Festival Ladang Tari Nan Jombang Tanggal 3 tahun ke 3 di Ladang Nan Jombang menampilkan kesenian
trasidisi dari daerah Pariaman. Seni tradiri Silek Uluambek yang merupakan salah kesenian langka yang pernah
ada. Kesenian triadisi Silek Uluambek
ini tetap terpelihara dengan baik. Silek
Uluambek ini hanya di miliki dari daerah pariaman dan tidak terdapat di
derah lain di Minangkabau.
Laporan: Julnadi Inderapura, Padang
Silek Uluambek |
Sebelum acara dimulai para penonton disuguhkan dengan tarian yang
ditampilkan oleh anak-anak. Anak-anak tersebut merupa anak sanggar yang ada di
Ladang Tari Nan Jombang. Anak yang masih belia dengan lincah mempregakan
tariannya di atas pentas. Dengan kelincahannya menari para penonton yang
manyaksikan terkesima dan berdencak kagum melihat anak yang masih menari.
Akhirnya penonton bertepuk tangang usai menyaksikan bocah yang lincah menari di
atas pentas. Dua buah jenis tarian yang dimainkannya anak tersebut.
Usai dua buah tarian sudah ditampilkan. Kemudian, dilanjutkan kata sambutan
oleh pengelenggara. kata sambutan yang disampaikan oleh salah seorang panitia
penggagas festival tanggal 3 tahun 3 di Ladang Tari Nan Jombang oleh S. Metron.
Dia menyebutkan festival tanggal 3 tahun ke 3 ini, tetap menyelenggarakan dan
mengundang para pelaku seniman tradisi. Mereka di undang untuk tampil di
Landang Tari Nan Jombang ini guna untuk mempertahankan ke aslian dari seni
tradisi yang pernah ada di Sumatera Barat sampai saat ini. "Dalam kegiatan
festival tanggal 3 tahun ke 3 ini didukung oleh Nan Jombang Dance Company,
Ranah Teater, Parewa Limo Suku, Impessa Dance Company, dan LangkokGroup," sebutnya saat memberikan sambutan.
Setelah penyampaian kata sambutan dari panitia baru kemudian penampilan
Silek Uluambek dari sasaran "Uluambek
Cindua Mato" Tarok Kapalo Koto Hilalang Kayutanam Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Silek Uluambek merupakan kesenian tradiri yang
pernah ada dan masih terpelihara dengan baik. Salah satunya seni tradisi “Silek Uluambek Cindua Mato" urang tuo Ambdur Rahman Datuak Bunsu. Pertunjukan Silek Uluambek tersebut mampu menyedot perhatian penonton. Karena
pertarungannya tidak dengan kontak pisik. Namun dilakukan dengan jarak jauh dan
kebatinan. Sahutan Dampiang pun ikut
mewarnai pertarungan ke dua Pandeka.
Bakhtaruddin Sutan Marajo yang merupakan salah seorang Pemain Silek Uluambek atau Manantian Carano mengatakan Dalam Permainan Silek Uluambek harus ada Manantian
Carano, Urangtuo, Kapalo Mudo, Anak Mudo, Tukang Dampiang dan Niniak Mamak. Karena Silek Uluambek merupakan “Suntiang niniak mamak, pamenan Anak Mudo” sebagai tuah yang
disampaikan dalam pepatah. “Jadi, Niniak
Mamak harus melihat Anak Mudo
Manantiang Carano. Niniak Mamak-lah nanti melihat kesalahan
gerakan yang dimainkan Anak Mudo, Gelek yang dimainkan Anak
Mudo. Sebab permainan tersebut
suntiang bagi Niniak Mamak dan tidak bisa dimainkan sebarangan,"
katanya.
Dia melanjutkan Malam festival tanggal 3 tersebut sebagai "Manantiang Carano" atau
bermain adalah Bakhtaruddin Sutan Marajo dan Adiarman Sidi yang bertarung di galanggang. Urang Tuo Uluambek tersebut adalah Ambdur Rahman
Datuak Bunsu. Urang Tuo melihat kekurangan dan kesalahan
yang terjadi saat pertarungan. sebab Silek
Uluambek merupakan Suntiang Niniak Mamak, Pamaenan Nan Mudo.
Jika Silek Uluambek ini merupakan Suntiang
bagi Ninik Mamak tentulah tidak Anak
Mudo sembarang saja dalam
memainkannya Silek Uluambek tersbut. Makanya urang tua
harus ada, termasuk pula Tukang Dampiang.
Tukang Dampiang berfungsi untuk mengatur main. Dampiang ini terbagi dalam dua macam. Yakni
Dampiang Jantan dan Dampiang Batino. "Dampiang Jantan, disamping mengatur gerak adalah penentuan
masuknya serangan dari pihak lawan. Pihak lawan yang datang melakukan serangan
disebut dengan Hulu. Kemudian Pihak
penunggu mengantisipasi serangan yang akan terjadi, disebut Ambek. Selanjutnya Dampiang Batino, berguna untuk Mencari langkah dan jalan untuk masuk
menyerang lawan," katanya.
Dia melanjutkan Ada tiga jenis sorak yang ada di dalam permainan Silek Uluambek. Masing-masing sorak tersebut mempunyai arti dan simbol
untuk suatu aba-aba. Misal Sorak ayo u
untuk mendatangkan salam, dari pihak datang dan pihak menunggu untuk ber-silaturrahmi.
Dia menyebutkan Dalam permainan Silek
Uluambek harus ada kode etik
permainan yang harus di ikuti. "ada 7 buah garis yang diciptakan dalam gelanggang. Garis-garis tersebut di buat
sebelum permainan di mulai. Secara kasat mata garis tersebut tidak terlihat,
namun garis tersebut telah ada sebagai pembatas wilayah petarung di galanggang. Petarung tidak boleh keluar
dari garis tersebut," katanya seraya menjelaskan.
Dia melanjutkan, untuk petarung ada 5 buah garis yang diciptakan di galanggang. "Garis tengah menjadi as, Masing-masing pemain tidak moleh
melewati 3 buah garis yang telah ada dan ditentukan. Penyerang tidak boleh
melewati 3 garis. Penunggu serangang juga tidak boleh melewati 3 garis
tersebut. Jika melewati 3 garis tersebut dalam artian los kontrol, maka akan Buluih atau kalah dan resikonya dapat mematikan,"
lanjutnya.
Dr Hassanuddin, mengatakan kesenian tradisi Silek Uluambek, berakar dari kata "Ulu dan Ambek"
(dihulu dan dihambat). Filosopisnya adalah, hulu sama artinya pangkal. Sebelum
serangan dimulai dari pihak lawan telah 'di-ambek'
hulunya. Sehingga penyerangan lawan dapat diatasi. Pergerakan dan langkah serta
gelek yang dimainkan Silek Uluambek seperti tari.
"Silek yang menyerupai
Tarian tradisi ini tidak hanya sebatas tarian, namun lebih dari sekadar tarian.
Pertarungan yang luar biasa dalam Silek
Uluambek”.
Dia menyebutkan, Silek Uluambek
ini dalam pertangunanya tidak secara kontok pisik, namun perkelahian dan
pertarungan secara batin. Dengan filosofi "Marauik
Indak Mangasan, Mambuhua Indak Mambuku".
"Silat Uluambek ini seperti wayang dan tidak kontak
pisik. Kalah dalam Silek Ulaumbek di sebut dengan buluih. Buluih dari pertandingan Silek
Uluambek harus kembali ke-Surau (Belajar Agama)," katanya.
Dia melanjutkan, Silek Uluambek
Filosofisnya adalah mengajari nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
pertarungan, Konflik tidak hanya menjadi etis dan estetis.
No comments:
Post a Comment