Tuesday, February 24, 2015

JENIS-JENIS PAKAIAN ADAT MINANGKABAU


Minangkabau memiliki pakaian adat yang khas dan keunikan masing-masing. Pakaian adat tersebut merupakan salah satu warisan yang dimiliki setiap daerah yang ada di minangkabau. Pakaian tersebut menjadikan ciri khas dari daerah masing-masing dengan dengan filosofi Adat Salingka Nagari. Pakaian adat tersebut mengandung makna dan arti tertentu. Daerah yang ada di minangkabau kaya budaya dan adat istiadat serta sastranya. Setiap daerah di Minangkabau  memiliki pakaian adat yang berbeda-beda. Sehingga Jenis pakaian adat minangkabau memiliki arti dan makna yang sangat sakral dan menjadi kepercayaan bagi masyarakat sekitar.

Pakaian adat minangkabau terbagi dalam dua jenis yaitu Pakaian Adat Penghulu dan juga pakian adat Bundo Kanduang. Penghulu atau Ninik Mamak ini memiliki peran penting dan berhak untuk “mengatur” keluarga dalam kaumnya sendiri. Pakaian ini terdiri dari daster atau saluak batimba, merupakan penutup kepala yang terbuat dari kain batik dan bagian depan dibentuk kerutan. Ini mengandung makna tentang aturan hidup dari masyarakat Minangkabau.

Selanjutnya baju hitam lungga, dengan lengan yang longgar dan lebar. Pada bagian leher baju tidak berkatuk dan tidak memakai kancing sampai dada, maknanya bentuk keterbukaan dan kelapangan dada seorang pemimpin. Celana hitam lebar yang melambangkan kesiagaan. Sesampiang, kain sandang, keris dan tongkat mengandung arti, tanggungjawab, kebesaran, keberanian, keputusan yang bijak. Jenis pakaian adat minangkabau ini digunakan oleh laki-laki yang memiliki gelar Datuak.

Pakaian adat Bundo Kandung terdiri dari tengkuluk atau penutup kepala seperti tanduak dengan bentuk runcing di kedua ujungnya ada rumbaian ameh. Ini berarti bahwa Bundo Kandung sebagai pemilik rumah gadang dan tidak boleh menjunjung beban yang sangat berat. Baju kuruang basiba atau baju batabue biasanya berwarna merah, biru hitam atau taburan banang ameh melambangkan kekayaan daerah Minangkabau. Kain selempang, kain sarung dan perhiasan yang berarti harus melanjutkan keturunan, menempatkan sesuatu pada tempatnya dan tidak boleh menginginkan sesuatu secara berlebihan. Pakaian Bundo Kandung hanya digunakan oleh perempuan yang arif bijaksana.

Jenis-jenis Pakaian Adat Bundo Kanduang 

Pakaian Saluak Balenggek Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat
Pakaian adat ini bisa digunakan perempuan pada acara-acara adat yang terdiri dari tikuluak tanduak balenggek, baju kuruang basiba, kaluang cakiak, kaluang pinyaram dan galang 

A. Pakaian Padang Magek

    Pakaian ini terdapat di Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pakaian adat yang digunakan pada acara adat terdiri dari 

    -   Tengkuluk sapik udang, tutup kepala terdiri dari kain saruang tenun warna hitam motif  sapik udang dan mukena yang dipasangkan di kepala sebelah kir

-       Baju kuruang dari beludru

-        Kodek

-        Salempang, ikek Pinggang

-        Kambuik bajaik atau kambuik kautie sejenis wadah

-       Sandal

-       Perhiasan subang

-       Kaluang rago-rago

-       Kaluang penyaram

-       Galang gadang

B. Pakaian adat Matur Hilia Kabupaten Agam

Pakaian adat yang dipakai perempuan Matur Hilia pada acara adat

-       Suntiang pisang saparak

-       Baju kuruang basiba

-       Saruang kain balapak

-       Cincin dan subang permainan mata

-       Bergelang emas

C. Pakaian adat Sungayang Kabupaten Tanah Datar

    Pakaian adat perempuan Sungayang pada acara adat yang dipakaian bundo kanduang istri mamak pada upacara adat, seperti batagak gala, baarak dan manjalang mintuo, terdiri dari

-       Tangkuluak balapak atau yang disebut juga tengkuluk basahan hitam

-       Beju beludru (biasanya warna merah)

-       Kaluang cakiak

-       Kaluang ginyaram

-       Kaluang kaban

-       Galang

D. Pakaian adat lambak ampek Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota

Pakaian tersebut untuk perempuan muda baru bersuami dan digunakan pada perhelatan tingkat tinggi. Pakaian tersebut terdiri dari

-       Tengkuluak

-       Cawek bajumbai

-       Sangkuik mato beludru

-       Tengkuluak hitam sitin bakaweh

-       Baju kuruang

-       Selendang balapak

-        Sadal

-        Kaluang cakiek

-       Kaluang can

-       Kaluang piniaram

-       Kaluang emas permata intan

-       Galang rogo-rago

-       Galang kunci maniek

-        Galang gadang

E. Pakaian adat Solok Salayo Kabupaten Solok

Pakaian adat perempuan pada acara besar adat terdiri dari

-       Tutup kepala beludru hitam, berhias pisang saparak batukuik kaniang

-       Baju beludru hitam, bertabur emas paradah

-       Kaluang cakiak

-       Galang


Selain itu, daerah kaya akan budaya yaitu Kota Padang. Pakaian adat dan suntiang dari kota Padang mengandung makna sakral yang diyakini oleh masyarakat sekitar. Pakaian adat tersebut biasanya terlihat saat ada momen penting seperti pernikahan. Kekayaan budaya kota Padang akan lebih terlihat jelas dan memiliki keindahan yang berbeda sehingga warisan tetap terpelihara.

Baju adat yang terdapat di kota Padang tentunya dibedakan berdasarkan jenis laki-laki dan perempuan. Baju untuk laki-laki dan perempuan memiliki makna tersendiri yang terkandung di dalamnya. Perempuan, limpapeh rumah nan gadang merupakan salah satu pakaian adat yang bermakna bahwa perempuan merupakan tiang kokoh dalam sebuah rumah gadang. Selain itu ada minsi yang diletakan di pinggir baju adat yang terbuat dari benang emas berarti bahwa masyarakat Minang menjunjung tinggi demokrasi tapi juga terdapat pakem-pakem tertentu. Ada juga lambak seperti saruang songket tenun menggambarkan kesopanan. Baju adat dan suntiang dari kota Padang ini biasa dipakai oleh mempelai perempuan saat perayaan besar pernikahan.

Daerah Padang memiliki pakaian adat untuk laki-laki, baju ini termasuk pakaian kebesaran seorang pamangku adaik. Baju yang biasa di gunakan berwarna hitam, warna ini menandakan bahwa seorang penghulu harus memiliki pendirian yang kokoh dan bijaksana dalam melaksanakan kepemimpinannya. Ada juga cawek atau ikat pinggang yang di pakai terbuat dari kain sutera yang bermakna bahwa penghulu harus bisa mengendalikan orang lain. Salendang yang di selempangkan di bahu berbentuk segi empat yang berarti penghulu tersebut harus menerima anak yang telah ingkar namun telah berubah. Kota padang merupakan daerah yang sudah maju namun masih mempertahakan kebudayaannya salah satunya dengan baju adat dan suntiang dari kota Padang ini yang selalu di pakai pada momen-momen khusus.
Pesona Pakaian Adat dan Suntiang dari Solok Selatan kaya akan warisan budaya. Solok Selatan memberikan kekhasan dalam berpakaian paling menonjol dalam pernikahan. Minangkabau keanekaragaman baju adat sudah menjadi pelengkap karena setiap daerah masing-masing. Meskipun terdapat kesamaan masing-masing daerah namun mengandung arti yang berbeda.

Pakaian adat dan suntiang merupakan hiasan kepala yang menjadi ciri khas dari daerah Minangkabau yang dipakai oleh pengantin perempuan. Suntiang menjadi daya tarik tersendiri, karena salah satu hiasan terindah yang tidak dimiliki oleh pengantin perempuan di daerah-daerah lain. Karena suntiang yang dipakai selalu menjadi pesona terindah bagi yang melihatnya. Dengan bentuk yang unik dan penggunaan bahannya yang sangat indah menjadikan si pengantin perempuan terlihat seperti puteri kerajaan yang memakai mahkota. Pada lapisan bawah menggunakan kembanggoyang atau bungo sarunai yang biasanya terdiri dari tiga atau lima deretan. Untuk lapisan keduanya di sebut dengan bungo gadang. Pada bagian atas di sebut kote-kote. Suntiang pisang saparak dari Solok Selatan menggunakan bahan yang berbeda salah satunya seng alumunium kuningan.

Monday, February 23, 2015

PAKAIAN TRADISIONAL HAMPIR PUNAH DIPRAGAKAN


Oleh: Julnadi Inderapura
Sebanyak  11 jenis pakaian tradisional Minangkabau yang hampir punah diperagakan oleh tokoh Perempuan Sumatera Barat pada Malam Apresiasi Seni Budaya sebagai Peragaan Simbol Tradisional Minangkabau dan Peluncuran Album Sumatera Barat Talenta. Pakaian tradisional tersebut diperagakan oleh tokoh perempuan minang, seperti, Emma Yohana, Betti Sadiq, Haslinda, Corrie Saidan, Sastri Yunizarti Bakry dan Vita Indra Catri.

Kegiatan tersebut berlangsung di Ballroom Hotel Mercure, Sabtu, 21 Februari 2015. Pada malam apresiasi seni buaya tersebut mempragakan Pakaian adat Minangkabau yang memikat pengunjung. Pesonanya mampu ‘menyedot’ mata pengunjung  yang datang dalam Aksi memukau perempuan minang berlenggak lenggok di atas catwalk malam itu. Mereka membawakan pakaian adat minang yang sudah hampir punah.

Kemudian, pada kegiatan itu pula, alumni Sumbar Talenta memperagakan pakaian pengantin minang. Disela-sela peragaan busana tersebut, para tamu undangan pun disuguhkan dengan suara merdu para alumni Sumbar Talenta. "kegiatan ini sengaja mengemas acara 34 tahun Himpunan Wanita Karya (HWK) dan satu dekade Sumbar Talenta ini dengan peragaan simbol pakaian tradisional minangkabau sekaligus peluncuran album Sumbar Talenta," kata Efrida Aziz ketua penitia.

Dia melanjutkan pakaian yang dipakai perempuan minang tersebut sudah hampir punah. "Ada bermacam-macam pakaian tradisional yang ada, namun kami hanya mengangkat beberapa saja," lanjutnya.

Hal senada juga disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repoblik Indonesi, Betti Shadiq Pasadigoe mengenakan pakaian Adat Sungayang, Tangkuluak Balapak. Ia mengakui pakaian tradisional Minangkabau hampir punah. "Saya menginginkan pakaian tradisional hendaknya bisa dilestarikan. Sekarang ini pakaian tersebut sudah hampir punah. Kalau pun ada hanya modifikasi saja. Kadang-kadang modifikasi keasliannya sudah tidak tampak lagi," katanya.

Dia menjelaskan di daerahnya Kabupaten Tanah Datar pakaiannya bervariasi. Masing-masing nagari memiliki pakaian adatnya. Salah satunya, Tangkuluak Balapak, Loka-loka dan takuluak bugih.

Sementara itu, Anggota DPD RI, Emma Yohana juga turut serta memperagakan pakaian adat dengan bangga mengenakannya. "Saya memperagakan pakaian ini bertujuan melestarikan dan memotivasi generasi muda mengenakan pakaian adat Minangkabau yang sudah hampir punah. Memberikan contoh dan dorongan kepada mereka agar mengenal budayanya," katanya.

Emma Yohana mengaku sedih ketika anak muda hanya mengenali pakaian adatnya saat perayaan saja, seperti pernikahan ataupun batagak panghulu. Padahal menurut Emma Yohana, majunya suatu negara itu karena mereka bisa memelihara budayanya. Jadi, sebagai orang Minangkabau yang mempunyai adat, budaya dan seni, sudah saatnya melestarikannya. Ahli Hukum Indonesia, Halius Hosen yang tampak hadir dalam di malam itu, memberikan apresiasi kepada Himpunan Wanita Karya (HWK) yang telah mengemas acara ini sedemikian rupa.

Menurutnya, kegiatan Kemilau ranah Bundo ini dikemas menarik dan sukses. "Saya sangat suprise sekali dengan kegiatan ini. Penampilan ibu-ibu HWK dan Talenta benar-benar mencerminkan budaya minang yang luar biasa dan patut menjadi kebanggaan kita semua. Kemudian kegiatan ini agar berkembanga terus," katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Kebijakan HWK Sumatera Barat, Nevi Irwan Prayitno. "Kami menyambut baik dan memberikan apresiasi kegiatan yang dilaksanakan HWK dalam menyambut satu dekade Sumbar Talenta," jelasnya.

Menurutnya, HWK melalui ajang talenta dapat berkontribusi dalam mempromosikan pariwisata Sumbar. Sementara itu, Ketua HWK Sumbar, Sastri Yunizarti Bakry pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan ini. "Semangat ibu-ibu HWK dan anak-anak talenta telah menginspirasi kita selalu menunjukkan eksistensi. Kami mengemas Malam Kemilau Ranah Bundon Puncak 10 tahun Sumbar Talenta dengan drama musikal perpaduan teater, gerak tari, musik dan lagu. Tak hanya itu peragaan pakaian adat Minangkabau," katanya