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta mengatakan bahwa Sanggar Seni Canang Badantiang tersebut dibentuk untuk menampung aspirasi anak muda serta menyalurkan bakat dibidang seni tradisi. Sanggar tersebut lahir diawali dengan beberapa orang seniman Sawahlunto yang berkumpul, namun memiliki ide dan visi yang sama. Sehingga dibuat wadah tempat berkumpul dan belajar seni atas kesepakatan bersama dibentuklah Sanggar Seni Canang Badantiang. 

Sanggar Seni Caniang Badantiang setiap tarian yang ditampilkan tidak sama dengan gerakan tarian sanggar seni lain. Artinya tari yang dimainkan adalah tari kreasi Canang Badantiang yang tidak dimiliki oleh Sanggar lain dengan Koreografer Yuliarni. Melainkan membuat komposisi dan gerakan sendiri untuk dipentaskan tanpa merobah tarian orang lain. Kemudian gerakan yang diambil adalah pencarian gerak tubuh masyarakat Sawahlunto yang multi etnik. Tarian tersebut diciptakan bertujuan untuk merangsang kreatifitas anggota dan mengasah kepekaan anggota terhadap budaya lokal yang ada di Sawahlunto. 

Sehingga Sanggar Canang Badantiang memiliki tari yang dipentaskan koreografer Yuliarni seperti Tari Kemilau Songket, Indang Bajelo, Semarak Menyongsong Alek, Tari Pasambahan, dan Tari Ronggeng Sayuik. Kelima judul tari tersebut dipentaskan group Sanggar Seni Canang Badantiang pada Multikultural Festival. Tarian tersebut dibawakan oleh Sanggar Seni Canang Badantiang terdiri dari kelas dan kelompok dasar latihan tari. Kelompok Dasar anak umur 5 hingga 7 tahun. 

Kemudian, Sanggar Seni Canang Badantiang terdiri dari kelas Kelompok Pemula A, umur 8 hingga 9 tahun. Kelompok Pemula B berumur 10 hingga 12 tahun. Selanjutnya Kelompok Junior dengan kelompok umur usia SMP-SMA. Kemudian Kelas Senio umur 17 tahun hingga usia dewasa. Kemudian, peserta anggota tari tersebut diberikan pembinaan dan latihan selama tiga bulan untuk diberikan materi. 

Setelah berjalan tiga bulan dan semua materi telah diajarkan maka dilakukan evaluasi materi. Tujuannya adalah sejauh mana kemampuan anak menguasai dan menyerap materi yang diberikan. Evaluasi tersebut diberikan wadah pada anak untuk tampil mementaskan tarian yang telah diberikan sekali dalam tiga bulan dan dipertontonkan. 

"Hasil evaluasi tersebut diberikan sertifikat penghargaan kepada anggota kelompok tari yang teleh menguasai materi. Program yang disiapkan melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap anggota dengan menggali budaya yang ada di Sawahlunto dalam bentuk Tari dan Musik. Artinya Sanggar Seni Caniang Badantiang tidak hanya fokus pada tari tradisional saja tetapi juga menggarap musik," ujar Yuliarni. 

Kemudian, lanjut dia, pada Iven Multikultural Festival dalam rangka ulang tahun kota ke 129 tahun 2017 Sanggar Seni Canang Badantiang diberikan kesempatan tampil dan memiliki jadwal. Maka, kesempatan tersebut menjadi wadah bagi anak Sanggar untuk tampil. Sebab, anak Sanggar juga memiliki hak untuk tampil memeriahkan serta menyemarahkan ulang tahun kota dan difasilitasi.

"Selain menarikan tarian yang diciptakan sendiri, Kita juga menarikan 'Tari Rantak' Koreografer Gusmiati Suid. Tarian ini ditarikan dengan fersi aslinya dan tidak boleh di ubah. Selanjutnya, Kita juga menarikan tarian 'Tari Layuak Batoboh' Koreografer Eri Mefry, tari yang dimiliki pemda Sawahlunto," katanya.

Edi Sartono, Ketua Sanggar Seni Canang Badantiang Sawahlunto didampingi An Mukhtar Wakil Ketua menyebutkan bahwa anggota aktif Sanggar Seni Canang Badantiang lebih dari 100 orang dengan tiga orang pelatih dan seorang koordinator sebagai koreografer tari. Namun, pada Multikultural Festival yang tampil sebanyak 75 orang penari. Sebagian yang lain tidak bisa tampil karena memang ada beberapa yang belum siap untuk tampil. Sanggar Seni Canang Badantiang telah tampil di Padang, Jambi, Pekanbaru, Jakarta. 

"Jadwal latihan rutin sekali seminggu untuk kelompok umur junior dan kelompok umur dasar A dan B, latihan Sabtu sore dan Minggu siang. Kemudian Sanggar Seni Canang Badantiang juga menampilkan tari dengan musik live artinya kita tidak hanya terfokus pada tari saja, tetapi juga menggarap musik etnik. Kemudian untuk ruang gerak serta keberadaan Sanggar Seni Canang Badantiang mendapat suppor dari pemerintah kota baik moril dan materil," katanya.*

Tuesday, November 28, 2017

The Pakwa Kustik Aceh Latihan Melalui Vidio Call Mentas di Panggung Multikultural Festival

"Jarak tidak menjadi kendala untuk bisa latihan menyamai ide dalam bermain musik. Karena kecanggihan teknologi saat ini dapat mempermudah proses latihan bermain musik. Seperti yang dilakukan Group The Pakwa Kustik untuk latihan komposisi musik melalui video call. Sehingga latihan kolektif hanya untuk penghalusan dan penyempurnaan dengan beberapakali pertemuan.


Bunyi musik alat tiup 'Sarune Kale' alat musik asal Aceh memecah kesunyian sebagai cun pembuka pertunjukan musik group The Pakwa Kustik Aceh. Komposisi ruang pemain musik diatas pentas panggung Multikultural Festival 2017 Sawahlunto telah bersiap memainkan alat musik. Posisi siap memainkan alat musik untuk menghibur pengunjung dan penonton yang hadir. 

Senin, 27 November 2017 malam jarum jam menunjukan pukul 20.15 WIB. Penonton masih lengang. Meskipun demikian kegiatan tetap berlangsung sesui dengan jadwal yang telah dirancang. Meskipun tanpa penonton masih lengang pertunjukan musik The Pakwa Kustik Aceh tertap tampil maksimal. The Pakwa Kustik mengonsep 12 lagu yang berangkat dari idegarapan musik etnik. Kemudian, lagu tersebut bercerita tentang peperangan yakni Perang Sabi yang ada di Aceh pada zaman dulukala. Selanjutnya lagu tersebut juga bercerita tentang keindahan budaya dan cerita tentang percintaan. 

The Pakwa Kustik Aceh terbentuk berawal dari beberapa orang anak muda yang bertemu dan berbicara panjang. Kemudian perbincangan tersebut timbul sebuah keinginan agar ada suatu wadah komunitas yang menjaga (Menjadi Benteng) budaya Indonesia khususnya etnik Aceh. Artinya keinginan adanya benteng budaya Nusantara untuk menjaga budaya nusantara akhirnya terwujud. Sehingga atas dasar keinginan menjaga dan mempertahankan budaya tersebut maka terbentuklah The Pakwa Kustik pada 19 Desember 2009 dan lebih terfokus pada musik. 

The Pakwa Kustik saat memainkan musik  beranggotakan tiga orang dan dibantu oleh teman-teman dari Bukittinggi dan Padangpanjang yang berasal dari Aceh. Antara personil berada di Sumatera Barat sebagian personel berada di Jakarta karena Sekretariat The Pakwa Kustik berada di Jakarta berdekatan dengan TMII. Sehingga tidak dimungkinkan untuk latihan kolektif setiap hari. Personil The Pakwa Kustik Muhammad Rizki Dwi Saputra pemain Bass, Teku Mirja alat musik gitar, Rezeki Pinte sebagai Vokal. Sementara itu dibantu oleh teman yang lain, Munir Siron memainkan alat musik perkusi yakni Gendang Rapa'i, Fadlun memainkan alat tiup Sarune Kale dan Angga pemein Gitar Ukulele.

Muhammad Rizki Dwi Saputra, Ketua Group The Pakwa Kustik Aceh menyebutkan bahwa persiapan untuk tampil di panggung Multikultural Festival telah berjalan sejak sebulan belakangan. Meskipun personil group yang bermain secara terpisah, namun latihan tetap berjalan dengan latihan melalui jarak jauh. Pada dasarnya, 12 lagu tersebut telah sering didengar di Aceh sehingga tidak menyulitkan bagi personil untuk berlatih. Apalagi berasal dari Aceh telah mengenal komposisi musiknya. Sehingga tidak terlalu sulit untuk memainkan komposisi tersebut meskipun jarak yang berjauahan latihan tetap berjalan. 

Untuk mensiasati jarak yang berjauahan, maka The Pakwa Kustik metulis partiturnya lagu yang akan pertunjukan. Kemudian, partitur tersebut dikirim agar langsung bisa di baca lalu latihan sendiri-sendiri melodinya dikediaman masing-masing. Jika ada yang kurang serta ada keraguan dalam memainkan melodinya, Maka dapat dilakukan latihan melalui vidio call. Persiapan komposisi musik tersebut telah berlangsung sejak sebulan belakangan. Namun, untuk latihan secara kolektif dan benar benar matang dan klop pada hari minggu. 

Selanjutnya, The Pakwa Kustik sejak perjalanan panjangnya pernah mementaskan karyanya di Bukittinggi, Padangpanjang, Riau, Medan, Mataram, Jakarta. Kemudian, The Pakwa Kustik juga pernah mentas ke Hawai, Korea Selatan, Philipina, Malaysia dan Thailand. Kenegara tersebut The Pakwa Kustik juga membawakan Musik komposisi Etnik atau bisa dikatakan musik yang berjende etnik. Artinya bukan dalam bentuk komposisi musik yang ditampilkan The Pakwa Kustik di Sawahlunto. Meskipun musik pop, tetapi jendre musiknya tetap etnik, bergantung pada keinginan untuk menyanyikan dan membawa lagu tersebut. 

Kemudian alat musik yang dimainkan pun tidak terlepas dari alat musik etnik seperti Gendang Rapa'i dan Sarune Kale dengan musik saman serta tarian. Maka, tepuk tarian tersebutlah yang menjadi ritem dan berkolaborasi dengan komposisi musik (Rapa'i dan Serune Kale) sehingga menjadi komposisi musik yang utuh serta dapat dinikmati oleh penikmat atau masyarakat penonton. 

The Pakwa Kustik tidak membawaka komposisi musik yang pernah di pentaskan di luar negeri tersebut pada penampilan Multikultural Festival Sawahlunto, karena konsep The Pakwa Kustik datang ke Sawahlunto adalah minimalis. Disamping itu pula anggota memiliki kesibukan masing-masing sehingga ada yang aktif dan adapula yang tidak. 

"Makanya pada malam hari ini kita tampil hanya tiga orang dan itu pun anggota baru bergabung di The Pakwa Kustik. Kemudian melihat kondisi teman-teman yang tidak mengganggu kerja dan kegiatannya, barulah kita bisa membuat komposisi musik sehingga bisa tampil di panggung Multikultural Festival," ujar Muhammad Rizki Dwi Saputra. 

Selanjutnya, kata dia, pada bulan Maret 2018 mendatang The Pakwa Kustik akan mentas musik di Jerman dengan konsep eksperimental. Musik eksperimental tersebut ide pengharapannya masih berakar dari seni tradisi. Komposisi musik eksperimental yang akan dipentaskan tersebut 70 persen adalah musik tradisi yang berasal dari budaya lokal yang ada di Aceh. 

"Kita sampai ke Sawahlunto hari Minggu (26/11). Besok (Selasa, red) kita akan berangkat ke Sabang juga menampilkan komposisi musik. Kemudian, hari besoknya kembali lagi ke Jakarta," katanya. 


Menurutnya, The Pakwa Kustik pada saat penampilan, tetap tampil maksimal meskipun penonton lengang tidak mematahkan semangat untuk tampil. Karena disamping jendre musiknya yang berbeda serta berbentuk etnik dan penikmatnya pun akan berbeda cara eforiannya. Mulai dari yang tua sampai anak muda cara mereka menikmati musik juga akan berbeda pula. 

"Meskipun penonton tidak ada kita tetap semangat dan berusaha menyemangati diri sendiri serta teman-teman yang lain. Karena kondisi seperti ini juga pernah mengalami, seperti di Riau, karena dalam jadwal The Pakwa Kustik sebagi penampil terakhir. Sehingga penonton telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Kemudian pada akhirnya tetap menyemangati teman-teman, tetap semangat tampil meskipun tidak ada penonto. Meskipun demikian The Pakwa Kustik meyakini bahwa penonton adalah dalam hati masing-masing," tuturnya.*




Sunday, November 26, 2017

Jadikanlah Rumah Syorga Bagi Anak

Sabtu, 25 November 2017 siang langit kota Sawahlunto cerah. Siang itu, Penulis berjanji bertemu dengan Ketua Forum Anak Kota Arang. Setelah disepakati akhirnya perjumpa dengan Ketua Forum Anak Kota Arang di lobi kantor pemerintah kota Sawahlunto, Kota Layak Anak. Forum Anak Kota Arang terbentuk sejak 28 Februari 2012 beranggotakan 48 orang. 

David Orlando, siswa SMA 2 Kota Sawahlunto kelas XI IPA berpenampilan sederhana terlihat santai duduk berbincang. Suasana menjadi lebih cair karena David adalah anak yang enerjik dan mudah tertawa. David anak yang humoris memiliki tiga orang saudara adalah anak yang tidak pernah diam. Sebab, disamping kesibukan hariannya yang padat disekolah, namun David juga sempat mengurus organisasi. 

Organisasi yang digeluti David disekola OSIS dan organisasi diluar sekolah sebagai Ketua Forum Anak Kota Arang. Forum Anak Kota Arang adalah organisasi yang fokus pada perjuangan terhadap hak anak. Termasuk hak anak yang terbebas dari pengaruh iklan rokok di kota Sawahlunto. Sebab, iklan rokok tersebut merupakan salah satu pengaruh terhadap pelaku baru untuk mengkonsumsi rokok.

"Kita tidak memerangi orang yang merokok tetapi menyetop pengkonsumsi baru terhadap rokok. Sehingga tidak ada lagi pengkonsumsi baru rokok akibat iklan rokok. Maka, untuk memerangi iklan rokok tersebut dilakukan kampanye terbuka hadap iklan rokok," ujar David. 

Ia mengatakan bahwa akibat iklan rokok tersebut banyak anak-anak yang terpengaruh akibat iklan rokok. Karena akibat iklan rokok banyak anak-anak yang penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang rokok kemudian anak-anak ingin untuk mencobanya. 

"Forum Anak Kota Arang serius untuk memerangi iklan rokok yang ada di kota Sawahlunto dengan melakukan pendekatan persuasif kapada pemilik warung yang memasang iklan rokok di kota Sawahlunto. Forum Anak Kota Arang mendatagi warung tersebut dan memberikan pemahaman kepada pemilik warung akan pengaruh dari iklan rokok. Setelah diberikan penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat khususnya pemilik warung. Ternyata masyarakat bisa memahami serta mengerti dengan bahaya dan bersedia untuk menurunkan iklan rokok tersebut," katanya. 

Ia menyebutkan bahwa setelah masyarakat menyerti dengan bahaya rokok barulah yang akan melakukan eksekusi Satpol PP. Forum Anak Kota Arang memberikan laporan kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak, untuk ditindaklanjuti. Maka kantor akan berkoordinasi dengan Satpol PP untuk menurunkan iklan tersebut. 

"Belum semua iklam rokok yang ada di Kota Sawahlunto dapat diturunkan. Karena masih ada iklan tersebut yang masih terikat kontrak dengan pemerintah kota. Hingga saat ini iklan tersebut telah diturunkan mencapai 60 persen," tuturnya. 

Ia mengaku bahwa hasil kerja kampanye iklan rokok tersebut telah mengantarkan Forum Anak Kota Arang untuk ikut serta dalam pembahasan RAPBD 2018 di Hol PT BA Ombilin untuk memberikan pokok pikiran dan masukan kepada Pemerintah Daerah. 

"Forum Anak Kota Arang menginginkan bahwa Sawahlunto kota layak anak tidak hanya kegiatan seremonial saja. Tetapi harus berkelanjutan dan terbebas dari iklan rokok yang akan mempengaruhi pengkonsumsi baru. Sehingga cita-cita kota Sawahlunto kota layak anak mempunyai visi sama untuk maju bersama," paparnya. 

Selain itu, lanjut David, sosialisasi dan pemerangan terhadap rokok dan narkoba dilakukan dengan program Faka Goes To School. Forum Anak Kota Arang turun langsung ke Sekolah untuk memberikan edukasi kepada teman bersama sama memerangi rokok dan narkoba. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melakukan kegiatan bermanfaat. 

"Manfaatkan masa muda dengan melakukan kegiatan yang positif, sebab usia muda adalah masa produktif, karena tahun 2040 adalah generasi emas. Forum Anak Kota Arang mengajak untuk melakukan kegiatan positif dan tidak terjerumus pada hal negatif, seperti merokok dan narkoba. Jika terjerumus pada hal negatif sama saja bunuh diri," sebutnya. 

Kemudian lanjut David, dihimbau kepada masyarakat dan keluarga untuk menyayangi anak. Karena kekerasan terhadap anak, pelecehan sek sual saat ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, jika kekerasan dilakukan terhadap anak maka daya rekam anak dan daya ingat anak sangat kuat. Maka, dimungkinkan kemudian hari anak tersebut anak menjadi dendam, sehingga mereka anak menjadi pelaku kejahatan itu sendiri. 

"Jadikan rumah syorga bagi anak dan jangan lakukan kekerasan terhadap anak. Buat lah rumah itu se nyaman mungkin bagi anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Kemudian rumah adalah Syorga bagi anak karena di rumah anak mendapatkan kasih sayang," tuturnya.

David Orlando, Kelahiran Solok, 25 Mei 2000, tinggal di Dusun Sawahliek, Desa Sijantang Koto, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. David yang hobi Olahraga dan Membaca banyak Pengalaman Organisasi digelutinya seperti, Forum Anak Kota Arang, OSIS, Wakil Ketua MPK, Remaja Masjid dan Karang Taruna. Motto hidup, 'berkaryalah tanpa batas dan mari manfaatkan masa muda dengan hal yang bermanfaat bagi orang lain'. 

Kemudian, Prestasi yang pernah diperoleh David Orlando sebagai Duta Farmasi Kota Sawahlunto, Juara Cipta dan Baca Puisi, Duta Anak Kota Sawahlunto, Juara MTQ Tingkat Kota Cabang Khutbah Jumat. Selanjutnya, David Orlando memiliki akun Sosial Media untuk berbagi informasi seputar Forum Anak Kota Arang seperti IG: David Orlando, Fb: David Orlando, Email: Davidorlando881@gmail.com

Hari Jadi Kota Sawahlunto Gelar Multikultural Festival

Hari Jadi Kota Sawahlunto ke 129 tahun 2017 menggelar Sawahlunto Multikultural Festival. Kegetian tersebut memberikan apresiasi dan ruang serta wadah bagi para pelaku Paguyuban Kota Sawahlunto. Paguyuban tersebut diberikan fasilitas serta wadah untuk mengapresiasi hasil pembinaan dan latihan sepanjang tahun. Malam pembukaan Multikultural Festival dimeriahkan penampilan musik Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang dan Sawahlunto New Ansamble.  

"Kegiatan ini guna memeriahkan hut kota Sawahlunto bahwa kota ini ingin membuktikan sebagi kota iven, sehingga Multikultural yang diselenggarakan. Kemudian seluruh sanggar serta Paguyuban dikota Sawahlunto di undang untuk mengisi kegiatan tersebut," ujar Efriyanto, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Jumat, 24 November 2017. 

Ia menyebutkan bahwa hari jadi kota Sawahlunto diperingati pada tanggal 1 Desember setiap tahunnya. Tahun 2017 ini adalah peringatan hari Jadi Kota Sawahlunto ke 129 terhitung sejak tanggal 1 Desember 1888. Kota Sawahlunto dikenal sebagai penghasil batu bara terbaik di Asia yang mulai di ekspoitasi oleh Belanda yang dikomandoi oleh William de Greve sang penemu mutiara hitam. 

"Berbagai kegiatan digelar di Kota Sawahlunto dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota tersebut seperti Multikural Event. Kegiatan dilaksanakan Sabtu 25 November - 1 Desember. Kegitan tersebut akan meriahkan oleh sejumlah Kelompok seni budaya multietnis Sawahlunto dan luar daerah memeriahkan panggung multikultural Event. Kegiatan Multikultural akan digelar dibeberapa tempat pertunjukan yang strategis di Pusat Kota dan juga disebar di Empat Kecamatan yang ada di Kota Sawahlunto," katanya. 


Syukri, Menurut Kepala Seksi Ekonomi Kreatif dan Kegiatan Kepariwisataan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahragga Kota Sawahlunto, mengatakan bahwa kelompok seni multietnis yang akan tampil di panggung Multikultural Event tersebut adalah Kesenian tradisional dari 10 Kenagarian yang ada di Kota Sawahlunto. Peserta Multikultural akan dimeriahkan oleh Group Sanggar Seni dan sekolah, kelompok kesenian dari Paguyuban Etnis seperti Paguyuban Batak, Paguyuban Jawa, Paguyuban Sunda, Etnis Tionghoa dan Paguyuban Etnis Minang. 


"Selain itu juga dilaksanakan kegiatan yang bersifat lomba dalam rangka melestarian kesenian daerah seperti Lomba Festival Lagu Minang Tingkat Umum se- Sumatra Barat dengan tajuk 'Sawahlunto Punyo Carito' dengan total Hadiah 36 Juta Rupiah. Dari luar daerah akan tampil Group Seni dari Sanggar Seni Ragam Budaya Tanggerang Selatan dan The Pakwa Akustik dari Aceh. Orkestra Mahasiswa Jurusan Musik, Flam Perkusi dan Ethnic Percussion dari ISI Padangpanjang serta kelompok musik dari daerah tetangga," katanya. 

Ia menyebutkan bahwa untuk pembukaan multikultural tersebut akan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 November 2017 di Garase PT. Ba mulai pukul 20.00 Wib akan dimeriahkan oleh Artist Lawak Nasional asal Kota Pariaman, 'Ajo Buset' serta kelompok musik Sawahlunto New Ensemble serta Kelompok musik dari Kota Padangpanjang. 

"Untuk menunjang kegiatan tersebut juga akan dilaksanakan Sawahlunto Expo guna mengakomodir pelaku ekonomi kreatif dan UKM yang tumbuh di Kota Sawahlunto dengan tujuan utama peningkatan ekonomi kerakyatan. Untuk malam puncak Hiburan Rakyat akan ditampilkan 'Utopia Band' serta Local Band Sawahlunto yang akan digelar pada tanggal 2 Desember 2017 pukul 20.00 Wib di Lapangan Bola Kaki PT.BA Ombilin Kota Sawahlunto," paparnya.

Selain itu, lanjut dia, kegiatan Multikultural Festival di semarakan dengan Makan Bajamba. Makan bajamba dilangsungkan dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Makan Bajamba diikuti oleh lebih dari puluhan hingga ribuan orang yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok. Suatu kelompok biasanya terdiri dari 3 sampai 7 orang yang duduk melingkar. Setiap kelompok telah tersedia satu dulang yang di dalamnya terdapat sejumlah piring yang ditumpuk berisikan nasi dan berbagai macam lauk. 

"Makan bajamba biasanya dibuka dengan berbagai kesenian Minang, kemudian diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, hingga acara berbalas pantun (Pidato Adat). Makan bajamba tersebut adalah Icon puncak Peringatan Hari Jadi Kota Sawahlunto, pada tanggal 1 Desember 2006 pernah mendapat rekor MURI dengan peserta terbanyak berjumlah 16.332 orang," tuturnya.

Selanjutnya, selain kegiatan hiburan dan seni budaya, kegiatan bersifat hobi dan olahraga tercakup dalam Komunitas Sport Tourism disuguhkan. Seperti Sawahlunto Trail Adventure, Sawahlunto Night Run, Sawahlunto Paradigling Competition, Sawahlunto Mountain Bike, Sepak Bola Wisata, Fun Fly Paradigling, Tabligh Akbar, Sawahlunto Bina Raga dan Body Contes, Festival Burung Berkicau dan Sawahlunto Fun Dog Race atau Pacu Anjing, Pacu Jawi dan Sawahlunto Derby.

"Kegiatan Peringatan hari Jadi Kota Sawhlunto ke 129 tahun 2017 ini memang diharapkan dapat mendorong perkembangan Kota Sawahlunto sebagai kota wisata sejarah dan budaya. Kemudian terciptanya multiplayer effect perekonomian dari pelaksanaan event tersebut seperti di bidang Akomodasi, rumah makan, pedagang jajanan pasar, sektor transportasi, souvenirshop dan lainnya," katanya. 

Selanjutnya, tambah Syukri, diharapkan akan berdampak terhadap perkembangan seni budaya Multietnis, masyarakat Kota Sawahlunto sebagai pendukung kebudayaan tersebut. Dampak lain yang diharapkan adalah semakin dikenali dan diminatinya Sawahlunto sebagai Kota Tujuan Utama Pariwisata di Sumatra Barat dan semakin menguatkan eksistensi Sawahlunto sebagai Kota Warisan Nasional menuju warisan dunia yang diakui UNESCO.

"Banyak hal yang dapat dilakukan di Kota Sawahlunto yang giat dengan berbagai daya dan upaya mencapai Visi Kota Wisata Tambang Berbudaya melalui Event Budaya baik Tingkat Nasional Maupun Internasional sebagai pendukung daya tarik objek Wisata yang mampu dilahirkan melalui transformasi dari sebuah kota bekas tambang yang lumpuh ekonominya menjadi sebuah Kota Tujuan Utama Pariwisata Sumatra Barat," tuturnya.



Thursday, November 23, 2017

Tour De Singkarak 2017 etape 2 Dimeriahkan Hiburan KIM dan Artis Minang

"Main Kesenian Irama Minang (KIM) tidak hanya mendegarkan musik semata, namun juga mengajarkan ketelitian dalam mendengar, menyimak dan kehati-hatian. Disamping mendapatkan hadiah juga dilatih untuk teliti mendengarkan angka yang keluar diselipkan dalam lagu dan membutuhkan kecerdasan" 


Minggu, 19 November 2017 malam langit kota Sawahlunto tampak cerah. Para pengunjung memadati taman Lapangan Segitiga menyaksikan hiburan rakyat penutupan Tour de Singkarak 2017. Balap sepeda Internasional tersebut star dimulai Pantai Carocok Painan Kabupaten Pesisir Selatan dan Finish di Lapangan Segitiga Sawahlunto. Tour de Singkarak 2017 Stage II Pesisir Selatan-Sawahlunto menempuh jarak 155,9 kilometer sebagai Host Finish etape 2 diisi huburan rakyat dengan bermain Kesenian Irama Minang (KIM). 

Panggung yang memiliki konsep sederhana memiliki kharismatik tersendiri. Ikon kota dengan tulisan warnani 'Sawahlunto Pusaka' menjadi background tersendiri menghiasi panggung malam hiburan rakyat. Malam penutupan Host Finish dimeriahkan bintang tamu artis Minang papan atas Mak Lepoh dan Ajo Latuik. Panggung menjadi kocak dan meriah duet kedua artis dengan cerita lucu mengisi malam hiburan.  

Kesenian Irama Minang (KIM) merupakan salah satu jenis pertunjukan hiburan Minangkabau. Permainan KIM tersebut kerap digelar untuk memeriahkan suatu acara seperti pesta pernikahan, reuni dan lain sebagainya, termasuk hiburan rakyat penutupan Tour de Singkarak 2017 menutup etape 2 dilapangan Segitiga Sawahlunto. 

Sesuai dengan namanya, Kesenian Irama Minang (KIM), permainan tersebut dimainkan dengan diiringi dendang berbagai tembang lagu. Lagu yang didendangkan kebanyakan gamat, Lagu Minang dan Melayu. Permainan tersebut di pandu oleh satu orang yang bertugas mengambil nomor dalam wadah yang telah disediakan sambil mendendangkan lagu. Setiap nomor yang diambil akan diumumkan dengan cara menyelipkan pada setiap tembang atau pantun yang didendangkan.

Kemudian, setiap pemain (Pengunjung) dibekali dengan beberapa helai kupon kertas (biasanya lima helai) aneka warna yang berisi angka-angka dimulai dari angka 1 sampai dengan angka 90. Angka tersebut tidak beraturan urutannya dan bilangannya. Angka dalam kupon tersebut terdiri dari empat baris dalam kolom atau kotak. Kemudian setiap baris terdiri dari angka-angka yang telah di acak dan tidak beraturan. 

Maka, pemendang atau penyanyi akan mendedangkan lagu atau syair sembari menyebutkan angka yang keluar. Setiap angka yang keluar dalam setiap dendang mesti dicoret atau diberi tanda (Silang, Ceklis dan dilingkari) dengan pena atau spidol di kertas tersebut. Kertas tersebut berisi sembilan kolom dan beberapa baris, hanya lima yang diisi dengan angka pada kolom. Sebagian kolom tidak di isi dengan angka-angka. 

Apabila pada kertas tersebut sesuai dengan angka yang keluar (disebutkan dalam nyanyian atau lagu) maka angka tersebut mesti dicoret. Selanjutnya, apabila telah empat angka berderet dalam kolom tersebut yang dicoret maka namanya coki. Sedangkan apabila kelima angka tersebut berhasil dicoret sesuai dengan angka yang ada dalam kolom pada kupon pemain maka, angka tersebut keluar sebagai pemenang. Pemain atau pemilik kupon berhak mendapat hadiah yang telah disediakan penyelenggara acara.

Hadiahnya pun beragam, mulai dari yang paling murah harganya bahkan ada pula termahal harganya. Hadiah tersebut tergantung sebesar apa kemampuan yang punya acara mampu menyediakan hadiah. Bahkan bagi sebagian yang mampu ada pula menyediakan sepeda motor dan barang berharga lainnya sebagai hadiah utama. 

Desi, 35, pengunjung datang menyaksikan kegiatan tersebut mendapat kupon dan ikut serta bermain KIM. Dirinya mengaku dari lima lembar kertas yang telah di ikuti namun tidak mendapatkan hadiah apa pun. Nasib belum beruntung karena tidak satu pun hadiah yang di dapat dari lima lembar kupon di tangan. 

"Saya tadi pernah coki dua kali dengan angka yang keluar dalam satu baris di empat kolom angka. Namun, ada yang lebih duluan coki di bandingkan saya. Ketika saya coki, tetapi pemin (Pengunjung) sudah ada yang masuk sebagai pemenang," katanya. 

Ia mengaku senang dengan hiburan rakyat untuk penutupan TDS 2017. Sebab permainan KIM tersebut merupakan permainan Minang dan harus dipertahankan keberadaannya serta menjaganya dengan baik. Permainan tersebut hanya semata sebagai penghibur untuk memeriahkan acara.

"KIM budaya kita, harus dipertahankan. Hiburan yang berhadiah. Sembari menikmati alunan musik dan dendang kita mendapatkan hadiah sesuai dengan jenis hadiah yang disediakan oleh penyelenggara," akunya. 

Senada disampaikan, Iwas, 40, menyebutkan bahwa main KIM mempunyai daya tarik tersendiri bago penikmatnya. Sebab, main KIM dapat mengikat penonton untuk tetap bertahan. Sebab, penonton bersabar menunggu angka-angka yang keluar disampaikan oleh pendendang dan di cocokkan dengan kupon yang dimiliki. 

"Main KIM menjadi tantangan tersendiri. Main KIM ini sungguh menarik dan harus tetap ada dan dipertahankan sampai kapan pun. Sebab, main KIM adalah mengajarkan kita untuk bersabar dan kehati-hatian serta ketelitian dalam melihat, mendengar dan melingkari nomor yang keluar. Permainan tersebut kaya makna dan melatih kecepatan dan ketepatan kita agar kupon yang dimiliki tidak hangus. Main KIM untuk mengisi malam penutupan Tour de Singkarak 2017. Kemudian di hibur oleh artis Minang yang kocak selang seling dengan permainan KIM," tuturnya.

Sementara itu, Syukri, Kasi Ekonomi Kreatif dan Kegiatan Kepariwisataan, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto mengatakan bahwa Main KIM sebagai hiburan rakyat dalam rangka memeriahkan kegiatan Tour de singkarak 2017. Ada sebanyak 3000 kupon KIM di siapkan dan di sebarkan ke pada seluruh masyarakat yang di Sawahlunto untuk ikut main KIM. 

"Kita menyiapkan hadiah utama dalam permainan KIM sebuah kulkas dan hadiah lainnya perangkat elektronik rumah tangga. Hadiah hiburan main KIM telah dianggarkan dalam penyelenggaraan Tour de Singkarak 2017. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriahkan TDS dan promosi kota," katanya*




Tour de Singkarak 2017, Daniel Whitehouse Menang Etape 2

Pebalap Inggris, Daniel Whitehouse, memenangi etape dua Tour de Singkarak 2017 menempuh jarak 155,9 kilometer. Star dimulai dari Pantai Cerocok Painan, Pesisir Selatan menuju finis di Lapangan Segitiga di Sawahlunto, Sumatera Barat, diselesaikan Daniel Whitehouse dengan catatan waktu 4 jam, 3 menit, 3 detik. Daniel Whitehouse yang memperkuat tim negaranya, CCN Cycling, baru pertama kali mengikuti Tour de Singkarak (TdS), Minggu, 19 November 2017. 

Setelah Daniel Whitehouse di urutan pertama, pembalap lainnya yang naik podium adalah pembalap Iran, Khalil Khorshid dan Ghader Mizbani Iranagh dari tim Tabriz Shahrdary, yang menempati urutan kedua dan ketiga. Selain itu, klasifikasi individual direbut pembalap Indonesia, Aiman Cahyadi urutan ketujuh dan Ali Sahbana Agung, urutan delapan. 

Sedangkan, Jamal Hibatullah, pebalap unggulan Indonesia mencatatkan waktu 6 jam, 43 menit, 36 detik sebagai pebalap Indonesia, tercepat sehingga berhak atas Jersey Merah Putih. Balapan diikuti 101 pebalap yang terbagi menjadi 20 tim yang berasal dari 13 Negara. Selain memberikan penghargaan kepada kemampuan individu, TdS juga melombakan klasifikasi tim Indonesia terbaik.

TdS juga memberikan gelar merah putih untuk pembalap Indonesia terbaik, Jersey hijau untuk pembalap terbaik di lintasan datar, jersey polka dot untuk raja tanjakan, serta klasifikasi umum. Pada etape kedua, jersey hijau diraih Daniel Whitehouse dengan 20 poin dan jersey polkadot diraih Khalil Khorshid dengan 15 poin.

Rute etape 2 pada event Sport Tourism Tour De Singkarak 2017 start dimulai pukul 10.00 WIB di Pantai Carocok Painan, Kabupaten Pesisir Selatan dan finish diKota Sawahlunto. Pebalap melewati berbagai rintangan di lintasan sepanjang 155.9 kilometer.

Di Etape 2 tersebut, pembalap melintasi sejumlah titik yakni, start Pantai Carocok Painan - Jalan Ilyas Yakub - Jalan Sutan Syahrir - Jalan M Hatta - Jalan Imam Bonjol - Rumah Dinas Bupati - Salido - Tarusan - Barung Barung Balantai - Bungus - Bukit Lampu - Bandar Buat - Taman Hutan Raya Bung Hatta - Air Sirah - Pertigaan Cupak - Koto Baru - Selayo - Perempatan Simpang Rumbio - Terminal Bareh Solok - Jalan Lubuk Sikarah - Batas Kota Sawahlunto - Simpang Muaro Kalaban - dan finis di Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto.

Pada Etape 2 tersebut terdapat tiga titik Sprint dan tiga titik King Of Mountain (KOM) atau dikenal dengan istilah Raja Tanjakan. Untuk titik Sprint I berada di Tarusan, Sprint II di Bandar Buat dan Sprint III di Selayo. Sementara untuk KOM I berada di Bungus, KOM II di Bukit Lamu dan KOM III di Air Sirah.

Ada tiga titik King of Mountain (KOM)  di etape kedua ini. Pertama di kawasan Bungus dengan level empat, tepatnya di kilometer 46,6. Kedua, KOM level empat di kilometer 61, tepatnya di kawasan Bukik Lampu. Kemudian KOM level satu di kilometer 94,7 atau di Air Sirah Kota Padang.

Pembalap juga merebut poin sprint di tiga titik. Pertama di kilometer 19,1 atau di Terusan Pesisir Selatan. Kedua di kilometer 76,9, tepatnya di Bandar Buat Kota Padang. Terakhir di kilometer 122,8 atau di Salayo Kabupaten Solok.

Rute pada Etape 2 tersebut merupakan salah satu rute extreme yang dimiliki Tour De Singkarak 2017. Terutama saat masuk dikawasan Pendakian Sitinjau Lauik. Seluruh Pembalap bakal dihadapi dengan pendakian ekstrem dan paling panjang dari seluruh rute pendakian yang ada pada etape lainnya. Pebalap yang tampil, tidak hanya akan menjadi yang tercepat dan finish terdepan, namun juga akan berlomba untuk menjajaki raja tanjakan.

Selain menaklu rintangan yang bervariasi di sepanjang lintasan Etape 2 tersebut, seluruh pembalap juga bakal menikmati panorama sepanjang ture yang dilewati. Pebalab menikmati suasana pantai Painan, Bungus, Panorama Sitinjau Lauik dan Kota Tambang Tua Sawahlunto.