Sunday, February 8, 2015

Silek Uluambek Penuh Nilai Etika dan Estetika

Festival Ladang Tari Nan Jombang Tanggal 3 tahun ke 3 di Ladang Nan Jombang menampilkan kesenian trasidisi dari daerah Pariaman. Seni tradiri Silek Uluambek yang merupakan salah kesenian langka yang pernah ada. Kesenian triadisi Silek Uluambek ini tetap terpelihara dengan baik. Silek Uluambek ini hanya di miliki dari daerah pariaman dan tidak terdapat di derah lain di Minangkabau.

Laporan: Julnadi Inderapura, Padang

Silek Uluambek
Penonton satu persatu mulai tampak memasuki ruangan pertunjukan. Pertunjukan tersebut akan dimulai dan MC telah mengumumkan pada penonton yang masih berada diluar gedung pertunjukan disilakan memasuki gedung pertunjukan. Sebab pertunjukan Silek Uluambek dan Grup Rabab Pasisie Ginyang Palangai.

Sebelum acara dimulai para penonton disuguhkan dengan tarian yang ditampilkan oleh anak-anak. Anak-anak tersebut merupa anak sanggar yang ada di Ladang Tari Nan Jombang. Anak yang masih belia dengan lincah mempregakan tariannya di atas pentas. Dengan kelincahannya menari para penonton yang manyaksikan terkesima dan berdencak kagum melihat anak yang masih menari. Akhirnya penonton bertepuk tangang usai menyaksikan bocah yang lincah menari di atas pentas. Dua buah jenis tarian yang dimainkannya anak tersebut.

Usai dua buah tarian sudah ditampilkan. Kemudian, dilanjutkan kata sambutan oleh pengelenggara. kata sambutan yang disampaikan oleh salah seorang panitia penggagas festival tanggal 3 tahun 3 di Ladang Tari Nan Jombang oleh S. Metron. Dia menyebutkan festival tanggal 3 tahun ke 3 ini, tetap menyelenggarakan dan mengundang para pelaku seniman tradisi. Mereka di undang untuk tampil di Landang Tari Nan Jombang ini guna untuk mempertahankan ke aslian dari seni tradisi yang pernah ada di Sumatera Barat sampai saat ini. "Dalam kegiatan festival tanggal 3 tahun ke 3 ini didukung oleh Nan Jombang Dance Company, Ranah Teater, Parewa Limo SukuImpessa Dance Company, dan LangkokGroup," sebutnya saat memberikan sambutan.

Setelah penyampaian kata sambutan dari panitia baru kemudian penampilan Silek Uluambek dari sasaran "Uluambek Cindua Mato" Tarok Kapalo Koto Hilalang Kayutanam Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Silek Uluambek merupakan kesenian tradiri yang pernah ada dan masih terpelihara dengan baik. Salah satunya seni tradisi “Silek Uluambek Cindua Mato" urang tuo Ambdur Rahman Datuak Bunsu. Pertunjukan Silek Uluambek tersebut mampu menyedot perhatian penonton. Karena pertarungannya tidak dengan kontak pisik. Namun dilakukan dengan jarak jauh dan kebatinan. Sahutan Dampiang pun ikut mewarnai pertarungan ke dua Pandeka.

Bakhtaruddin Sutan Marajo yang merupakan salah seorang Pemain Silek Uluambek atau Manantian Carano mengatakan Dalam Permainan Silek Uluambek harus ada Manantian Carano, Urangtuo, Kapalo Mudo, Anak Mudo, Tukang Dampiang dan Niniak Mamak. Karena Silek Uluambek merupakan “Suntiang niniak mamak, pamenan Anak Mudo” sebagai tuah yang disampaikan dalam pepatah. “Jadi, Niniak Mamak harus melihat Anak Mudo Manantiang Carano. Niniak Mamak-lah nanti melihat kesalahan gerakan yang dimainkan Anak Mudo, Gelek yang dimainkan Anak Mudo. Sebab permainan tersebut suntiang bagi Niniak Mamak dan tidak bisa dimainkan sebarangan," katanya.

Dia melanjutkan Malam festival tanggal 3 tersebut sebagai "Manantiang Carano" atau bermain adalah Bakhtaruddin Sutan Marajo dan Adiarman Sidi yang bertarung di galanggang. Urang Tuo Uluambek tersebut adalah Ambdur Rahman Datuak Bunsu. Urang Tuo melihat kekurangan dan kesalahan yang terjadi saat pertarungan. sebab Silek Uluambek merupakan Suntiang Niniak Mamak, Pamaenan Nan Mudo. Jika Silek Uluambek ini merupakan Suntiang bagi Ninik Mamak tentulah tidak Anak Mudo sembarang saja dalam memainkannya Silek Uluambek tersbut. Makanya urang tua harus ada, termasuk pula Tukang Dampiang.

Tukang Dampiang berfungsi untuk mengatur main. Dampiang ini terbagi dalam dua macam. Yakni Dampiang Jantan dan Dampiang Batino. "Dampiang Jantan, disamping mengatur gerak adalah penentuan masuknya serangan dari pihak lawan. Pihak lawan yang datang melakukan serangan disebut dengan Hulu. Kemudian Pihak penunggu mengantisipasi serangan yang akan terjadi, disebut Ambek. Selanjutnya Dampiang Batino, berguna untuk Mencari langkah dan jalan untuk masuk menyerang lawan," katanya.

Dia melanjutkan Ada tiga jenis sorak yang ada di dalam permainan Silek Uluambek. Masing-masing sorak tersebut mempunyai arti dan simbol untuk suatu aba-aba. Misal Sorak ayo u untuk mendatangkan salam, dari pihak datang dan pihak menunggu untuk ber-silaturrahmi.

Dia menyebutkan Dalam permainan Silek Uluambek harus ada kode etik permainan yang harus di ikuti. "ada 7 buah garis yang diciptakan dalam gelanggang. Garis-garis tersebut di buat sebelum permainan di mulai. Secara kasat mata garis tersebut tidak terlihat, namun garis tersebut telah ada sebagai pembatas wilayah petarung di galanggang. Petarung tidak boleh keluar dari garis tersebut," katanya seraya menjelaskan.

Dia melanjutkan, untuk petarung ada 5 buah garis yang diciptakan di galanggang. "Garis tengah menjadi as, Masing-masing pemain tidak moleh melewati 3 buah garis yang telah ada dan ditentukan. Penyerang tidak boleh melewati 3 garis. Penunggu serangang juga tidak boleh melewati 3 garis tersebut. Jika melewati 3 garis tersebut dalam artian los kontrol, maka akan Buluih  atau kalah dan resikonya dapat mematikan," lanjutnya.

Dr Hassanuddin, mengatakan kesenian tradisi Silek Uluambek, berakar dari kata "Ulu dan Ambek" (dihulu dan dihambat). Filosopisnya adalah, hulu sama artinya pangkal. Sebelum serangan dimulai dari pihak lawan telah 'di-ambek' hulunya. Sehingga penyerangan lawan dapat diatasi. Pergerakan dan langkah serta gelek yang dimainkan Silek Uluambek seperti tari.

"Silek yang menyerupai Tarian tradisi ini tidak hanya sebatas tarian, namun lebih dari sekadar tarian. Pertarungan yang luar biasa dalam Silek Uluambek”.

Dia menyebutkan, Silek Uluambek ini dalam pertangunanya tidak secara kontok pisik, namun perkelahian dan pertarungan secara batin. Dengan filosofi "Marauik Indak Mangasan, Mambuhua Indak Mambuku".

"Silat Uluambek ini seperti wayang dan tidak kontak pisik. Kalah dalam Silek Ulaumbek di sebut dengan buluih. Buluih dari pertandingan Silek Uluambek harus kembali ke-Surau (Belajar Agama)," katanya.

Dia melanjutkan, Silek Uluambek Filosofisnya adalah mengajari nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pertarungan, Konflik tidak hanya menjadi etis dan estetis.

No comments:

Post a Comment