Friday, September 22, 2017

Prosesi Penyucian Buah-buahan Persiapan Festival Muharram dan Grebeg Suro

Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto 

Grebeg Suro adalah acara tradisi kultural masyarakat Jawa yang dilaksanakan pada tanggal 1 Muharram atau 1 Suro pada tahun Jawa. Sejarah diadakan Grebeg suro adalah adanya kebiasaan masyarakat Jawa pada malam 1 suro mengadakan 'tirakatan' semalam dengan mengelili kota dan berhenti di alun-alun kota. 

Laporan : Julnadi Inderapura, Sawahlunto 

Rabu, 20 September 2017 malam kota Sawahlunto tampak ramai anak muda yang nongkrong warung kakilima. Sementara jalan menuju Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto masih jauh untuk ditempuh. Melewati pendakian dilereng bukit Polan dan jalan yang berliku serta licin akibat bekas sisa lonsoran. Malam yang gelap dan lembab dilereng kaki bukit puncak Polan riuh ruasa jangkrik. 

Anggota Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto telah berkumpul memakai baju putih. Terpal berwarna biru telah terbentang dihalaman sekret dan setumpukan buah-buahan berjejer diterpal. Mereka bersiap melakukan penebangan bambu kuning yang telah dipilih lalu diikat dengan kain merah dan dijaga selama 90 hari. 

Bambu kuning tersebut akan menjadi poros untuk menyangga gunungan buah-buahan pada Festival Muharram dan Grebeg Suro. Penebangan bambu dilakukan secara sakral dihaluhui doa dengan penerangan seadanya. Pemebangan tahap awal dilakukan secara bergantian dengan tigakali hingga batangnya potong. Bambu tersebut tidak boleh dilangkahi agar tetap terjaga sakralnya. 

Setelah penebangan batang bambu tersebut dilajukan dengan pemasangan poros tandu gunungan buah-buahan. Usai dipasang dilanjutkan dengan prosesi pencucian buah-buahan didahului dengan doa, dzikir dan tahlil ditutup dengan mengumandangkan adzan. 

Malam prosesi pencucian buah dan pemasangan gunungan buah-buahan didahului dengan Penebangan bambu kuning yang telah diikat dengan kain merah dan dijaga selama 90 hari yang setelah dipilih sebelumnya. Selanjutnya dilanjutkan pencucian buah-buahan dengan tujuh air masijid. Prosesi pencucian buah didahului dengan pencucian buah nanas terlebih dahulu yang telah didzikirkan dan doa ditutup tahlil sebanyak 1000 kali. 

Buah nanas tersebut lambang kebesaran tuhan Yang Maha Esa, sehingga buah Nanas, berada pada puncak tertinggi. Buah nanas tersebut ditancapkan pada ujung bambu kuning sebagai poros didahului dengan kamat. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian buah tomat yang menyimbolkan darah manusia. Artinya sesama manusia saling berbagi antar sesama. Selanjutnya buah terong dan Timun melambangkan tulang manusia. 

Artinya, gunungan buah-buahan terdiri dari 40 macam tersebut jadi kekuatan yang akan disumbangkan kepada masyarakat kurang mampu. Pencucian buah-buahan bersamaan dengan pencucian benda pusaka dengan mandi kembang dari air terjun masjid. Biasanya sebelum malam 1 suro orang-orang memiliki benda pusaka akan menyucikan benda busakanya dengan air tujuh masjid. 


Selain gunungan buah-buahan dilanjutkan ritual gununga Apam dan benda Pusaka dilakukan pada malam pergantian tahun dengan air terjun masjid dengan prosesi ritual. Sejarah Apam itu sendiri bemula sejak perjalanan Ki Ajeng Gribik melakukan perjalanan ke Makkah menjemput kebaikan. Perjalan pulang dan pergi mamakan waktu selama 1000 hari dan membawa bekal satu hari satu Apam. 



Sesampai di Makkah, Ki Ajeng Gribik diberikan makan Affan (Apam), oleh seorang syeh berjumlah 1000 buah hingga menuju pulang Apam tersebut tidak berkurang jumlahnya meskipun telah dimakan. Orang Makkah menyebutkan Affan orang Jawa menyebut Apam atau kue Panukuik. Apam itu sendiri terbuat dari beras dan kelapa. Beras tersebut dicuci dengan air pancuran tujuh masjid dan didzikirkan.

Agus Iwan Darmawan, Ketua Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Sawahlunto menyebutkan bahwa Paguyuban Kesenian Ki Sapu Jagat Kota Sawahlunto, berdiri sejak 1 Juli 2010 terus rutin melaksanakan kegiatan Grebek Suro yang menjadi agenda tahunan. Sapu Jagat beranggotakan 71 orang. 

"Besok (Kamis, red) kegiatan Festival Muharram dan Grebek Suro akan dimeriahkan dengan pawai bersama. Pawai akan di mulai pukul 13.30 di halaman masjid Agung Kota dan berakhir di lapangan segitiga. Pawai akan di ikuti oleh Walikota dan wakil walikota. Sesampai di Lapangan Segitiga dialanjutkan dengan perebutan gunungan buah bersama masyarakat," tuturnya.* 

No comments:

Post a Comment