Saturday, December 30, 2017

Perkenalkan Karya Seni Rupa Kepada Masyarakat 60 Karya Lukisan Seniman Se Sumatera Barat Dipamerkan

Sebanyak 60 karya seni rupa, seniman perupa Sumatera Barat pamerkan karya seni rupa, mural, tiga dimensi, disain, video art, di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Sawahlunto, Sumatera Barat. Karya seni rupa tersebut terdiri dari karya kelompok seniman rupa yang ada di Sumatera Barat. Pameran seni rupa tersebut sebagai wujud kreatifitas penggiat seni rupa kelompok seni rupa di Kabupaten/kota se Sumatera Barat. Karya seni rupa yang dipamerkan merupakan karya seni mengeksplorasi dan mengekspresikan ide melalui media visual art.

"Kegiatan pameran seni rupa yang mengangkat tema Berantai diselenggarakan oleh Kelompok Seni Rantai Sawahlunto. Pameran karya seni rupa tersebut bertujuan untuk memperkenalkan seni rupa ke pada masyarakat luas, khususnya Kota Sawahlunto. Pemikiran untuk mengelenggaraan event pameran di daerah yang notabene masyarakatnya belum mengerti apa itu seni rupa atau masyarakatnya belum mempu mengapresiasi dan menafsirkank karya-karya seni rupa dengan baik," ujar Fadlan Fahrozi, Kurator Pameran Serupa Berantai, kepada Penulis, Jumat, 29 Desember 2017 di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Kota Sawahlunto. 

Ia mengatakan bahwa Kreatifitas merupakan sebuah upaya untuk melahirkan hal-hal baru berupa pemikiran untuk menciptakan karya-karya segar melalui kemahiran yang kemudian disepakati oleh kelompoknya. Seorang yang kreatif biasanya mampu melakukan inovasi dan terobosan-terobosan untuk menciptakan haI-hal baru di lingkungannya berupa karya seni. Desain terlahir dari kolaborasi pemikiran dan ide, maka hal ini dapat dikatakan saling berkaitan satu sama lain seperti halnya antara komukator dan komunitas juga media yang akan menyampaikan. 

Menurutnya, semua unsur yang terdapat dalam dunia desain saling berantai satu sama lain. Semua elemen dalam seni rupa pada pameran yang berlangsung sejak Jumat-Sabtu, 29-30 Desember 2017 dapat dikatakan karya yang masuk dalam pameran berantai ini telah mengalami berbagai kolaborasi ide dan pemikiran. Sebab, desain tidak terjadi begitu saja namun ada berbagai tahapan yang berantai. 

Ia mengungkapkan bahwa dari pengamatan sosial dan budaya hingga masuk pada tahapan riset untuk melahirkan suatu komunikasi yang akan disampaikan oleh seorang desainer yang merupakan solusi dari suatu permasalahan. Sawahlunto merupakan kota yang aktif dalam menyelenggarakan event secara nasional maupun internasional. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap kreatifitas masyarakatnya. 

Maka dari itu, kelompok seni Rantai juga tidak mau melepaskan perannya untuk ikut serta dalam melengkapi kebutuhan kota Wisata Tambang Berbudaya. Sehingga terbentuklah ide untuk menyelenggarakan event pameran seni rupa sebagai catatan akhir tahun. Sebagai kelompok yang masih segar tumbuh dengan pemikiran cemerlang dan berpijak pada filosofi rantai. 

Maka kelompok seni rantai yang berdomisili di kota Sawahlunto kembali memainkan perannya sebagai kelompok yang aktif dan ikut membangun apresiasi seni didaerahnya seperti seni rupa. Sehingga, nama "Rantai" diambil dari karakter dan kultur masyarakat yang berkembang di daerah sema penjajahan Kolonial Belanda. 

Menurutnya, cerita orang rantai yang menjadi history daerah Sawahlunto, meskipun demikian nama rantai tersebut tidak semata-mata mengembangkan cerita tersebut melainkan mengambil filosofi 'Rantai' itu sendiri. Persatuan yang kokoh antara mata rantai satu dengan mata rantai yang saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan. 

Ia berharap bahwa dengan diselenggarakannya event pameran seni rupa di Sawahlunto dapat menambah dan menumbuh kembangkan apresiasi masyarakat terhadap karya seni rupa. Kemudian dapat menimbulkan berbagai kolaborasi ide lainnya diantara berbagai pemikiran dan profesi dan desainer. Selanjutnya, terjalin hubungan yang baik antara elemen masyarakat yang membangun kearifan kota Sawahlunto sehingga seni rupa tidak lagi menjadi ambigu di tengah masyarakat, khususnya di kota Sawahlunto. 

Sementara itu, Hendri Thalib Kepala Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto menyebutkan bahwa pemaren seni rupa rantai merupakan bentuk apresiasi pemerintah mendukung komunitas seni yang ada di Sawahlunto. Untuk mendukung seni rupa tersebut maka pemerintah kota menyiapkan museum lukisan. Lukisan yang di Pajang diantaranya adalah hasil karya pelukis maistro terkenal, Baisuki Abdullah dan Marya Cui. 

"Museum ini berisikan benda-benda yang sangat jarang kita temukan sehari-hari, bahkan di Indonesia sendiri, diyakini tempat ini akan menambah pengalaman dan pengetahuan wisatawan. Seperti berbagai alat musik tradisional. Mulai dari Australia, Afrika, Prancis hingga ke China. Benda benda unik bersejarah beserta lukisan oleh pelukis terkenalpun akan segera disajikan," katanya.

Irzam, Asisten III Administrasi Umum Pemerintah Kota Sawahlunto menyebutkan bahwa generasi muda yang di tepong oleh sesepuh seniman kota Sawahlunto dan bentuk inovasi positif untuk pembangunan serta perkembangan kota Sawahlunto sehingga terwujudnya kota wisata tambang Berbudaya. Maka, kegiatan pameran seni rupa didukung dan disupport pemerintah kota Sawahlunto. 

Seblumnya, kata dia, pemerintah kota Sawahlunto menggabungkan kebudayaan di gabung dengan pendidikan, kemudian kebudayaan bergabung dengan pariwisata. Namun sejak awal tahun 2017 maka kebudayaan berdiri sendiri untuk lebih serius menata dan mewujudkan kota wisata tambang berbudaya. 

"jika ada persoalan yang bersentuhan dengan kebudayaan maka bisa secara langsung untuk melakukan koordinasi dengan instansi terkait demi mewujudkan visi kota wisata tambang berbudaya ditahun 2020. Artinya keseriusan pemerintah kota Sawahlunto untuk memperhatikan seni budaya sehingga ada perpanjangan tangan dari pemerintah untuk melalui OPD terkait dinas Permuseuman," katanya. 

Ia menyebutkan bahwa Sawahlunto multi etnis yang berdiri dari berbagai etnis suku bangsa. jika berbicara tentang Sawahlunto maka tidak asing lagi mendengar seni budaya Batak, Jawa, Sunda, cina dan Minangkabau. Sebab, di kota Sawahlunto yang multi etnis yang hidup berdampingan. 

"Pameran seni rupa ini merupakan bentuk memberikan ruang kepada pelaku seni terutama Kelompok Seni Rantai. Memberikan ruang untuk berkreasi dan beraktivitas mengembangkan ide dan gagasan terhadap pembangunan kota melalui seni rupa," katanya. 

Tuesday, December 26, 2017

Goedang Ransoem Diminati Wisatawan Menjadi Bukti Sejarah Perkembangan Sawahlunto

Masa libur panjang menjelang akhir tahun selama empat hari, Objek wisata Kota Sawahlunto banyak dikunjungi wisatawan dari luar daerah kota Sawahlunto dan luar Sumatera Barat. Libur panjang dimanfaatkan pengunjung untuk mengunjungi objek wisata yang ada di kota Sawahlunto pusaka seperti Museum Goedang Ransoem. Pengunjung memburu situs bersejarah kota tua Sawahlunto seperti Goedang Ransoem menikmati situs sejarah peninggalan Belanda. Sembari menikmati arsitektur bangunan tua peninggalan Kolonial Belanda, pengunjung juga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan menggali informasi tentang dapur umum pekerja buruh tambang. 

Sebab, Museum Gudang Ransoem menyajikan koleksi peralatan memasak berukuran besar yang pernah digunakan Dapur Umum untuk memasak makanan pekerja tambang dibangun pada tahun 1918. Museum Goedang merupakan cerminan sejarah masa lalu yang direpresentasikan melalui beberapa galeri. Diantaranya galeri etnografi, galeri foto tempo dulu, iptek center dan galeri Malaka sebagai bentu kerjasama kota Sawahlunto dengan negeri Malaka (twin city) 

Selain itu, pengunjung dapat menikmati bentuk ukuran raksasa bejana tempat memasak yang ada didapur umum. Tidak hanya itu, saja pengunjung juga dapat menikmati objek wisata lubang tambang Mbah Soero yang berdekatan dengan Museum Goedang Ransoem. Lubang Tambang Mbah Soero merupakan tambang dalam penggalian batu bara adalah trande marknya kota Sawahlunto. Lubang tambang tersebut mulai digali pada tahun 1898 oleh orang rantai dan pekerja tambang. 

Lobang Tambang Mbah Soero merupakan tambang pertama di patahan Soegar, ditutup sebelum tahun 1930, kemudian dibuka kembali pada tahun 2007 dan dijadikan objek wisata dengan nama Lubang Tambang Mbah Soero yang dilengkapi dengan gedung info box yang berisi foro sejarah tambang di Sawahlunto. 

Martin Noval, Staf Dinas Kebudayaan Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, kepada Penulis Senin 25 Desember 2017 menyebutkan bahwa pengunjung yang menikmati situs bersejarah yang ada di komplek Goedang Ransoem dikenakan tarif masuk Rp4000 untuk orang Dewasa dan anak-anak Rp 2000. Sedangkan untuk parkir kendaraan pengunjung tidak dipungut biaya. Pengunjung telah mulai meramaikan objek wisata terutama Museum Goedang Ransoem sejak tiga hari lalu. 

"Pengunjung yang datang berkunjung ke Goedang Ransoem berasal dari Pakanbaru dan Jambi. Ada pula pengunjung lokal dari Sawahlunto dan diluar Sawahlunto seperti pengunjung dari Kabupaten Solok, Sijunjung, Darmasraya dan daerah Sanka serta Sumbar pada umumnya berkunjung menikmati pesona kota tua Sawahlunto, termasuk Goedang Ransoem," ujarnya. 

Ia menyebutkan tingkat kunjungan pada masa libur panjang tersebut mengalami peningkatan kunjungan dibandingkan dengan hari biasa. Kunjungan wisatawan bertambah dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Pada hari ini kunjungan wisatawan yang hadir mencapai 135 orang kunjungan. Kunjungan wisatawan ke objek wisata Goedang Ransoem peminatnya adalah peminat khusus. Sebab, wisatawan yang hadir berkunjung untuk ke Goedang Ransoem untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah kota Sawahlunto. 

"Pengunjung ingin mencari informasi tentang orang rantai dan pekerja tambang. Kemudian mereka juga melihat situs bersejarah banguan tua pada masa Kolonial Belanda. Kemudian melihat secara langsung bentuk peralatan memasak yang digunakan untuk dapur umum untuk para bekerja tambang. Maka, untuk mendapatkan informasi tersebut pengunjung akan didampingi oleh gaet, sehingga pengunjung atau wisatawan bisa langsung bertanya untuk menjawab rasa penasaran," katanya. 

Sementara itu, Asyifa Laura, 29,wisatawan asal Pakanbaru mengatakan bahwa dirinya baru pertama kali datang ke Kota Sawahlunto. Baginya berkunjung ke Sawahlunto dalam rangka menikmati masa libur panjang dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Meskipun kedua orang tuanya berasal dari Sumatera Barat namun dirinya dibesarkan di Pekanbaru. 

"Barukali ini datang ke kota Sawahlunto, kotanya unik dan kecil serta banyak bangunan tua peninggalan sejarah Kolonial Belanda. Bangunan tua tersebut adalah bukti kota Sawahlunto pernah dikuasai oleh penjajah dan mengambil kekayaan yang ada terutama batu bara," katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa bangunan tua yang ada tersebut agar dapat dipertahankan keaslian dan dijaga dengan baik. Karena bangunan tua tersebut adalah situs bersejarah dan sumber informasi yang dapat dijadikan sebuah kajian ilmu pengetahuan. Meskipun ada beberapa bangunanan peninggalan Belanda yang telah ada ditambah panguananya, sehingga telah keluar dari bentuk banguan aslinya. 

"Bangunan yang ada masih tetap terawat dengan baik sehingga bangunan peninggalan tersebut dapat dimanfaatkan. Saya merasa senang bisa menyaksikan secara langsung bangunan kota tua Sawahlunto. Terutama saya bisa melihat dapur umum dengan peralatan masak berukuran raksasa," tuturnya. 

Senada disampaikan, Riski dan Mella Amanda, wisatawan asal Jambi, menyebutkan bahwa kota Sawahlunto merupakan kota yang memiliki sejarah masa lalu yang memilukan. Meskipun demikian kota Sawahlunto memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga dimasanya Sawahlunto adalah kota berkembang dan sangat maju. Hal itu terlihat dari bentuk bangunan bangunan tua yang masih berdiri kokoh, salah satunya Goedang Ransoem termasuk peralatan dapur umum. 

"Pada masa penjajahan Kolonial Belanda kota Sawahlunto telah maju dibandingkan kota lain. Sebab, kota Sawahlunto telah mengenal teknologi uap, salah satunya kereta angkut batu bara. Kemudian dapur umum untuk memasak makanan menggunakan teknologi uap. Melalui tungku pembakaran batu bara kemudian dialirkan melalui pipa bawah tanah. Hal ini adalah salah satu bukti kemajuan kota Sawahlunto di masa penjajahan Kolonial Belanda," katanya.

Monday, December 18, 2017

Marsada Band Asal Pulau Samosir Sumatera Utara Perkenalkan Alat Musik Sambo Di Dunia

Marsada Band menciptakan alat musik yang diberi nama 'Sambo' terinspirasi karena bergendang dengan memukul meja di warung Tuak sebagai pengganti Kick Drum. Alat musik yang terbuat dari Kuali peralatan rumah tangga diberi nama 'Samosir Bongko' yang mengantarkannya keliling Dunia


Sabtu, 17 Desember 2017 malam rinai hujan masih turun dilangit kota Sawahlunto. Para pengunjung berduyun-duyun menghampiri panggung Pentas Seni Budaya Paguyuban Batak 'Dos Ni Roha' dilapangan Segitiga Sawahlunto. Kegiatan yang bertajuk Semalam di Bonapasogit atau semalam dikampung halaman menghadirkan group kesenian 'Marsada Band' Pulau Samosir Sumatera Utara. 

Meskipun hujan mengguyur penonton pentas seni budaya Baguyuban Batak masih bertahan menyaksikan pertunjukan musik, tari tor-tor remaja dan dewasa, trio Bhayangkara, solo song. Kemudian pentas seni budaya Paguyuban Batak dimeriahkan oleh Marsada Band yang memukau penonton. Sebab, keberagaman budaya sebagai alat perekat bangsa terpelihara dengan baik di Sawahlunto. Sehingga, setiap pentas seni budaya Paguyuban yang ada di Sawahlunto selalu mendapatkan tempat dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat.

Sebagai lagu pembuka Marsada Band, membawa lagu Minang 'Mudiak Arau' dengan instrumen musik etnik Batak. Lagu Minang dimainkan dengan gendang etnik khas Batak dan dipadukan seruling dan Sambo sebagai Kick Drum. Riuh tepuk tangan penonton mengapresiasi jendere musik akustik Marsada Band yang menghidupkan suasan panggung hiburan paguyuban Batak di Sawahlunto. 

Kemudian, bunyi seruling dengan langgam Batak, mengiringi lagu Minang telah memukau penonton, hingga bertahan didalam hujan. Selanjutnya, Marsada Band, mendengakan lagu Minang 'Pulang lah Uda' dimainkan dengan etnik Batak dengan nada vokal satu, vokal dua, vokal tiga. Lokalitas musik etnik Batak sangat padu dan menyatu dalam syair lagu Minang yang dibawakan.

Monang Sidabutar, Ketua Manajemen Marsada Band menyebutkan bahwa awal terbentuk Marsada Band terdiri dari beberapa orang dengan intensitas berkumpul serta sering bertemu di kedai Tuak. Kebiasaan masyarakat di Pulau Samosir Sumatera Utara duduk di kedai Tuak sering nyanyi bersama dengan teman serta siap saja yang duduk di warung tuak tersebut. 

Kemudian, Pulau Samosir pada umumnya kedai tuak untuk menambah daya tarik pengunjung agar betah, pemilik warung Tuak menyediakan peralatan musik etnik yang lengkap di warungnya. Sehingga sembari duduk minum Tuak juga nyanyi bersama sama di warung tuak tersebut. Maka, disitulah dasar group Marsada Band terbentuk dan berproses hingga sekarang. 

Marsada Band terbentuk sejak tahun 2003 dengan personil 7 orang. Marsada Band mengangkat musik etnis batak dengan alat musik yang dimainkan berupa gitar akustik 2 buah, seruling, gendang dan gitar bass. Kemudian pada tahun 2004 Marsada Band di undang ke Inggris United Kingdom (UK) untuk meramaikan dan memeriahkan perhelatan Summer Party Day oleh World Organisation Music Art and Danc (Womad) yang diundang oleh organisasi musik etnik Dunia yang disebut dengan womad tersebut Marsada Band dipercaya untuk mengisi acara tersebut.

Tahun 2004 Marsada Band resmi diundang Meramaikan perhelatan Summer Party  bulan Mei oleh  World Organisation Music Art and Dance dan telah terdaftar sebagai anggota organisasi. Selama 40 hari Marsada Band tour keliling United Kingdom (UK) Wells and Scohtland mengikuti pestival musik dunia. Kemudian tahun 2005 di undang lagi oleh Womad kolaborasi dengan musisi Senegal (Afrika) dan musisi Madagaskar pada musim gugur bulan November selama 30 hari tour UK

Selanjutnya pada tahun 2005, Marsada Band kembali di undang word art untuk berkolaborasi dengan tiga etnis musik dunia yakni Sinegal, Magaskar dan Indonesia (Marsada Band). Kemudian tahun 2014 Marsada Band tour ke Eropa, Belanda, Jerman, Swiss, dan mengunjungi teman kolaborasi musik etnik dunia sewaktu 2005 dengan musisi Sinegal dan Magaskar. Marsada Band tampil keliling Eropa tersebut tetap membawa komposisi musik etnik Batak untuk diperkenalkan di panggung Internasional.

Penampilan yang disuguhkan iven panggung tetap membawakan musik etnik batak dengan Gendang. Kemudian, di Pulau Samosir Gendang Batak Toba terdiri dari enam biji. Selanjutnya Marsada Band juga membawakan dan memperkenalkan alat musik 'Sambo' yang merupakan ciptaan dan karya sendiri. Alat musik yang diberi nama 'Samosir Bongko' disingkat menjadi 'Sambo'. Alat musik Sambo terbilang unik dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Alat musik Sambo terbuat dari Kuali merupakan peralatan dapur dengan menggunting kupingnya. Kemudian dibuat kotak untuk peredam bunyi. Alat musik 'Sambo' tersebut dimainkan sebagai pengganti Kick Drum. 

Ide awal pembuatan alat musik 'Sambo' tersebut didasari dengan kebiasaan orang-orang yang duduk warung Tuak. Karena di warung Tuak adalah tempat berkumpul dan sering nyanyi bersama dengan peralatan musik etnik yang ada. Maka sembari bernyanyi bersama-sama dan terbawa asyik sehingga secara spontanitas selalu memukul meja ketika mengikuti ritme musik yang dimainkan. Alunan musik yang dimainkan diwarung tuak tersebut sering memukul meja sebagai pengganti Kick Drum dengan bunyi dum, dum, dum, dum. 

Maka, berdasarkan spontanitas bergendang dimeja atau menciptakan irama ritmix pada meja terjadi irama. Sehingga melalui ritme musik tersebut maka terinspirasi menciptakan alat musik yang diberi nama 'Sambo'. Alat musik 'Sambo' terinspirasi karena bergendang dengan memukul meja sebagai pengganti Kick Drum. Sehingga menjadi inspirasi dibuatlah jenis alat musik yang disebut dengan 'Samosir Bongko'. 

Sebab, kecenderungan jendre musik Marsada Bend adalah full akustik yang menjadi aspirasi dari berkumpul di warung tuak. Sejak jaman dulu akustik sangat identik dengan Batak. Jadi setiap warung tuak yang ada di Pulau Samosir Sumatera Utara selalu ada gitar dan peralatan musik akustik. Kemudian di sekolah yang ada pelajaran seni serta di rumah rumah pasti ada gitarnya. Jadi gitar akustik identik dengan musik etnis Batak yang telah ada sejak zaman dulu kala. 

H Sihotang Ketua Paguyuban Batak Sawahlunto menyatakan bahwa pentas seni budaya batak diisi dengan penampilan tarian atau tor-tor dari sanggar Dos Ni Roha baik dari anak-anak, remaja dan ibu-ibu atau orang dewasa. Untuk group dan solo song dari anggota Sanggar Dos Ni Roha, juga akan menampilkan Trio Bhayangkara dan Trio Resima serta penampilan budaya batak baik Simalungun, batak Karo, Pak-pak, batak toba dan lainnya.

Pentas seni budaya tersebut sebagai wujud untuk melestarikan budaya nusantara serta mempromosikan keberagaman suku dan adat istiadat yang ada dikota ini. Dengan potensi keanekaragaman ini sebagai suatu kekuatan dalam mewujudkan kota ini sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Sumatera Barat. Kemudian, Paguyuban Batak dapat bersanding bersama dengan etnik lain untuk melestarikan keberagaman ini etnik tersebut. 

disamping Marsada Band dapat interantif menghibur, Ia sangat mengapresiasi penampilan sanggar Dos Ni Roha dengan tor-tor anak-anak, remaja, ibu-ibu serta dimeriahkan penampilan Trio Bhayangkara dan Resima Trio. Sangat terasa sekali apa yang jadi tema Semalam di Bonapasogit yang ada mala mini, karna semua yang hadir ikut bergembira manortor bersama-sama. Meski etnik batak sangatlah minoritas dikota ini. Terlebih sudah mulai bergairahnya group dan solo song dari anggota Sanggar Dos Ni Roha menampilkan budaya batak baik Simalungun, batak Karo, Pak-pak, batak toba dan lainnya.

J Simanjutak, Dewan Penasehat Paguyuban Batak Sawahlunto J Simanjuntak mengatakan bahwa pentas seni budaya ini sebagai wujud untuk melestarikan budaya nusantara serta mempromosikan keberagaman suku dan adat istiadat yang ada dikota ini. Keanekaragaman sebagai suatu kekuatan dalam mewujudkan kota ini sebagai salah satu tujuan wisata terkemuka di Sumatera Barat. Sehingga dapat bersanding bersama dengan etnik lain untuk melestarikan keberagaman baudaya.

"Kami sangat berterima kasih kepada pemko Sawahlunto dan warga kota ini yang memberikan kesempatan dan ruang yang sama dengan etnik lainnya di kota ini," katanya.

Walikota Ali Yusuf berharap potensi yang mulai menampakkan perkembangan baik dari paguyuban batak dos ni roha dikota ini dengan tampilan seni budaya yang juga berlatar belakang berbagai profesi dari anggota paguyuban. “Mari tingkatkan lagi potensi keberagaman yang menjadi kekuatan dalam membangun kota ini, karna etnik dan latar belakang suku apapun pasti menginginkan kotanya membangun dan lebih sejahtera," harapnya. 






Sunday, December 17, 2017

Pesona Sawahlunto Puncak Cemara Sungguhkan Keindahan Kota Dari Ketinggian

Sabtu, 16 Desember 2017 siang menjelang sore kota Sawahlunto mulai mendung. Tak lama hujan pun mengguyur sehingga jalan menuju puncak cemara yang semberaut menjadi basah dan licin. Pengunjung diharapkan harus hati-hati melintasi jalan menuju puncak cemara. Sebab, jalan menuju puncak cemara sedang dalam perbaikan dan pelebaran jalan. Sehingga jalan yang tutupi tanah mengakibatkan jalan menjadi licin. Kemudian, banyaknya tumpukan tanah timbunan yang menumpuk di bibir jalan. 

Puncak cemara mengunjung akan dimanjakan dengan keindahan melihat kota tua Sawahlunto dari atas ketinggian. Selain itu, di puncak cemara lanskap memandagan melihat tulisan Kota Sawahlunto yang berhadapan dengan puncak cemara. Masing-masing memperlihatkan keindahan panorama kota Sawahlunto dari ketinggian. Kemudian, biasanya pada ketinggian tersebut pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan kota Sawahlunto akan ditutupi awan usai hujan mengguyur kota tersebut. 

Kota Sawahlunto memiliki objek unggulan yang tidak lari dari korp kota sebagai Kota Lama dengan berbagai museum yang ada. Sebab, Sawahlunto disiapkan menjadi sebagai 'Kota Seribu Museum' kerana banyak koleksi yang dapat dilihat oleh pengunjung. Kemudian, kawasan kota tua kota Sawahlunto peminatnya adalah peminant khusus, jadi semuanya harus dilengkapi. Ada tiga museum melengkapi kawasan kota tua yakni Museum Tari, Museum Lukisan dan Etnologi Kayu, Museum Alat Musik Tradisional juga sebagai objek wisata unggulan yang memiliki berbagai koleksi. 


Kemudian, tidak kalah penting dengan objek-objek yang lain seperti Puncak Cemara, Water Boom, Taman Satwa Kandih tetap menjadi objek wisata unggulan Sawahlunto. Karena konsep wisata atau selera dan sekmen pasar wisata adalah cenderung ke fun atau menyenangkan yang membuat pengunjung enjoy sekeluarga untuk berwisata, hal itu ada di water boom, taman satwa Kandih.

Oleh Karena itu, konsep wisata yang ada di Sawahlunto adalah wisata asyik bebas macet. Ketika dibeberapa daerah di landa dengan kemacetan seperti kota berkembang Sumatera Barat, sehingga untuk datang ke sana dengan kondisi jalan yang macet. Untuk itu, berlibur dan bermalam di Sawahlunto segala sesuatu disiapkan, seperti kuliner dilapangan Segitiga sehingga bisa dinikmati oleh pengunjung pada saat malam hari. 

Kemudian, kota Sawahlunto juga menyiapkan berbagai penampilan seni budaya karena kota yang memiliki tag-line 'Sawahlunto Pusaka' menjadi agenda serta iven kota. Hal ini untuk menampilkan seni budaya di Sawahlunto, baik seni tradisi maupun seni modrn. Sehingga Kunjungan Wisata Sawahlunto pada Agustus 2017 mencapai 400 ribu kunjungan. Kunjungan tersebut tersebar di seluruh objek wisata di Sawahlunto terutama kunjunga wisata puncak cemara mencapai 51.090 orang pengunjunga di bulan Agustus. Sementara itu, kunjungan puncak cemara (puncer) pada bulan yang sama Agustus 2016 relatif sama. 

"Kita masih optimis kunjungan wisatawan terus bertambah karena iven-iven besar terus dilangsung. Maka, akumulasi kunjungan akan terus bertambah dan tersebar di seluruh objek yang ada. Total kunjungan wisata Sawahlunto pada tahun 2017 belum terhitung," ujar Efriyanto, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Sabtu, 16 Desember 2017.  

Kemudian, tingkat kunjungan wisata Sawahlunto berdasarkan RPJMD tahun 2017 berkisar 850 ribu hingga 900 ribu kunjungan. Namun melihat potensi kunjungan di Sawahlunto menunjukkan akumulasi yang baik dengan adanya iven-iven, maka Kementerian Pariwisata menergetkan kunjungan mencapai 1 juta kunjungan. 

Banyaknya penyelenggaraan iven berskala Nasional dan International di Sawahlunto hingga akhir Desember tentunya akan menambah kunjungan. Sebab, akumulasi kunjungan hingga Agustus berjumlah 400 ribu. Maka, dengan banyaknya iven diselenggarakan akan mendongkrak jumlah kunjungan dan kita optimis akan mencapai 1 juta kunjungan. Iven yang diselenggarakan tentu ada pembenahan terhadap objek wisata seperti puncak cemara. Sehingga memiliki daya tarik bagi pengunjung untuk datang ke tempat objek wisata. 

Puncak cemara sedang dilakukan pembenahan dan tambahan arena bermain. Karena punca cemara tersebut adalah wahana bermain remaja, namun saat ini ditambah puncak cemara tersebut dibagi menjadi dua level. level bawah untuk tambahan arena bermain anak berupa arena outbond dan air mancur. Sehingga anak-anak dapat beraktifitas dan bermain air. Penambahan objek wisata tersebut menggunakan anggaran APBD 2017 mencapai Rp1 miliar. 

Adanya arena bermain anak-anak tersebut maka, maka puncak cemara tidak hanya menjadi wadah untuk berfoto selfi dengan lanskep view kota tua dari atas puncak cemara, namun akan menjadi daya tarik sendiri bagi orang tua untuk mengajak anak-anak berlibur dan bermain di puncak cemara sembari melihat pemancakan kota tua dari ketinggian.

Akses bukitas menuju puncak cemara pun saat ini sedang dilakukan pelebaran jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan dana APBD. Kemudian, arena parkir yang telah disiapkan dan mampu menampung kendaraan roda dua sekitar 50 unit. Ini sebagai langkah untuk terus meningkatkan kunjungan wisata di Sawahlunto dengan harapan pengunjung merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. 






Bayar Pajak Bumi Bangunan Tepat Waktu Dapat Undian

Pajak Bumi Bangunan (PBB) Sawahlunto tergat pajak baru mencapai Rp1 miliar lebih. Jika dibandingkan tahun sebelumnya PBB Sawahlunto hampir mencapai Rp7 miliar yang diterima daerah. Sebenarnya dengan penyerahan PBB ke daerah mulai Januari 2014 dari sisi targat merugikan daerah.

"Untuk memotifasi masyarakat membayar PBB maka digelar undian. Setiap tahun digelar undian bertujuan untuk memotifasi masyarakat wajib pajak PPB melunasi PBB tepat waktu. Tepat waktu wajib pajak tersebut memang tidak di akhir tahun, namun ditetapkan pada 31 Juli," ujar Buyuang Lapau, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah kota Sawahlunto, kepada Penulis, Kamis, 14 Desember 2017. 

Ia menyebutkan bahwa kalau masyarakat wajib pajak bisa melunasi hingga akhir batas waktu yang ditetapkan 31 Juli maka diberikan kesempatan untuk ikut di undi mendapatkan hadiah. Hadiah utama diberikan satu ekor sapi perkecamatan. kemudian hadiah lain diberikan bagi masyarakat wajib pajak pelunasannya pada bulan September dan Oktober juga diberikan reword uang tunas Rp500 ribu yang di undi.

"Target pajak PBB Sawahlunto baru mencapai Rp1 miliar lebih hingga bulan ini. Sebenarnya dengan penyerahan PBB ke daerah mulai Januari 2014 dari sisi targat merugikan daerah. Sebab, dulu hampir Rp7 miliar PBB yang diterima daerah. Jadi, ada subsidi silang daerah potensi PBB lebih tinggi, sekarang hanya potensi daerah saja yang digarap," katanya. 

Ia menyebutkan bahwa ketika PBB dikelola oleh pemerintah pusat melalui kantor pelayanan pajak pratama Solo, kalau melunasi tepat waktu sampai akhir bulan Desember diberikan itensif PBB dengan kisarannya hampir Rp2 Miliar.

"Jadi banyak sekali upaya kita ada untuk menaikkan NJOP, mencari objek baru tetapi kendalannya kadang kadang masyarakat untuk menaikan masih ada penolakan dari restisensinya. Mungkin perlu sosialisasi yang meyakinkan masyarakat bagaimana wajib pajak PBB," katanya. 

Selain itu, kata dia, untuk pajak restoran ada pula kebijakan pemerintah daerah. Karena undang-undang nomor 28 tahun 2011 sebanyak 10 persen. Sementara di perda dibuat sebanyak 5 persen dengan catatan mau wajib pajak restoran.

"Tetapi tetap saja bermacam alasan sebenarnya kalau kita mencoba menerapkan dengan 5 persen wajib pajak restoran tersebut kalau ditetapkan saja sebulan hanya 20 hari berjualan. sebenarnya dengan hasil jualan satu harinya saja pajak untuk satu bulan," tuturnya. 

Ia menyebutkan kalau dikalikan 5 persen tersebut adalah seper 20, artinya kalau restoran mau memungut wajib pajak kapada masyarakat yang makan di restoran tersebut. Artinya pajak yang dibayar untuk 5 persen tersebut dari hasil jual belinya hanya satu hari.

"Pajak tersebut hanya saja tidak dibebankan kepada restoran, karena pemungutannya kepada orang yang makan di restoran. Kalau masyarakat yang menunggak pajak sistem pembukuan saat ini sudah akroal dan jelas. Meskipun demikian akroal ini memang baru bersifat persuasif beluma ada upaya paksa karena kota kecil ini sulit kita," paparnya.

Kemudian, lanjut dia, kalau hal ini memang tercatat dan dilakukan pendekatan secara persuasif dan belum ada paksaan yang dilakukan terhadap masyarakat menunggak pajak. Sebenar kalau pajak ini dalam undang-undang kewajiban yang tanpa ada imbal balik. lain halnya dengan retribusi ada imbal balik, sebab disediakan jasa baru dipungut. 

"Klau pajak sifatnya wajib dan bisa dilakukan upaya paksa. tetapi masih melakukan pendekatan persuasif bagaimana masyarakat dapat diyakinkan untuk dapat membayar pajak," tambahnya