Pemerintah Kota Sawahlunto memberikan bantuan mesin pompa air untuk menutupi kebutuhan air sawah petani tadah hujan. Ada sebanyak 34 unit mesin pompa air yang diberikan kepada kelompok tani Sawahlunto. Pompa air tersebut dianggarkan 11 unit mesin pompa dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan 23 unit mesin pompa dari dana Anggaran Pendapatan Belanda Daerah (APBD).
"Lahan pertanian Sawahlunto seluas 1680 ha sebagain besar merupakan sawah tadah hujan, dengan jumlah petani sebanyak 4500 lebih petani. Kemudian, kelompok tani ada sebanyak 238 kelompok yang tersebar di emapat kecamatan," ujar Heni purwanengsih Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Perikanan Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Rabu, 13 September 2017.
Ia menyebutkan bahwa bantuan mesin pompa air untuk memenuhi kebutuhan pasokan air persawahan petani diberikan perkelompok. Bantuan mesin pompa air tersebut diberikan kepada kelompok tani memiliki sawah tadah hujan. Namun bantuan tersebut tidak hanya berupa mesin pompa dan tidak diberikan bantuan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk dioperasionalkan.
"Diakui mesin pompa tersebut membutuhkan biaya untuk mengaliri air ke sawah petani. Namun pompa air tersebut pemanfaatannya sewaktu waktu tidak ada hujan, barulah pompa air tersebut digunakan. Sehingga tidak terjadi kekeringan terhadap sawah petani yang berujung pada gagal panen," katanya.
Ia menyebutkan bahwa bantuan mesin pompa air tersebut agar sesuai dengan mekanisme pemakaian. Sebab, penyerahan bantuan pompa air tersebut diserahkan pada ketua kelompak dan di tandatangani oleh anggota kelompok. Sehingga pemanfaatannya bisa pergunakan dengan sebaik-baik. Pemberian bantuan mesin pompa air tersebut melalui proposal dan ada prosesurnya dan permasalahannya yang mengantisipasi adalah seluruh anggota kelompok tani.
"tidak ada masalah yang ditemui dilapangan saat pemanfaatan mesian pompa tersebut. Sekaitan adanya kelompok tani yang tidak lagi aktif dimungkinkan hanya oknum orang petani saja. Sebab, selama ini baik-baik saja dan belum ada laporan hingga saat ini dari penyuluh pertanian," tambahnya.
Kemudian lanjut dia, berkaitan dengan hama padi yang mati atau patah kuduak yang menjadi keluhan petani merupakan hama blas. Maka upaya awal yang dilakukan adalah sosialisasi kepada petani, kemudian pengadaan dan pendistribusian pektisida oleh UPTD. Kemudian mengamati hama yang menyerang padi petani dan dilakukan penyuluhan melalui penyuluh pertanian kepada petani untuk pengendalian hama.
"Penyuluhan dilakukan tentunya tidak ke seluruh pribadi orang petani. Namun penyuluhan tersebut dilakukan perkelompok tani yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di Kecamatan. Kita telah turun kelapangan memberikan sosialisasi dalam penangan hama," sebutnya.
Sementara itu, Irwandi, Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Perikanan Kota Sawahlunto, membantah sekaitan dengan petani yang tidak mendapatkan pupuk. Sebab pendistribusian pupuk di kota Sawahlunto sebesar 250 ton pupuk. Sementara serapan pupuk di Sawahlunto baru 50 ton pupuk.
"Untuk membeli pupuk tersebut tidaklah mudah. Petani harus memiliki kelompok tani dan telah memiliki Rencana Definitif Kelompok (RDK). Jika tidak terdaftar kedalam kelompok dan tidak memiliki RDK maka tidak dapat membeli pupuk subsidi. Jadi, yang tidak memiliki RDK memang tidak bisa membeli pupuk," katanya.
Ia menyebutkan bahwa tidak keluhan terhadap pupuk, sebab pengawasan terus dilakukan terhadap kios penjualan pupuk di kota Sawahlunto. Ada delapan kios pupuk yang tersebar di empat kecamatan, yakni satu kios pupuk di Kecematan Silungkang, Satu kios pupuk di Kecematan Lembah Segar, Tiga kios pupuk di kecamatan Barangin dan tiga kios pupuk di Kecamatan Talawi.
"Pengawasan dilakukan sekali dalam dua minggu dan satu kali salam sebulan dilakukan oleh SK4. Jadi, petani yang tidak bisa mendapatkan pupuk berarti tidak patuh pada aturan. Jika tidak patuh maka dapat dikenakan sanksi," ujarnya.
Ia mengaku pembelian pupuk subsidi seharga Rp90 ribu per het tanpa membuka karung. Jika karung tersebut telah terbuka maka harga bisa berubah sebab, ada jasa membuka karung. Artinya petani akan membeli pupuk dengan enceran kiloan.
"Pupuk subsidi Urea mengangdung N, sehingga jika dibuka dengan waktu yang lama sehingga jumlah kiloannya pun bisa berkurang dan bisa cair. Hal ini yang menjadi harga bisa bertambah karena hitungan ekomisnya. Sebab, orang yang berdagang tentunya tidak ingin ambil resiko yang mengakibatkan kerugian," paparnya.
No comments:
Post a Comment