Tuesday, September 26, 2017

Menunggu Suami Pulang Berharap Ada Beras Untuk Dimasak

Yusman dan anak-anaknya menahan lapar karena tidak ada beras untuk di makan. Sementara mengutang tidak ada yang sudi karena membayarnya lama.

Laporan : Julnadi Inderapura, Sawahlunto

Senin, 18 September 2017 siang langit Sawahlunto tampak cerah. Jalan Desa Kolok Nan Tuo Kecamatan Barangin tampak sepi kendaraan lalu lalang. Siang itu, ibu lima orang anak tampak menenteng ember tanpa alaskaki menunuju rumah panggung kayu. Rumah berukuran kurang lebih 6x4 meter itu dindingnya borlobang dimakan rayap. Rumah tersebut belum masuk listrik dan masih memakai lampu minyak pada malam hari. Kemudian untuk penghematan minyak malam hari hanya memanfaatkan biasa cahaya lampu jalan. 

Sementara lantai rumah panggung itu terlihat miring. Tidak ada peralatan mewah di rumah itu. Hanya lembaran tikar usang menutupu lantai rumah untuk berlindung dari jempitan lantai naik turun saat di injak. Abu dapur yang dingin karena dari pagi belum menyalakan tungku, sebab belum ada beras untuk dimasak. 

Yusma, 35, ibu lima orang anak ini mengaku tinggal di rumah itu selama dua tahun besama suami dan anak-anak. Sebelumnya ia tinggal di Sulik Aia Kabupaten Solok. Namun karena tekanan hidup dan tidak ada pekerjaan untuk bertahan hidup memaksa dirinya bersama anak-anak pindah ke Dusun Kolok Tengah Desa Kolok Nantuo. Rumah yang ditempat tersebut bukan rumah miliknya namun rumah keluarga Suami. 

Yusma tinggal bersama tiga orang anaknya yang masih menjadi tanggungjawabnya. Sebab, salah seorang anaknya pergi merantau bekerja di warung nasi merupaka perempuan satu satunya. Sedangkan anak satunya lagi tinggal bersama istrinya tidak jauh dari tempat tinggalnya. 

"Saya baru pulang dari sawah menyerai pupuk karena padi telah berumur 1,5 bulan. Belum lagi penyakinya sudah mulai memguning karena hama hitam-hitam seperti 'kapindiang'. Sawah tersebut merupakan sawah sewaan, hasilnya akan di bagi empat dengan pemilik sawah. Saya, akan bayar setelah panen dengan menjual beras hasil panen yang diserahkan kepada pemilik sawah," ujarnya dengan mata sayu. 

Ia menyebutkan dirinya untuk memupuk padi harus mengutang ke kios menjual pupuk. Pupuk tersebut didapatkan dengan perjanjian dibayar usai panen padi. Begitu pula dengan obat padi untuk disemparot mengusir hama. Kalau kebutuhan pupuk bisa lah utang. Namun yang lebih sulit adalah biaya harian untuk dimakan. Karena tidak ada tempat untuk mengutang beras untuk dimasak. Sementara pekerjaan disini susah didapatkan. 

"tidak ada yang sudi dihutang dan dibayar setelah panen. Saya hanya buruh tani yang memakan upah untuk membeli beras. Namun, saat ini tidak ada lagi yang membawa bekerja untuk gajian harian. Upah yang didapatkan bekerja seharian sebesar Rp80 ribu, masuk pukul 07.30 keluar pukul 17.00," tuturnya. 

Sembari duduk menggerutu di pelantaran depan rumahnya ia melirik kiri dan kanan menunggu suami pulang. Sebab, dirinya belum memasak karena tidak ada beras. Ia berharap suami pulang membawa beras untuk di tanak. Namun, dirinya tidak mengetahui suaminya hari ini bekerka apa, karena sang suami pun tidak ada pekerjaan.

"Semalam saya sempat nangis pada suami karena tidak ada beras untuk dimasak, sebab, sore kemarin saya belum memasak. Pagi-pagi sekali suami sudah pergi dari rumah mencari kerja. Saya berharap ada keajaiban. Sebab, suami bekerja serabutan, terkadang bokar muat pasir. Namun, saat ini tidak adalagi pesanan karena tidak ada yang membangun rumah," katanya. 

Kemudian, lanjut Yusma, sebelumnya sang suami bekerja mengembala Kerbau milik tetangga yang tidak jauh dari rumahnya. Namun karena kerbau tersebut padangnya jauah di atas perbukitan sehingga suami sering pulang malam. Maka, dirinya tidak lagi mengembala kerbau, sejak pemiliknya meninggal. Namun, sekarang dirinya tidak lagi mengembala kerbau tersebut karena telah di urusi anak yang punya. 

"Terkadang sudah azan Isya, suami saya belum juga bulang sehingga saya datang menyongsong menjemputnya ke hutan. Saya merasa khawatir dan kasihan karena kaki suami saya pincang. Saya takut kalau ia terjatuh atau pusing di tengah hutan siapa yang tahu dan tak bisa dibayangkan. Apalagi umurnya sudah 55 tahun sudah tua," sebutnya dengan mata yang berkaca. 

Ia mengaku empat orang anaknya masih menjadi tanggungjawabnya dan keempat orang anaknya putus sekolah. Anak-anaknya hanya sampai tamat Sekolah Dasar (SD) setelah itu tidak lagi menyambung ke pendidikan yang lebih tinggi karena terkendala biaya. Jangankan biaya pendidikan baju saja dikasih orang. 

"Anak, saya yang keempat sebelumnya pernah mendapat Kartu Indonesia Pintar sawaktu SD. Namun, setamat SD tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Jangankan untuk biaya sekolah, makan saja susah. Sementara anak yang bunsu, perempuan merantau di kelok sembilan di warung nasi," tuturnya lugu. 

Ia mengaku memilih tinggal di Desa Kolok Nan Tuo karena masih banyak peluang untuk bekerja menyambung hidup. Namun, sekarang tidak adalagi tempat bekerja, termasuk anaknya juga ikut menganggur karena tidak ada pekerjaan. Meskipun, tidak jauh dari tempat tinggalnya ada yang berkerja tambang, namun anaknya sudah coba mendekati dengan harapan bisa diikut sertakan berkerja menambang. 

"Anak saya tidak diikutkan untuk bekerja, karena yang bekerja hanya keluarga penambang saja. Kalau, anak saya bekerja tentu akan dapat membantu memenuhi kebutuhan harian," sebutnya. 

Ia mengaku belum ada perhatian dari pemerintah sejak tinggal rumah tersebut. Apa lagi bantuan raskin Desa. Namun, staf desa sudah pernah kesini meninta KTP- KK tapi tidak tau gunanya untuk apa. "Staf Desa pernah datang ke sini, menayakan KK dan KTP untuk di data. Sudah pernah tiga kali dstang kesini dan membawa KK dan KTP katanya untuk diajukan diberikan bantuan. Namun hingga saat ini belum ada," akunya.*



Friday, September 22, 2017

Prosesi Penyucian Buah-buahan Persiapan Festival Muharram dan Grebeg Suro

Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto 

Grebeg Suro adalah acara tradisi kultural masyarakat Jawa yang dilaksanakan pada tanggal 1 Muharram atau 1 Suro pada tahun Jawa. Sejarah diadakan Grebeg suro adalah adanya kebiasaan masyarakat Jawa pada malam 1 suro mengadakan 'tirakatan' semalam dengan mengelili kota dan berhenti di alun-alun kota. 

Laporan : Julnadi Inderapura, Sawahlunto 

Rabu, 20 September 2017 malam kota Sawahlunto tampak ramai anak muda yang nongkrong warung kakilima. Sementara jalan menuju Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto masih jauh untuk ditempuh. Melewati pendakian dilereng bukit Polan dan jalan yang berliku serta licin akibat bekas sisa lonsoran. Malam yang gelap dan lembab dilereng kaki bukit puncak Polan riuh ruasa jangkrik. 

Anggota Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto telah berkumpul memakai baju putih. Terpal berwarna biru telah terbentang dihalaman sekret dan setumpukan buah-buahan berjejer diterpal. Mereka bersiap melakukan penebangan bambu kuning yang telah dipilih lalu diikat dengan kain merah dan dijaga selama 90 hari. 

Bambu kuning tersebut akan menjadi poros untuk menyangga gunungan buah-buahan pada Festival Muharram dan Grebeg Suro. Penebangan bambu dilakukan secara sakral dihaluhui doa dengan penerangan seadanya. Pemebangan tahap awal dilakukan secara bergantian dengan tigakali hingga batangnya potong. Bambu tersebut tidak boleh dilangkahi agar tetap terjaga sakralnya. 

Setelah penebangan batang bambu tersebut dilajukan dengan pemasangan poros tandu gunungan buah-buahan. Usai dipasang dilanjutkan dengan prosesi pencucian buah-buahan didahului dengan doa, dzikir dan tahlil ditutup dengan mengumandangkan adzan. 

Malam prosesi pencucian buah dan pemasangan gunungan buah-buahan didahului dengan Penebangan bambu kuning yang telah diikat dengan kain merah dan dijaga selama 90 hari yang setelah dipilih sebelumnya. Selanjutnya dilanjutkan pencucian buah-buahan dengan tujuh air masijid. Prosesi pencucian buah didahului dengan pencucian buah nanas terlebih dahulu yang telah didzikirkan dan doa ditutup tahlil sebanyak 1000 kali. 

Buah nanas tersebut lambang kebesaran tuhan Yang Maha Esa, sehingga buah Nanas, berada pada puncak tertinggi. Buah nanas tersebut ditancapkan pada ujung bambu kuning sebagai poros didahului dengan kamat. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian buah tomat yang menyimbolkan darah manusia. Artinya sesama manusia saling berbagi antar sesama. Selanjutnya buah terong dan Timun melambangkan tulang manusia. 

Artinya, gunungan buah-buahan terdiri dari 40 macam tersebut jadi kekuatan yang akan disumbangkan kepada masyarakat kurang mampu. Pencucian buah-buahan bersamaan dengan pencucian benda pusaka dengan mandi kembang dari air terjun masjid. Biasanya sebelum malam 1 suro orang-orang memiliki benda pusaka akan menyucikan benda busakanya dengan air tujuh masjid. 


Selain gunungan buah-buahan dilanjutkan ritual gununga Apam dan benda Pusaka dilakukan pada malam pergantian tahun dengan air terjun masjid dengan prosesi ritual. Sejarah Apam itu sendiri bemula sejak perjalanan Ki Ajeng Gribik melakukan perjalanan ke Makkah menjemput kebaikan. Perjalan pulang dan pergi mamakan waktu selama 1000 hari dan membawa bekal satu hari satu Apam. 



Sesampai di Makkah, Ki Ajeng Gribik diberikan makan Affan (Apam), oleh seorang syeh berjumlah 1000 buah hingga menuju pulang Apam tersebut tidak berkurang jumlahnya meskipun telah dimakan. Orang Makkah menyebutkan Affan orang Jawa menyebut Apam atau kue Panukuik. Apam itu sendiri terbuat dari beras dan kelapa. Beras tersebut dicuci dengan air pancuran tujuh masjid dan didzikirkan.

Agus Iwan Darmawan, Ketua Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto menyebutkan bahwa Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota Sawahlunto, berdiri sejak 1 Juli 2010 terus rutin melaksanakan kegiatan Grebek Suro yang menjadi agenda tahunan. Sapu Jagat beranggotakan 71 orang. 

"Besok (Kamis, red) kegiatan Festival Muharram dan Grebek Suro akan dimeriahkan dengan pawai bersama. Pawai akan di mulai pukul 13.30 di halaman masjid Agung Kota dan berakhir di lapangan segitiga. Pawai akan di ikuti oleh Walikota dan wakil walikota. Sesampai di Lapangan Segitiga dialanjutkan dengan perebutan gunungan buah bersama masyarakat," tuturnya.* 

KPU Sawahlunto Kenalkan Sisamil Maskot Pemilukada 2018

Komisioner Pemilihan Umum (KPU) Sawahlunto ajak pemilih pemula Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) 2018 bersama-sama mengawal dan hindari money politik untuk mengawal pemilihan dengan jujur dan adil. Pemilih pemula Pilkada 2018 adalah Pendekar domokrasi untuk mengawal berjalannya pemilihan nantinya sebagai pemilih pemula beserta masyarakat. 

"Hari ini akan menyerah e-KTP bagi calon pemilih pemula melalui capil sehingga jumlah pemilih terdaftar dan mendapatkan hak pilihnya. Maka, dari itu kita mengajak pemilih pemula sebagai pendekar demokrasi untuk mengawal pemilihan nantiknya," ujar Afdhal, Komisioner Pemilihan Umum Sawahlunto pada acara Lounching Tahapan Pemilu Walikota dan Wakil Walikota Sawahlunto tahun 2018 dan Peresmian Rumah Pintar Pemilu, Rabu, 20 Agustus 2017. 

Ia menyebutkan bahwa pemilihan umum walikota dan wakil walikota Sawahlunto dilaksanakan pada Rabu, 27 Juni 2018. Maka dari itu, KPU Sawahlunto mengingatkan kepada masyarakat, memperkenalkan maskot pemilukada dengan nama si Samil, (Sawahlunto Mamiliah) yang bekerja untuk mengimpormasikan kepada masyarakat desa dan kelurahan.  

"Calon pemilih pemula yang akan mendaftar untuk pemilihan walikota dan wakil walikota. Kemudian untuk calon pemilih pemula diInformasikan kepada sekolah dalam upacara agar secepatnya menghubungi dukcapil. Sehingga, daftar pemilih didapatkan data yang akurat calon pemilih nantinya. Penyelenggaraan pemilukada dengan dukungan anggaran oleh kemendagri pemulihan dalam pemilihan ditanggani dukungan anggaran walikota Sawahto bersama 27 Juni 2017 sebesar Rp10, 7 miliar," tuturnya. 

Kemudian lanjut dia, Pemanfaatan anggaran untuk melancarkan tahapan menyelegaan pemili dan MoU keamanan jaminan keamanan dari Polres Sawahlunto. Serta Rumah Pintar Pemilu di kota Sawahlunto adanya museum demokrasi di Sawahlunto dengan anggarkan 200 juta, namun tidak mendapat dukungan dari Forkopinda sehingga anggaran tersebut di coret. 

"Namun harapan untuk merehap anggaran untuk refisi anggaran oleh pemda melalui DPRD Sawahlunto, Agar bisa di masukan pada anggaran perubahan demi terwujudnya wisata museum dikota Sawahlunto kota seribu museum untuk meningkatkan kunjungan," ujarnya. 

Amnasmen, Komisioner Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat menyebutkan bahwa pemilihan kepala daerah (pemilu) tahun 2018 bersamaan dengan empat pemilihan walikota dan wakil walikota yakni, Pariaman, Padangpanjang, Padang dan Kota Sawahlunto. 

"Pemilu merupakan pengalaman baru bagi bangsa, tidak hanya KPU sebagai penyelenggara tapi bangsa Indonesia yang akan melayani proses estafet kepemimpinan sebuah negara demokrasi," katanya.  

Ia melanjutkan bahwa catatan penting KPU Sawahlunto telah memperlihatkan kesiapan dalam menjalankan proses tahapan pemilu, sudah disiapkan keputusan tahapan yang berhubungan dengan Pilkada dan telah menyiapkan strategi sosialisasi yang akan sampai di tengah-tengah masyarakat. Kemudian menyiapkan proses perekrutan lembaga ti tingkat bawah KPU yakni panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). 

"Tentu hal lain yang disiapkan adalah bagaimana KPU menghadapi proses yang cukup berat, dalam proses tahapan yang akan di mulai tentu saja proses perekrutan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) bertepatan dengan proses partai politik tingkat pusat, kemudian proses penelitian parpol tingkat kabupaten/kota kurang lebih 72 partai politik mendaftar ke Depkumham. Tentu saja semua potensi parpol secara administrasi lolos di KPU dan menjadi kewajiban bagi KPU memferivikasi dilapangan, maka, KPU kota Sawahlunto bertempatan tugasnya dengan Pilkada," ujarnya. 

Kemudian, lanjut dia, tahapan pendaftaran paslon dilaksanakan pada bulan Januari 2018 dan tentu bertepatan dengan proses ferivikasi calon di tingkat legislatif ketika pemilihan legislatif. KPU mesti memiliki komitmen yang besar untuk mengkonsolidasikan ke lembaga tingkat internal. KPU mesti menjaga ketransparan informasi yang berhubungan tahapan kepada publik seperti Parpol, OPD, Muspida, aparat keamanan, Kesbangpol sebagai mitra kerja KPU dan masyarakat. 

"Hal ini penting untuk menjaga integritas yang maksimal kedepan, memperlakukan peserta pemilu secara benar, baik dan setara. Kemudian tentu berharap stake holder lain yang berhubungan dengan KPU disamping aktivitas untuk berkoordinasi dengan banyak pihak, terutama aparat keamanan, untuk menentukan ke depan seluruh proses tahapan pemilu," paparnya. 

Kemudian bisa mensimulasikan hal ini dikantor KPU, sebab ada ribuan dokumen di kantor KPU seperti dokumen calon, dokumen legislatif dan dokumen yang berhubungan dengan pemilihan presiden dan surat suara. Hal ini membutuhkan koordinasi yang luar biasa. Tentu KPU butuh dukungan semua pihak putra daerah LSM, Bawaslu kota, tentu perlu dukungan bersama untuk sampai pada titik Pilkada Sawahlunto berjalan dengan baik. 

Kemudian dari itu, dukungan dan pengawasan tersebut dapat disosialisasikan yang diharapkan melalui Rumah pintar pemilu sebagai media KPU untuk bersosialisasi, sebagai rumah dokumentasi proses pemilu yang ada, tentu ini penting menjadi momentum sebagai media ujung tombak untuk bersosialisasi di tengah masyarakat. Maka diharapkan KPU Sawahlunto untuk meningkatkan kreasi sosialisasi tahapan pemilu ditengah masyarakat.

Monday, September 18, 2017

Melirik Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota Sawahlunto

Grebek Suro Menjadi Tontonan dan Tuntunan Masyarakat Sawahlunto


Kelompok Seni Sapu Jagat multi etnik tergabung masyarakat Jawa, Minangkabau, Batak dan menganut kepercayaan yang berbeda-beda namun saling berbaur. Sebab, kelompok seni Ki Sapu Jagat memiliki motto "membina akhlak melalui seni dan budaya" dengan tidak membedakan suku, agama dan ras seseorang tetap bersatu dalam satu paguyuban kesenian Sapu Jagat.




Selasa, 12 September 2017 sore langit kota Sawahlunto terlihat mendung. Sore itu pula di kaki bukit puncak Polan, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Penulis, menjambangi sekret Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota SawahluntoDilaman sekret tampak berselempangan sisa-sisa potongan kayu dan rautan bambu pembuatan tandu yang digunakan untuk gunungan buah-buahan. 

Gunungan buah-buahan tersebut dirakit untuk persiapan kegiatan Grebek Suro peringatan tahun baru Islam yang jatuh pada 21 September bertepatan 1 Muharram 1439 Hijriyah. Anggota Paguyuban tampak sibuk mempersiapan tandu gunungan buah-buahan dan Apam. 

Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota Sawahlunto, berdiri sejak 1 Juli 2010 terus rutin melaksanakan kegiatan Grebek Suro yang menjadi agenda tahunan. Sapu Jagat beranggotakan 71 orang dengan penasehat, Ismed, Tukino, Zainal, Saiman, dan Zainal Arifin Dt Bandaro Putiah. Paguyuban tersebut fokus pada kegiatan yang dilaksanakan berupa kegiatan pesta ramadhan, Grebek Suro, Band, Keroncong, Kuda Kepang, Teater dan Film.

Kelompok Seni Sapu Jagat multi etnik tergabung masyarakat Jawa, Minangkabau, Batak dan menganut kepercayaan yang berbeda-beda namun saling berbaur. Sebab, kelompok seni Ki Sapu Jagat memiliki motto "membina akhlak melalui seni dan budaya" dengan tidak membedakan suku, agama dan ras seseorang tetap bersatu dalam satu paguyuban kesenian Sapu Jagat.

Agus Iwan Darmawan, Ketua Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto menyebutkan bahwa proses pembuatan gunungan buah terbuat dari bahan bambu dengan ketinggian 2,5 meter hingga 3 meter. Tahapan yang dilalui saat pembuatan gaunungan buah tersebut dimuai dengan penebangan bambu. Bambu tersebut telah dikebat atau diikat dengan kain merah dan telah dijaga selama 90 hari sebelum ditebang. Kemudian, tandu tersebut dilengkapi bambu kuning untuk ditengah gunungan sebagai poros. Bambu yang dikebat dengan kain merah tersebut di dzikirkan dan didoakan agar ada berkatnya, artinya sebatang bambu tersebut telah "dijaga" atau disakralkan. 



Proses pembuatan tandu gunungan buah-buahan akan menghabiskan waktu selama satu minggu. Jadi, ada dua buah gunungan yang akan akan disiapka pada peringatan 1 Muharam yang ditandai dengan Grebek Suro, yakni Gunungan Buah-buahan dan Gunungan Apam. Gunungan buah tersebut syarat dengan makna pengucapan rasa syukur dan saling berbagi. Berbagi orang yang "berlebih" atau orang kaya kepada orang yang tidak "punya" atau miskin. Sehingga gunungan tersebut menjadi rebutan oleh masyarakat. 

Ada 40 jenis buah-buahan dengan berat 150 kilogram untuk gunungan buah. Gunungan tersebut akan diangkat oleh sepuluh orang sanggar. Untuk satu gunungan menhabiskan biaya sebesar Rp8 juta. Selanjutnya, prosesi berikutnya adalah pencucian buah-buahan dengan air terjun masjid. Kemudian di dzikirkan bersama dengan tokoh agama dan masyarakat, setelah itu barulah di pasang buah-buahan tersebut ketandu yang telah disiapkan berdasarkan urutan tertinggi buah-buahan. 

Artinya buah tersebut ada pengelompokannya, seperti buah Nanas, Tomat, Apel. Buah Nanas melambangkan kejayaan, sedangkan Tomat disimbolkan darah, terong dan Timun melambangkan tulang manusia. Artinya, gunungan buah-buahan tersebut jadi kekuatan yang akan disumbangkan kepada masyarakat yang kurang mampu. 

Pencucian buah-buahan bersamaan dengan pencucian benda pusaka dengan mandi kembang dari air terjun masjid. Pencucian buah-buahan Apam dan benda Pusaka dilakukan pada malam pergantian tahun dengan air terjun masjid dengan prosesi ritual. Kemudian di sakralkan dengan membaca dzikir dan doa-doa malam hari di halaman sekret Paguyuban. 

Buah-buahan tersebut seluruhnya sudah di sakralkan, sehingga memiliki karomah tersendiri karena di dzikirkan. Grebek Suro di Sawahlunto tidak ada kaitannya, hanya saja sejarah budaya yang dibawakan oleh nenek moyang dulu. Karena Sawahlunto multi etnik, maka kita mengadopsi apa yang menjadi kebiasaan dan budaya nenek moyang dari Klaten tanah Jawa.

Berbeda dengan proses Apam, yang merupakan perjalanan Ki Ajeng Gribik melakukan perjalanan ke Makkah pulang dan pergi mamakan waktu selama 1000 hari dan membawa bekal satu hari satu Apam. Untuk 1000 apam, karena mengikuti perjalanan Ki Ajeng Gribik yang melakukan perjalanan haji selama 1000 hari untuk menjemput kebaikan di Makkah. 

Sesampai di Makkah diberikan makan Affan (Apam), oleh seorang syeh berjumlah seribu buah hingga menuju pulang Apam tersebut tidak berkurang jumlahnya meskipun telah dimakan. Orang Makkah menyebutkan Affan orang Jawa menyebut Apam atau kue Panukuik. Apam itu sendiri terbuat dari beras dan kelapa. Beras tersebut dicuci dengan air pancuran tujuh masjid dan didzikirkan.

Ada lima warna Apam, warna tersebut terkolaborasi membentuk kalimat Allah dan Muhammad. Warna tersebut mengijuti jadwal waktu shalat sebanyak 17 rakaat di mulai dari Isya emapat rakaat shalat ditandai dengan warna Merah, Subuh dua rakaat diwarnai dengan warna hijau, Dzuhur empat rakaat ditandai dengan warna cokelat, Ashar empat rakaat shalat ditandai dengan warna putih dan Maghrib ditandai dengan warna hitam.

Grebek Suro ada sejak jaman kerajaan Maja Pahit dibawah kekuasaan Protu Wijaya V diadakannya Grebek Suro. Karena suatu daerah kekeringan sehingga gagal panen, ada suatu kampung yang di naungi oleh Ki Ajeng Gribik yang merupakan tokoh ulama di Maja Pahit,tidak mengalami kekeringan, justru hasil panen mereka sangat berlimpah ruah. 

Ki Ajeng Gribik memerintahkan kepada masyarakat untuk saling berbagi kepada yang tidak "memiliki" (kampung sebelah yang gagal panen) sehingga tradisi Grebek Suro di tanah Jawa tetap dilaksanakan, saling berbagi dan rebutan bagi masyarakat terhadap gunungan buah-buahan. Jadi yang memiliki (kaya) dibagi kepada masyarakat yang tidak memiliki (miskin). Jadi, Grebek Suro merupakan bentuk mengenang Ki Ajeng Gribik pada tahun suro. 

Saling berbagi tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Al quran surat Alkahfi ayat 30-47 tentang kemakmuran masyarakat yang saling berbagi antar sesama. 

Tradisi Grebek Suro hanya diadakan pada tahun baru Islam tidak dilakukan pada hari lain. Kecuali Grebek Sawal diisi dengan ketupat, Grebek Maulid isi dengan sayur-sayuran dari hasil panen, artinya Grebek Suro hanya diadakan pada peringatan hari besar Islam. 

Acara puncak Grebek Suro pada tangga 1 Muharram, gunungan buah-buahan dan Apam akan diarak ke sekeliling kota diawali dengan pembacaan doa dan pemotongan Tumpeng. Selanjutnya, gunungan buah-buahan dan Apam di rebut oleh masyarakat di alun-alun kota dan berakhir di Goedang Ransoem. 

Kemudian di Sawahlunto sendiri Grebek Suro menjadi destinasi wisata religius sebagai contoh bagi masyarakat. Grebek Suro tersebut pada prosesinya sama dengan yang diadakan di Jawa, sehingga berbagi bersama memperebutkan gunungan buah-buahan dan Apam. Grebek Suro tersebut merupakan tahun ke 7 dilaksanakan di kota Sawahlunto oleh Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota Sawahlunto.

Untuk pelaksanaan kegiatan Grebek Suro, Agus Iwan Darmawan mengaku mencari sponsor keluar, sebab tidak ada bantuan dari pemerintah kota terutama dalam hal pembinaan. Kegiatan yang lakukan hanya bersifat swudaya dan hanya hargai dengan tepuk tangan penonton. Sebab, Paguyuban Ki Sapu Jagat berbuat tidak hanya sebagai tontonan namun juga menjadi tuntunan bagi masyarakat khususnya di Kota Sawahlunto.*

Sunday, September 17, 2017

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi Desa Lumindai Kerjasama dengan Mahasiswa Eropa

Membaca merupakan jendela dunia dan membentuk karakter diri serta mampu merubah pola pikir ke arah yang lebih maju dan positif. Zulhijani merupakan sosok perempuan inspitatif bermula dari buku koleksi pribadi hingga bekerja sama dengan mahasiswa Eropa. Seperti apa kisahnya

Laporan : Julnadi Inderapura, Sawahlunto 

Minggu, 10 September 2017 sore cuaca di Sawahlunto mendung sebagian titik dilereng perbukitan telah diguyur hujan. Dedaunan tampak basah dan jalanan pun lembab akibat diguyur hujan. Sementara kabut awan menyelimuti lereng bukit menyapu sisa hujan sadarok dilangit kota. 

Sore itu, Penulis berkunjung ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi jalan Khatib Syawal Dusun Hilir Desa Lumindai, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto menempuh jalan yang berliku dan turunan yang tajam dilereng bukit. Taman bacaan yang jauh dari pusat kota Sawahlunto dengan jarak tempuh 30 menit untuk sampai ke tujuan dengan kendaraan roda dua. 

Transportasi satu-satunya untuk sampai ke TBM Pelangi pengunjung dengan menaiki ojek seharga Rp25 ribu. Sebab, tidak ada transportasi umum untuk sampai ke daerah tertinggi Sawahlunto dengan ketinggian 800 hingga 1200 diatas permukaan laut. 

Zulhijani, Alumni Antropologi Universitas Andalas pendiri bertekat membuat TBM Pelangi, karena kekhawatirannya terhadap acuh tak acuhnya lingkungan terhadap pendidikan anak usia dini. Selain itu, sulitnya mendapatkan akases bancaan seperti koran dan majalah. Sebab, akses kepusat kota yang jauh dan memakan buaya tinggi, maka ada niat untuk membuat taman bacaan. 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi tersebut didirikan pada Maret 2007. TBM Pelangi tersebut sebelumnya berada di pasar tradisional Lumindai dengan mengontrak rumah. Namun, kontrakan rumah habis dan tidak lagi memiliki biaya untuk memperpanjang kontrak akhirnya TBM Pelangi dibawa kerumah dengan memanfaatkan ruang tamu rumah sebagai ruang baca. 

Diruangan yang berukuran sekitar 4X4 meter itu, hanya mampu menampung pengunjung sekitar 10 orang anak-anak yang membaca. Tambah pula dipersempit dengan bersandarnya rak-rak buku pada tiap sisi dinding. 

"Kita hanya mampu menampung pengunjung sebanyak 10 orang tersiri dari anak-anak. Kalau berlebih dari sepuluh orang maka anak-anak yang membaca sampai ke luar ruangan di teras rumah. Karena ruangan yang tidak memadai untuk menampung banyak pengunjung," perempuan yang berhijam syari ini. 

Ia melanjutkan bahwa ruang baca tersebut disiapkan untuk anak-anak guna mencerdaskan anak bangsa. Membaca merupakan jendela dunia dan membentuk karakter diri serta mampu merubah pola pukir ke arah yang lebih maju dan positif. Meskipun banyak dari kalangan anak-anak tidak tertutup kemungkinan untuk para ibu-ibu. 

"Tidak hanya anak-anak saja yang sebagai pengunjung, namun juga asa ibu-ibu yang mambaca buku disini. Selain itu, prakarya memasak juga dilakukan pedah buku cara mendidik anak yang baik. Mereka berjumlah 15 orang yang terhimpun dari ibu majlis taklim," ungkap ibu baya tiga orang anak ini. 

Ia mengungkapkan bahwa buku bacaan tersebut sebelumnya merupakan buku koleksi pribadi. Saat ini telah mengoleksi sebanyak 907 judul buku terdiri dari buku Agama, Sastra, Pertanian, Keterampilan buku umum serta buku pelajaran. Meskipun demikian buku tersebut masih belum tercukupi dan belum lengkap karena belum adanya buku cerita anak. 

"TBM Pelangi belum ini terdiri dari kelas bacaan yakni kelas 1,2 dan 3, kemudian, kelas 4,5 dan 6. Kemudian, untuk menyemangati anak-anak akan diberikan hadiah sekali dalam tiga bulan berupa alat tulis bagi pengunjung yang rajin," ujarnya. 

Zulhijani menjelaskan bahwa agenda rutin untuk kunjungan dan kelompok belajar pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Kari hari biasa pun masih tetap buka, namun melihat kondisi anak-anak dengan jadwal mereka yang padat di sekolah maka pada hari Jumat, sabtu dan minggu adalah waktu yang pas. 

"Hari biasa anak-anak sekolah hingga pukul 14.00 siang. Sepulang sekolah mereka mengaji hingga pukul 18.00. Jadi, aktifitas membaca dan mengisi PR mereka dilakukan di TBM Pelangi hingga pukul 21.00. Akibatnya, secsra tidak langsung orang tua pun ikut mengantar dan menjemput anaknya," katanya. 

Selain itu, untuk menyemangati anak tersebut juga di adakan lomba mewarnai, lomba membaca cerita dan lomba menggambar untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. 

Menurutnya, sebelum TBM Pelangi berdiri, ada orang tua masih banyak tak acuh terhadap anaknya. Karena orang tua belum gigih untuk menyemangati anak mereka sekolah, sehingga ada anak mereka yang putus sekolah dan orang tuanya pun terkesan cuek karena anaknya malas sekolah. 

"Sekarang tidak ada anak meraka yang tidak sekolah justru orang tua mereka siap mengantar untuk belajar dan membac di TBM Pelangi. Kita bersyukur adanya kemauan seperti itu yang tumbauh di tengah masyarakat. Maka dari itu, kita pun harus siap untuk menerima anak mereka meskipun tempat kita terbatas dan serba kekurangan, termasuk guru polunter yang bersifat swadaya," katanya. 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi jalan Khatib Syawal Dusun Hilir Desa Lumindai, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto bekerja sama dengan Yayasan Sumatra Folunter merupakan tempat kunjungan dan magang mahasiswa Eropa. 

TBM Pelangi telah menerima mahasiswa Belgia, Belanda untuk melakukan magang sebanyak tiga orang semester lalu. Kemudian, akan ada lagi kunjungan dan magang mahasiswa dari Eropa pada 27 September mendatang. Mahasiswa yang magang tersebut selama sebulan dan bergantian selama seminggu. Selama seminggu ada tiga orang, kemudian digantikan lagi tiga orang lami mahasiswa. 

"Untuk menyiapkan mental anak berhadapan dengan mahasiswa Eropa tersebut maka, akan diberikam pengetahuan dasar belajar berbahasa Inggris. Sebab, bahasa Inggris merupaka internasional, maka anak diajarkan berbahasa. Kedatangan mahasiswa Eropa sebelumnya, anak-anak masih kaku dan belum bisa berbahasa. Namun, sekarang untuk kesatangan mereka akan satang anak-anak kita sudah bisa berkenalan dengan bahasa inggris, dengan harapan kedepan akan ada pertukaran pelajar dari anak TBM Pelangi," sebutnya. 

Selain belajar bahasa inggris, kegiatan lain seperti tahfiz quran juz 30, catur dan panjat tebing juga ada kelas latihannya. Sehingga anak-anak mendapatkan pengetahuan untuk pengembangan diri serta bakat dan minat yang dimiliki. Sebab, anak-anak memiliki bakat dan skil sehingga butuh arahan saja. 

"Disini juga ada klas media membelajaran seperti menonton film pendidikan. Seperti film kepribadian dan sejarah Islam. Kita akan buka lagi klas menulis dan konseling dan sudah ada dokternya tinggal lagi mencocokan waktunya saja," sebutnya. 

Ia mengaku sejak berdirinya TBM Pelangi banyak bantuan diberikan berupa buku dari Pustaka Daerah Sawahlunto dan Pustaka Daerah Sumatera Barat. Namun, menjadi kendala adalah belum adanya biaya poluntir untuk membiayai jasa mereka. Sebab, untuk datang ke TBM Pelangi butuh biaya, sementara belum memiliki sponsor. 

"Kita masih terima bentuan berupa buku dan donatur untuk berbagi dan mencerdaskan anak bangsa. Kemudian, sejak berdiri TBM Pelangi telah diakui dengan perolehan prestasi, juara II tingkat Provinsi Sumatera Barat, juara I tingkat Kota Sawahlunto," katanya*