Wednesday, December 6, 2017

Penderita HIV/AIDS Sawahlunto Bertambah Didominasi Aparatur Sipil Negara

Sebanyak 22 orang positif HIV/AIDS di kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Penderita HIV/AIDS Kota Sawahlunto tahun 2017 bertambah 5 orang. Sementara penderita HIV/AIDS tahun 2016 sudah tercatat sebanyak 17 orang penderita. Hasil pendataan tersebut penderita terbesar dominan kaum laki–laki. Kemudian penyakit berbahaya tersebut terdeteksi pada ibu hamil yang telah melahirkan dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). 

"Ibu hamil yang positif HIV/AIDS tersebut telah melahirkan beberapa hari lalu. Ibu hamil yang positif HIV/AIDS merupakan status suami istri, keduanya positif terserang virus HIV/AIDS. Saat ini, banyi tersebut sedang dilakukan observasi selama enam bulan. Ibu banyi tersebut tidak boleh menyusui anaknya agar tidak terjadi penyebaran virus yang membahayakan tersebu," ujar dr. Al Anshari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Senin, 4 Desember 2017. 


Ia menyebutkan bahwa pada bulan Januari 2017 telah mencatat dua orang penderita HIV/AIDS. Kemudian pada bulan Oktober tercatat tiga orang penderita positif HIV/AIDS berasal dari kaum lelaki suka lelaki (LSL ) Gay. 22 orang penderita HIV/AIDS tersebut satu orang meninggal dunia. 

"Jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2017 mengalami peningkatan di banding tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 ini penderita HIV/AIDS baru, berjumlah 5 orang, sementara di tahun 2016 sudah tercatat 17 orang," katanya. 

Ia melanjutkan bahwa edukasi yang dilakukan untuk memutus jaringan virus AIv/AIDS agar tidak menular pada yang lain sudah dilakukan oleh Komisi Penanganan AIDS (KPA) Sawahlunto melalui kampanye dan penyuluhan kepada masyarakat banya sek bebas. Namun karena anggaran yang ditetapkan untuk kegiatan tersebut sangat kecil sehingga kampanye dan penyuluhan dilakukan belum maksimal. 

"Dari Rp90 juga anggaran kegiatan yang diharapkan, ternyata dapatnya hanya Rp18 juta selama setahun. fenomena gunung es itu tidak dapat dipecahkan dengan anggaran sebanyak Rp18 juta tersebut," ujarnya. 

Ia menjelaskan bahwa untuk memutuskan penyebaran virus HIV/AIDS tersebut selain dilakukan kampanye dan penyuluhan juga dilakukan pemeriksaan. Kemudian survei kasus kalau sudah ditemukan terhadap penderita positif HIV/AIDS. 

"Harus di cari mata rantainya kemana saja penularannya. Kemudian mengejar kasus orang yang pernah kontak dengan penderita HIV/AIDS dan harus dilakukan pemeriksaan. Jadi, program pemecahan gunung es HIV/AIDS harus dilakukan dengan optimal tentunya didukung oleh anggaran yang ada," paparnya. 

Ia mengungkapkan bahwa penyebaran dan penularan HIV/AIDS pada umumnya di sebabkan oleh hubungan sex bebas. Kemudian ada kemungkinan jumlah penderita HIV/AIDS akan bertambah. Karena penanganan dan pencegahan penderita HIV/AIDS mengadapi banyak kendala, seperti minimnya kesadaran penderita untuk berobat dan memeriksakan kesehatannya.

"Pemeriksaan yang telah dilakukan Lapas Narkoba dan rutan namun belum ada tanda untuk penyebaran akibat jarum suntik memakai narkoba. Kemudian pemeriksaan direncanankan akan dilakukan ke instansi pemerintahan karena dari jumlah penderita HIV/AIDS saat ini berasal dari kalangan PNS," katanya. 

Ia menambahkan bahwa untuk tahun 2018 nantinya dinas kesehatan akan terus berupaya untuk mensosialisasikan dan mengkampanyekan bahaya HIV/ AIDS di kota sawahlunto. Melalui sosialisasi tersebut nantinya diharapkan masyarakat akan mengetahui dan mengenal HIV/AIDS dan cara penularannya.

"Ditahun 2018 akan datang setalah habis masa japatan KPA Sawahlunto kita akan dilakukan penambahan anggaran serta kegiatan agar sosialisasi dan kampanye dapat dilakukan dengan maksimal. Sebab, pemecahan gunung es HIV/AIDS tidaklah mudah dan butuh biaya," katanya 

No comments:

Post a Comment