Sunday, November 8, 2015

Menyimak Lagu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Imambonjol, IAIN Imam Bonjol Padang

Ada dua buah lagu pilihan yang dimainkan oleh teater Imambonjol pada Festival Musikalisasi Puisi yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. Teater Imambonjol memegang nomor lot tampil 10 pada Festival Musikalisasi Puisi berlangsung di gedung Teater Utama Taman Budaya Sumbar pada Sabtu, 19 September 2015

Lagu pertama berjudul Pada Suatu Hari Nanti, karya Sapardi Djako Damono yang di aransemen oleh mereka (teater Imambonjol) sendiri. Teks Puisi yang ini merupakan puisi pilihan atau puisi bebas dalam naskah puisi yang diperlombakan pada saat festival musikalisasi tersebut. Meskipun puisi yang sama 'pada suatu hari nanti' ini pernah di aransemen oleh musik Sapardi Djoko Damono. Tanpa ada penyamaan terhadap aransemen yang telah dipatenkan oleh Sapardi Djoko Damono, namun teater Imambonjol kembali mendaur ulang komposisi musik dan meng-aransemennya kembali dengan barna yang baru. Meskipun puisi yang sama telah di bentuk pola dan komposisi musik oleh Sapardi Djoko Damono. Kali ini, Teater Imambonjol telah menemukan pola penggarapan dan arensemen serta pomposisi musik balada dari 'wajahnya' (Ciri Khas Teater Imambonjol) sendiri.

Pola penggarapannya sendiri dimulai dari kepekaan mereka terhadap apa yang mereka dengar, mereka rasakan dan mereka lihat. Sehingga memberikan pengaruh pada aransemen musik yang diciptakan Teater Imambonjol. Kemudian kekuatan aransemen musik tersebut di dukung oleh kekuatan teks terhadap puisi yang digarap mejadi lagu. Pilihan teks puisi yang digarap menjadi lirik sebuah lagi akan memambah kekuatan irama musik yang di aransemen oleh Teater Imambonjol.

Aransemen musik itu terlihat pada pilihan alat musik yang dimainkan oleh Teater Imambonjol menjadikan sebuah puisi yang musikal. Gitar ritem dimainkan oleh Danul Quita, gitar akustik dimainkan oleh Yoki Surya. Viol dimainkan Rendi Hakimi Sadri, kemudian alat tiup dimainkan oleh Nanda hidayat, Vocalis oleh Fitra Yanti dan gendang (jimbe) dimainkan Rafki Asbar.

Kemudian, dalam menciptaan komposisi musik, terater Imambonjol memulai dari tempo musik 4/4. Pada saat penyajiannya dikemas dengan pola musik yang dinamis. Penggarapan musik teater Imambonjol pada tempo dan Barr kedua ritem gitar diisi dengan melody gitar yang sederhana sehingga melahirkan efek pada suasana hati yang riang. Sahutan alat tiup yang berpadu dengan gitar akustik saling mengisi tempo musik yang sedang berlangsung.

Interlute yang dikemas demikian rupa sehingga dinamis. Tempo musik yang dimunculkan pun ada unsur ritem dan tempo musik rege yang lagi hits. Meskipun demikian, namun musik balada yang tetap menjadi unsur dalam penggarapan aransemen musik teater Imambonjol.

Perpaduan alat tiup memberikan keceriaan terhadap imajinasi masa lalu pada areal persawasan. Efek yang dimunculkan alat tiup tersebut seakan menghantarkan imajinasi pada ruang anak-anak yang berlarian di pematang sawah. Hal ini disesuikan dengan pemahaman dan interpretasi terhadap puisi. Kemudian interpretasi puisi tersebut dituangkan dalam musik dan irama.

Kemudian, alat musik tiup seruling meskipun alat tiup seruling merupakan alat musik lokal Sunda, namun pengolahan aransemen musik memberikan warna efek alat tiup jenis flud, sehingga menghantarkan imajinasi yang musikalitas. Seakan warna lokal musikalitas kedaerahan 'tenggelam' dalam aransemen lagu teater Imambonjol.

Musik dan puisi saling mengisi ruang dari kekuatan syair untuk menciptakan suasana baru pada penggarapan aransemennya. Terlihat dari penggarapan lagu kedua yang dimainkan Teater Imambonjol berjudul Beranta Indra karya Bung Hatta. Teks puisi yang dipilih ini sebagai puisi wajib pada festival tersebut. Pemilihan teks puisi yang kuat memberikan personifikasi terhadap irama musik.

Perpaduan guitar, viol dan cello  menambah perbaduan idiom musikal yang dinamis. Kolaborasi berbagai alat musik ini menjadi warna tersendiri. Musik dilahirkan untuk mengisi ruangan dan kekuatan pada teks puisi. Sehingga musikalisasi puisi dapat tercapai untuk memenuhi aransemen musik.

Bass guitar yang memberikan estetik musik tradisi lokal pada warna musik tradisi lokal Jawa. Polivoni musik yang lahir dari musik dimainkan dalam penggarapan musik teater Imambonjol lebih tertata. Musik yang dimainka memberikan ruang imajinasi dan menghantarkan penikmatnya pada transenden pada ruang imajinasi. Kemudian pemain yang memaikan musik dipentas lebih enjoy dengan tampilannya.

Dinamika yang disesuaikan dalam estetika musik mampu menghartakan imajinasi penonton pada suasana. Atau bisa dikatakan masuk dalam 'dunia' lain. Ada warna kejawen dari musik tradisional pulau jawa. Meskipun ada warna tradisional Jawa yang dimainkan teater Imambonjol namun tidak terkesan tempelan. Musik tradisional Jawa tersebut menyatu dalam simponi.

Stakato musik dan vokal bermunculan dalam lagu. Penggarapannya muncul berdasarkan warna dan pemahanan dari sebuah puisi yang di tulis penyair. Teks puisi dalam analognya memberikan pesan yang persuasif. Kemudian pembacaan terhadap puisi melalui musikalitas puisi menjadi lokus pada pesan dari penyair yang memiliki puisi. Pola penggarapan musik diberikan dua barr ritem, kemudian setelah barkedua di isi dengan melody untuk memberikan dinamisasi lagu. Sehingga interlut musik mencapai pada hantaran simponi yang lebih musikal.

Dewan Juri Muhammad Ibrahim Ilyas, Sekri Budiman dan Muhammad Hafiz memberikan catatan-catatan kepada seluruh peserta yang berhadir dalam pertunjukan Festival musikalisasi puisi. "Menyaksiskan 13 peserta dalam lomba musik puisi sumbar, secara umum ada peningkatan dan upaya baru dalam menampilkan puisi dan musik. Pareal peserta Musik dalam puisi. Puisi dalam musik. Kemudian, keputusan juri mematuhi juklak juknis yang telah di berikan oleh panitia. Ada beberapa catatan-dan kesalahan dalam bermain musik serta interpretasi puisi. Sehingga ada peserta yang melakukan pengulangan dalam baris-baris tertentu dalam puisi. Kemudian ada yang menambahkan dan bahkan menghilangkan dalam lirik puisi saat bermain musik," kata Muhamad Ibrahim Ilyas.


Dia menyebutkan iven musikalisasi puisi ini diharapkan menjadi iven tahunan bagi penyelenggara Taman Budaya Sumbar. "Para peserta direkomendarikan untuk tampil pada iven tahunan dan mejadi program taman budaya. Kemudian, perserta terbaik bisa memiliki ruang berkarya dan berproses kreatif. Sehingga para peserta bisa berkolaborasi musik untuk tampil di taman budaya untuk konser," sebutnya

Group Randai Buluah Sonsang SMKN7 Padang, Regenerasi Kunci Sukses Sejak 1975

Siswa Jurusan Tari, Karawitan dan Teater SMKN7 Padang dikenal sebagai SMKI Padang terus mempertahankan eksistensi Grup Randai Buluah Sonsang yang sudah ada sejak 1975. Selasa, 3 November 2015, mereka lomba di Unand dan meraih Juara 1, malam harinya langsung tampil di Festival Ladang Tari Nan Jombang Tanggal 3, memainkan Randai 'Pulang ka bako'

Laporan: Julnadi Inderapura, Padang

Gerakan anak randai yang enerjik mamancing sorak-sorai penonton. Tapuak Galembong terlihat berfariasi dengan komposisi musik yang dinamis. Tapuak galembong dengan dinamisasi yang kuat dimunculkan pada pertunjukan Pulang ka Bako ditampilkan di Festival Ladang Tari Nan Jombang Tanggal 3 di Rimbo Tarok, Kuranji, Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, Selasa, 3 November 2015 malam pukul 20.00.



Ada dua belas anak randai yang mebermain dalam randai 'Pulang Ka bako'. Namun secara keseluruhan mereka terlibat dalam randai 'pulang ka Bako' tersebut berjumlah 25 orang dari berbagai jurusan. Mereka adalah anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah dari jurusan Tari, Jurusan Karawitan dan Jurusan Teater. Mereka ada yang masih duduk di kelas I,II dan III. Untuk mata pelajaran randai hanya ada di jurusan Teater. Karena randai disebut sebagai teater tradisi.



Yumartias akrab di panggil Pak Oyong,54, guru randai SMKI/SMK7 sekaligus pimpinan Randai Buluah Sonsang exschool siswa SMKI. Group Randai ini sejak saya masuk sekolah pada tahun 1975 randai ini telah ada. Tapi secara pasti dirinya tidak mengetahui kapan group randai Buluah Sonsang lahir.



Selama ini telah memulis naskah atau cerita randai sebanyak 15 buah dan telah dipentaskan. Masing-masing cerita dimainkan selama lima tahun, artinya selama lima tahun intensitas main randai hanya mementaskan satu judul randai. Karena group randai 'Buluah Sonsang' ini merupakan ekskul sekolah yang sifatnya regenerasi. Karena setelah mereka tamat sekolah tentu memiliki kesibukan diri masing-masing.



Randai pertamakali dimainkan di Payakumbuh, Koto Nan Ampek pada tahun 1938. Randai ini berkembang dan dilatih oleh tuo randai Pono Mudo. Kemudian, randai ini berkembang ke daerah pesisir pantai yakni Pariaman. Namun di Pariaman berganti nama menjadi Simarantang, sedangkan pola dan cara bermainnya pun sama dengan randai.



Selanjutnya, randai ini semula berdiri karena semata-mata untuk bermain, pamainan anak nagari. Karena tidak ada kesibukan lain usai bekerja siang hari. Apa lagi pada zaman dulu, anak lelaki Minang jika telah Sunatan Rasul tidak dibolehkan tidur di rumah. Apalagi lelaki tersebut mempunyai saudara perempuan, malah akan lebih mewajibkan lelaki tersebut untuk tidur diluar rumah malainkan tidur di Surau.


Makanya pada jaman dulu pemain randai hanya dimainkan oleh kaum lelaki. Tidak boleh perempuan ikut untuk bermain randai, sebab perempuan Minang berada di rumah. Aib jika perempuan minang keluar rumah tanpa ada kepentingan. Apalagi perempuan minang tersebut keluar malam dan bergaul dengan lelaki untuk latihan randai. Hal ini tidak mencerminkan perempuan Minang sebagai limpapeh rumah gadang. 


"Makanya setiap permainan randai pada waktu itu, untuk pemeranan perempuan di mainkan oleh laki-laki. Lelaki tersebut di hias dan bedak, berpakaian perempauan, saat bicara suara di perkecil seperti layaknya perempuan," sebutnya.


Kemudian, sesuai perkembangan zaman pada 1989 barulah dibolehkan perempuan bermain randai. Perempuan yang bermain randai ini karena emansipasi wanita. Emansimasi ini apapun yang dilakukan lelaki, wanitapun juga bisa melakukannya. Maka setak itulah perempuan dibolehkan masuk ke Galanggang untuk berlatih randai.



"Untuk gerakan dasar atau langkah yang dimainkan oleh anak randai tidak ada memakai Silek tertentu. Karena dulu saya suka berguru dan belajar randai dan silek, maka gerakan dasarnya menjadi campuran. Artinya gerakan dasar gerak berasal silek harimau, Ulu Ambek, Silek Pauah juga ada dalam gerakan anak randai tersebut," katanya.



Gerakan anak randai yang enerjik memancing sorak rosai penonton. Tapuak gelembong yang lebih farian dengan komposisi musik yang dinamis. Tapuak gelembong dengan dinamisasi kuas dimunculkan pada pertunjukan randai 'Pulang ka Bako'. Gerakan yang dipakai anak randai dengan gerakan campuran. Sebab, tuo randai suka belajar dan berguru, sehingga banyak mengadopsi gerakan silat tradisi (silek tuo).



Geragak silek tuo yang diadopsi tersebut adalah Silek Pauah, Silek Harimau, Ulu Ambek. Perpaduan dari gerakan dasar silek tuo ini yang digabungkan dalam pertunjukan randai menambah ragam jenis gerakan. Sehingga setiap randai 'di baok tagak' memunculkan gerakan yang baru dan pesan tersendiri serta di dukung dengan tapuak galembong yang dinamis saat bermain.



"Lagu atau dendang yang dimainkan dalam randai ada tiga jenis lagi wajib setiap randai dimainkan. Tiga jenis dendang harus ada dalam setiap randai, yakni dendang Daini, Simarantang Randah, Simarantang Tinggi. Kemudian nan Suayan, Bukittinggi, Pariaman, Situjuah, Tambilang dan Tanti ba Tanti," lanjutnya.



Group randai 'buluah sonsang' telah dikenal banyak orang. Group randai ini pun banyak mengukir prestasi baik lokal maupun Nasional. "Anak-anak baru saja mengikuti lomba randai di Unand tadi pagi. Hingga sampai saat ini anak-anak belum pulang ke rumah masing-masing karena tampil di ladang tari nan jombang. Alhammdullah anak-anak mendapat juara I di Unand, lomba randai tingkat SMA/SLTA se Sumbar. Anak-anak masih dapat bermain dengan semangat meskipun tenaganya telah banyak terkuras pada saat mengikuti lombang," akunya merendah.



Dia menambahkan bahwa, untuk jadwal latihan anak-anak randai, sekali dalam seminggu. "Kita latihan randai bagi anak-anak ekskul pada hari jumat dari pukul 15.00 sampai pukul 17.00 sore. Latihan ini sifatnya untuk jangka panjang. Kecuali pada kondisi tertentu dan mendesak anak-anak latihan bisa setiap bari termasuk hari minggu sekalipun. Berbeda dengan siswa jurusan teater, karena mereka wajib belajar randai, sebab randai merupakan bata pelajaran bajib sesuai dengan silabus," tambahnya Pak Oyong juga sebagai Guru tenaga Pengajar di sekolah tersebut.



Tantangan kedepan bagi seni tradisi randai adalah berhadapan dengan dunia kapitalis. Randai saat ini untuk tampil dibatasi ruang gerak dan waktu atau durasi penyajiannya. Jika di bandingkan dengan randai dulukala, apabila malam ini cerita randai tidak selesai maka akan di sambung kembali cerita randai pada malam berikutnya. Namun, karena randai saat ini masuk pada iven lomba, randai hanya di batasi waktu tampil maksimal 30 menit untuk kepentingan lomba.



Akibanya, akan lebih banyak terjadi  memotong cerita dan melakukan pemangkasan serta ringkasan cerita terhadap randai yang akan dimainkan.  Banyak para penggiat dan seniman tradisi khususnya randai tidak sanggup memotong cerita. Atau pempersingkat cerita, namun tidak mengurangi alur dari cerita, serta pesan yang akan disampaikan pun dapat di pahami dengan baik.