Sunday, September 17, 2017

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi Desa Lumindai Kerjasama dengan Mahasiswa Eropa

Membaca merupakan jendela dunia dan membentuk karakter diri serta mampu merubah pola pikir ke arah yang lebih maju dan positif. Zulhijani merupakan sosok perempuan inspitatif bermula dari buku koleksi pribadi hingga bekerja sama dengan mahasiswa Eropa. Seperti apa kisahnya

Laporan : Julnadi Inderapura, Sawahlunto 

Minggu, 10 September 2017 sore cuaca di Sawahlunto mendung sebagian titik dilereng perbukitan telah diguyur hujan. Dedaunan tampak basah dan jalanan pun lembab akibat diguyur hujan. Sementara kabut awan menyelimuti lereng bukit menyapu sisa hujan sadarok dilangit kota. 

Sore itu, Penulis berkunjung ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi jalan Khatib Syawal Dusun Hilir Desa Lumindai, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto menempuh jalan yang berliku dan turunan yang tajam dilereng bukit. Taman bacaan yang jauh dari pusat kota Sawahlunto dengan jarak tempuh 30 menit untuk sampai ke tujuan dengan kendaraan roda dua. 

Transportasi satu-satunya untuk sampai ke TBM Pelangi pengunjung dengan menaiki ojek seharga Rp25 ribu. Sebab, tidak ada transportasi umum untuk sampai ke daerah tertinggi Sawahlunto dengan ketinggian 800 hingga 1200 diatas permukaan laut. 

Zulhijani, Alumni Antropologi Universitas Andalas pendiri bertekat membuat TBM Pelangi, karena kekhawatirannya terhadap acuh tak acuhnya lingkungan terhadap pendidikan anak usia dini. Selain itu, sulitnya mendapatkan akases bancaan seperti koran dan majalah. Sebab, akses kepusat kota yang jauh dan memakan buaya tinggi, maka ada niat untuk membuat taman bacaan. 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi tersebut didirikan pada Maret 2007. TBM Pelangi tersebut sebelumnya berada di pasar tradisional Lumindai dengan mengontrak rumah. Namun, kontrakan rumah habis dan tidak lagi memiliki biaya untuk memperpanjang kontrak akhirnya TBM Pelangi dibawa kerumah dengan memanfaatkan ruang tamu rumah sebagai ruang baca. 

Diruangan yang berukuran sekitar 4X4 meter itu, hanya mampu menampung pengunjung sekitar 10 orang anak-anak yang membaca. Tambah pula dipersempit dengan bersandarnya rak-rak buku pada tiap sisi dinding. 

"Kita hanya mampu menampung pengunjung sebanyak 10 orang tersiri dari anak-anak. Kalau berlebih dari sepuluh orang maka anak-anak yang membaca sampai ke luar ruangan di teras rumah. Karena ruangan yang tidak memadai untuk menampung banyak pengunjung," perempuan yang berhijam syari ini. 

Ia melanjutkan bahwa ruang baca tersebut disiapkan untuk anak-anak guna mencerdaskan anak bangsa. Membaca merupakan jendela dunia dan membentuk karakter diri serta mampu merubah pola pukir ke arah yang lebih maju dan positif. Meskipun banyak dari kalangan anak-anak tidak tertutup kemungkinan untuk para ibu-ibu. 

"Tidak hanya anak-anak saja yang sebagai pengunjung, namun juga asa ibu-ibu yang mambaca buku disini. Selain itu, prakarya memasak juga dilakukan pedah buku cara mendidik anak yang baik. Mereka berjumlah 15 orang yang terhimpun dari ibu majlis taklim," ungkap ibu baya tiga orang anak ini. 

Ia mengungkapkan bahwa buku bacaan tersebut sebelumnya merupakan buku koleksi pribadi. Saat ini telah mengoleksi sebanyak 907 judul buku terdiri dari buku Agama, Sastra, Pertanian, Keterampilan buku umum serta buku pelajaran. Meskipun demikian buku tersebut masih belum tercukupi dan belum lengkap karena belum adanya buku cerita anak. 

"TBM Pelangi belum ini terdiri dari kelas bacaan yakni kelas 1,2 dan 3, kemudian, kelas 4,5 dan 6. Kemudian, untuk menyemangati anak-anak akan diberikan hadiah sekali dalam tiga bulan berupa alat tulis bagi pengunjung yang rajin," ujarnya. 

Zulhijani menjelaskan bahwa agenda rutin untuk kunjungan dan kelompok belajar pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Kari hari biasa pun masih tetap buka, namun melihat kondisi anak-anak dengan jadwal mereka yang padat di sekolah maka pada hari Jumat, sabtu dan minggu adalah waktu yang pas. 

"Hari biasa anak-anak sekolah hingga pukul 14.00 siang. Sepulang sekolah mereka mengaji hingga pukul 18.00. Jadi, aktifitas membaca dan mengisi PR mereka dilakukan di TBM Pelangi hingga pukul 21.00. Akibatnya, secsra tidak langsung orang tua pun ikut mengantar dan menjemput anaknya," katanya. 

Selain itu, untuk menyemangati anak tersebut juga di adakan lomba mewarnai, lomba membaca cerita dan lomba menggambar untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. 

Menurutnya, sebelum TBM Pelangi berdiri, ada orang tua masih banyak tak acuh terhadap anaknya. Karena orang tua belum gigih untuk menyemangati anak mereka sekolah, sehingga ada anak mereka yang putus sekolah dan orang tuanya pun terkesan cuek karena anaknya malas sekolah. 

"Sekarang tidak ada anak meraka yang tidak sekolah justru orang tua mereka siap mengantar untuk belajar dan membac di TBM Pelangi. Kita bersyukur adanya kemauan seperti itu yang tumbauh di tengah masyarakat. Maka dari itu, kita pun harus siap untuk menerima anak mereka meskipun tempat kita terbatas dan serba kekurangan, termasuk guru polunter yang bersifat swadaya," katanya. 

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelangi jalan Khatib Syawal Dusun Hilir Desa Lumindai, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto bekerja sama dengan Yayasan Sumatra Folunter merupakan tempat kunjungan dan magang mahasiswa Eropa. 

TBM Pelangi telah menerima mahasiswa Belgia, Belanda untuk melakukan magang sebanyak tiga orang semester lalu. Kemudian, akan ada lagi kunjungan dan magang mahasiswa dari Eropa pada 27 September mendatang. Mahasiswa yang magang tersebut selama sebulan dan bergantian selama seminggu. Selama seminggu ada tiga orang, kemudian digantikan lagi tiga orang lami mahasiswa. 

"Untuk menyiapkan mental anak berhadapan dengan mahasiswa Eropa tersebut maka, akan diberikam pengetahuan dasar belajar berbahasa Inggris. Sebab, bahasa Inggris merupaka internasional, maka anak diajarkan berbahasa. Kedatangan mahasiswa Eropa sebelumnya, anak-anak masih kaku dan belum bisa berbahasa. Namun, sekarang untuk kesatangan mereka akan satang anak-anak kita sudah bisa berkenalan dengan bahasa inggris, dengan harapan kedepan akan ada pertukaran pelajar dari anak TBM Pelangi," sebutnya. 

Selain belajar bahasa inggris, kegiatan lain seperti tahfiz quran juz 30, catur dan panjat tebing juga ada kelas latihannya. Sehingga anak-anak mendapatkan pengetahuan untuk pengembangan diri serta bakat dan minat yang dimiliki. Sebab, anak-anak memiliki bakat dan skil sehingga butuh arahan saja. 

"Disini juga ada klas media membelajaran seperti menonton film pendidikan. Seperti film kepribadian dan sejarah Islam. Kita akan buka lagi klas menulis dan konseling dan sudah ada dokternya tinggal lagi mencocokan waktunya saja," sebutnya. 

Ia mengaku sejak berdirinya TBM Pelangi banyak bantuan diberikan berupa buku dari Pustaka Daerah Sawahlunto dan Pustaka Daerah Sumatera Barat. Namun, menjadi kendala adalah belum adanya biaya poluntir untuk membiayai jasa mereka. Sebab, untuk datang ke TBM Pelangi butuh biaya, sementara belum memiliki sponsor. 

"Kita masih terima bentuan berupa buku dan donatur untuk berbagi dan mencerdaskan anak bangsa. Kemudian, sejak berdiri TBM Pelangi telah diakui dengan perolehan prestasi, juara II tingkat Provinsi Sumatera Barat, juara I tingkat Kota Sawahlunto," katanya*




No comments:

Post a Comment