Tuesday, December 26, 2017

Goedang Ransoem Diminati Wisatawan Menjadi Bukti Sejarah Perkembangan Sawahlunto

Masa libur panjang menjelang akhir tahun selama empat hari, Objek wisata Kota Sawahlunto banyak dikunjungi wisatawan dari luar daerah kota Sawahlunto dan luar Sumatera Barat. Libur panjang dimanfaatkan pengunjung untuk mengunjungi objek wisata yang ada di kota Sawahlunto pusaka seperti Museum Goedang Ransoem. Pengunjung memburu situs bersejarah kota tua Sawahlunto seperti Goedang Ransoem menikmati situs sejarah peninggalan Belanda. Sembari menikmati arsitektur bangunan tua peninggalan Kolonial Belanda, pengunjung juga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan menggali informasi tentang dapur umum pekerja buruh tambang. 

Sebab, Museum Gudang Ransoem menyajikan koleksi peralatan memasak berukuran besar yang pernah digunakan Dapur Umum untuk memasak makanan pekerja tambang dibangun pada tahun 1918. Museum Goedang merupakan cerminan sejarah masa lalu yang direpresentasikan melalui beberapa galeri. Diantaranya galeri etnografi, galeri foto tempo dulu, iptek center dan galeri Malaka sebagai bentu kerjasama kota Sawahlunto dengan negeri Malaka (twin city) 

Selain itu, pengunjung dapat menikmati bentuk ukuran raksasa bejana tempat memasak yang ada didapur umum. Tidak hanya itu, saja pengunjung juga dapat menikmati objek wisata lubang tambang Mbah Soero yang berdekatan dengan Museum Goedang Ransoem. Lubang Tambang Mbah Soero merupakan tambang dalam penggalian batu bara adalah trande marknya kota Sawahlunto. Lubang tambang tersebut mulai digali pada tahun 1898 oleh orang rantai dan pekerja tambang. 

Lobang Tambang Mbah Soero merupakan tambang pertama di patahan Soegar, ditutup sebelum tahun 1930, kemudian dibuka kembali pada tahun 2007 dan dijadikan objek wisata dengan nama Lubang Tambang Mbah Soero yang dilengkapi dengan gedung info box yang berisi foro sejarah tambang di Sawahlunto. 

Martin Noval, Staf Dinas Kebudayaan Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, kepada Penulis Senin 25 Desember 2017 menyebutkan bahwa pengunjung yang menikmati situs bersejarah yang ada di komplek Goedang Ransoem dikenakan tarif masuk Rp4000 untuk orang Dewasa dan anak-anak Rp 2000. Sedangkan untuk parkir kendaraan pengunjung tidak dipungut biaya. Pengunjung telah mulai meramaikan objek wisata terutama Museum Goedang Ransoem sejak tiga hari lalu. 

"Pengunjung yang datang berkunjung ke Goedang Ransoem berasal dari Pakanbaru dan Jambi. Ada pula pengunjung lokal dari Sawahlunto dan diluar Sawahlunto seperti pengunjung dari Kabupaten Solok, Sijunjung, Darmasraya dan daerah Sanka serta Sumbar pada umumnya berkunjung menikmati pesona kota tua Sawahlunto, termasuk Goedang Ransoem," ujarnya. 

Ia menyebutkan tingkat kunjungan pada masa libur panjang tersebut mengalami peningkatan kunjungan dibandingkan dengan hari biasa. Kunjungan wisatawan bertambah dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Pada hari ini kunjungan wisatawan yang hadir mencapai 135 orang kunjungan. Kunjungan wisatawan ke objek wisata Goedang Ransoem peminatnya adalah peminat khusus. Sebab, wisatawan yang hadir berkunjung untuk ke Goedang Ransoem untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah kota Sawahlunto. 

"Pengunjung ingin mencari informasi tentang orang rantai dan pekerja tambang. Kemudian mereka juga melihat situs bersejarah banguan tua pada masa Kolonial Belanda. Kemudian melihat secara langsung bentuk peralatan memasak yang digunakan untuk dapur umum untuk para bekerja tambang. Maka, untuk mendapatkan informasi tersebut pengunjung akan didampingi oleh gaet, sehingga pengunjung atau wisatawan bisa langsung bertanya untuk menjawab rasa penasaran," katanya. 

Sementara itu, Asyifa Laura, 29,wisatawan asal Pakanbaru mengatakan bahwa dirinya baru pertama kali datang ke Kota Sawahlunto. Baginya berkunjung ke Sawahlunto dalam rangka menikmati masa libur panjang dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Meskipun kedua orang tuanya berasal dari Sumatera Barat namun dirinya dibesarkan di Pekanbaru. 

"Barukali ini datang ke kota Sawahlunto, kotanya unik dan kecil serta banyak bangunan tua peninggalan sejarah Kolonial Belanda. Bangunan tua tersebut adalah bukti kota Sawahlunto pernah dikuasai oleh penjajah dan mengambil kekayaan yang ada terutama batu bara," katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa bangunan tua yang ada tersebut agar dapat dipertahankan keaslian dan dijaga dengan baik. Karena bangunan tua tersebut adalah situs bersejarah dan sumber informasi yang dapat dijadikan sebuah kajian ilmu pengetahuan. Meskipun ada beberapa bangunanan peninggalan Belanda yang telah ada ditambah panguananya, sehingga telah keluar dari bentuk banguan aslinya. 

"Bangunan yang ada masih tetap terawat dengan baik sehingga bangunan peninggalan tersebut dapat dimanfaatkan. Saya merasa senang bisa menyaksikan secara langsung bangunan kota tua Sawahlunto. Terutama saya bisa melihat dapur umum dengan peralatan masak berukuran raksasa," tuturnya. 

Senada disampaikan, Riski dan Mella Amanda, wisatawan asal Jambi, menyebutkan bahwa kota Sawahlunto merupakan kota yang memiliki sejarah masa lalu yang memilukan. Meskipun demikian kota Sawahlunto memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga dimasanya Sawahlunto adalah kota berkembang dan sangat maju. Hal itu terlihat dari bentuk bangunan bangunan tua yang masih berdiri kokoh, salah satunya Goedang Ransoem termasuk peralatan dapur umum. 

"Pada masa penjajahan Kolonial Belanda kota Sawahlunto telah maju dibandingkan kota lain. Sebab, kota Sawahlunto telah mengenal teknologi uap, salah satunya kereta angkut batu bara. Kemudian dapur umum untuk memasak makanan menggunakan teknologi uap. Melalui tungku pembakaran batu bara kemudian dialirkan melalui pipa bawah tanah. Hal ini adalah salah satu bukti kemajuan kota Sawahlunto di masa penjajahan Kolonial Belanda," katanya.

No comments:

Post a Comment