Wednesday, April 20, 2016

Keluarga Masih Menunggu Kabar Penyanderaan Kapal Brahma 12



Tiga pekan sudah telah berlalu penyanderan dilakukan oleh kelompok milisi Abu Sayyaf Sabu, 26 Maret 2016 lalu terhadap Kapal Brahma 12 dan 10 anak buah kapal (ABK). Kecemasan Asmizal,54, ibu dari 7 orang anak ini masih duduk berselewesan dihadapan televisi yang selalu menyala. Matanya mulai cekung memikirkan keberadaan Wendi Rahka Dian, 29, merupakan putra pertamnya yang di Sandra kelompok milisi Abu Sayyaf.

Kuranji, Julnadi Inderapura 

Asmizal warga jalan Dr Hatta RT I RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, ramai di kunjungi keluarga dekat karab kerabat dan tetanggal. Mereka duduk dan berkumpul saling berbagi kisah serta berusaha menghibur hati Asmizal dan kelurga. Asmizal duduk dihadapan televisi ia berharap ada pemberitaan tentang keberadaan putra pertamanya yang jadi korban penyanderaan oleh perompak. 

Sementara dari pikak pemerintah dan pihak PT tempat anaknya bekerja juga tidak ada kabar terbaru tentang keberadaan putranya. "Hingga saat ini tidak ada kejelasan dari pihak PT termasuk pemerintah akan kabar Wendi anak saya," katanya sembari merebahkan punggungnya ke dinding seraya bersandar dengan kondiri tubuh yang melemah.

Ia menyaku, setiap hari duduk di depan televisi untuk menonton medengarkan kabar terbaru keberadaan anaknya. "Di tv pun tidak ada lagi pemberitaan tentang kelompok Abu Sayyaf yang menyandera 10 orang ABK," katanya dengan kaku, bibirnya berkeridutan serta mata yang berkaca-kaca.

Ia berharap putranya dapat pulang dengan selamat. Apakah ada jaminan apakah anaknya pulang dengan selamat, serta ia merasa khawatir apakah pakaian putranya itu berganti. Apakah kelompoh Abu Sayyaf memberikan kesempatan bagi anaknya untuk menggantikan pakaiannya. Kemudian, apakah anaknya pada saat penyekapan itu diberi makan oleh kelompok Abu Sayyaf sera bagaimana keseharannya.

"Saya melalu memikirkan Wendi, dan sering terkejut saat malam hari karena memikirkan Wendi," katanya.
Terpisah, seorang ibu rumah tangga, Meldawati, 32, ibu dua orang anak itu merupakan warga jalan DR Hatta no 19 RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji mengatakan bahwa dirinya mengenal Wendi Rahka Dian sejak masih kecil. Sebab, Wendi masih bertetanggaan tinggal dengan dirinya. Ia menyebutkan bahwa Wendi adalah anak yang pendiam dan tidak suka duduk nongkrong menghabiskan waktu sia-sia.

Wendi sepengetahuannya tidak pernah keluar rumah seperti anak sebayanya. Hal itu mungkin disebabkan oleh pendidikan orang tua Wendi yang disiplin. Wendi juga tidak suka bertandang kerumah temannya. Meskipun demikia Wendi merupakan sosok yang bertanggung jawab dan suka menolong.

Sebelum Wendi bekerja di Perusaan Kapal di Jakarta, setamat SMA N 9 pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Ia merantau ke Batam setaman SMA tahun 2007/2008 lalu. Selama di Batam Wendi bekerja di PT pembuat sepatu sebagai karyawan kontrak selama tiga bulan. Sehabis kontrak Wendi harus mencari pekerjaan yang baru, begitu seterusnya pekerjaan selama di Batam.

"Selama di Batam Wendi tinggal di rumah kontrakan saya," Sebut Imelda sembari mengiris sayur kangkung.
Ia melanjutkan, sewaktu Wendi masuk SMA di Padang, dirinya tidak mengetahui persis perkembangan dan pertumbuhan Wendi. Tapi ia mengetahui Wendi setelah Wendi pergi ke Batam mencari pekerjaan dan kebetulan Wendi setempat tinggal di rumah kontrakan di Batam.

"Di Batam Wendi memiliki sahabat yang bernama Nursal dan Bambang yang merupakan kakak kelasnya sewaktu di SMA. Saat ini, kabar terakhir Nursal telah pindah merantau ke Jakarta, namun Bambang saat ini saya tidak tahu keberadaannya. Bersama mereka sering nongrong bercanda dan tertawa ngekeh hingga larut malam. Bersama mereka Wendi bisa tertawa ngekeh. Tetapi kalau di rumah (Padang) Wendi sepertinya tidak memiliki teman akrap seperti di Batam. Sebab, teman Wendi pun jarang datang kerumah Wendi)," lanjutnya.

Kerasnya kehidupan dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, akhirnya Wendi berubah pikiran untuk pulang kampung ke Padang. Wendi dapat bertahan di Batam kurang lebih 1,5 tahun. Wendi menjadi pengangguran di Padang, kemudian mencoba memasukkan lamaran ke RS BMC menjadi klining sevice. Wendi bekerja di sana hanya beberapa bulan saja dan kembali menjadi pengangguran.

Kemudian, Wendi kembali mencoba menghadang sibuknya kota Jakarta. Disana Wendi berjuang mencari pekerjaan, sehingga ia bekerja di sebuah 'Lapau Nasi'. Sembari bekerja di Lapau Nasi, Wendi ditawari oleh sang adik untuk bekerja di kapal. Tetapi sebelum bekerja di kapal, harus sekolah terlebih dahulu sebut Riri Efrianto,27, yang merupakan adik kandung Wendi, saat ini telah berpengalaman 5 tahun bekerja di kapal.

"Mereka kakak beradik sangat akur dan kompak. Mereka bergantian membiayai uang sekolahnya. Ketika Riri sedang sekolah, giliran Wendi berlayar yang membantu biaya sekolah Riri. Meskipun demikian mereka juga dapat membantu orang tua mengirimi uang belanja. Padahal sekolah kapal biayannya sangat mahal, lagian mereka juga dari keluarga sederhanya, tapi mereka mampu karena kompak," katanya perempuan berkulit sawo matang itu, sembari melanjutkan pekerjaannya mengiris sayur kangkung.

Ia melanjutnya, Wendi anak yang tidak "gaul" seperti anak kebanyakan se usianya. Wendi palingan sepulang sekolah di rumah saja dan untuk mengisi waktu kosong wendi palingan main PS. Kemudian, suka menusilin anak saya hingga anak saya menangis kemudian ia ketewa ngekeh. 

Wendi berencana pulang pada bulan Mei mendatang berlibur. Wendi berencana akan membawa adiknya yang ke empat untuk bekerja di kapal, tetap adinya harus di sekolahkan terlebih dahulu. "Mereka berdua bersepakat akan membawa adiknya bernama Oknanda, yang telah tamat sekolah. Tapi untuk tak dapat dirauh, malang tak dapat di tolak, Wendi yang akan menjemput adiknya itu, saat ini telah di sandera oleh perampok kelompok Abu Sayyaf," lanjutnya dengan suara yang sedikit serak-sebak basah. Kecepatan kedip matanya pun berubah, karena ia berusaha untuk menghilangkan air matanya yang menggenangi pelupuk matanya.

Ia menyebutkan sangat khwatir akan keberadaan Wendi. Karena informasi yang ia harapkan tidak kunjung ada kejelasan. Meskipun ia telah berusaha mencari informasi melalui media televisi tepi tidak ada lagi televisi yang menyiarkan infomasi terkini tentang penyenderaan yang dilakukan oleh milisi Abu Sayyaf terhadap 10 orang ABK pada Sabtu, 26 Maret 2016 lalu.

"Pihak keluarga sangat khawatif akan kabar Wendi. Kemana kami harus mengadu, dari mana informasi kami dapatkan," sebutnya.

Hal serupa di benarkan oleh Wilman Surya, 29, suami Meldawati, warga RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji menyebutkan bahwa mendi tidak suka menghabiskan waktu di luar. Meskipun di sekitaran rumahnya ada kegiatan dan acara mendi hanya datang melihat seperlunya dan kembali pulang kerumah. Paling tidak Wendi hanya melihat dari jauh saja. "Wendi sepertinya tidak ingin nongkrong diluar seperti anak muda kebanyakan dan boleh dikatakan "kurang gaul". Karena dilingkungan sekitar rumah Wendi tidak ada teman sebayannya. Kemudian, pergi keluar bermain bersama teman-temannya pun jarang," katanya kata pria berambut keriting itu.

ABK Kapal H - 1 Belum Ada Kabar, Keluarga Cemas

Kamis, 7 April 2016 siang rumah Aidil, 55, warga jalan Dr Muhammad Hatta, RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat masih ramai dikunjungi kerabat serta awak media untuk mengetahui kabar terkini beradaan Wendi.

Kuranji – Julnadi Inderapura

Siang itu, keluarga dekat Wendi duduk lesehan di atas tikar seraya menonton Televisi untuk mendengarkan informasi terkini terhadap penyenderaan kapal Brahma 12 pada Sabtu, 26 Maret 2016 lalu, oleh kelompok Milisi Abu Sayyaf Filipina dan menyandra 10 orang ABK kapal serta Kapten Kapal.

Hingga kini, kabar terakhir keberadaan Wendi belum diketahui pihak keluarga. Sebab, hubungan kontak dengan Wendi terputus sehingga pihak keluarga tidak dapat menhubungi Wendi salah satu korban Penyanderaahn oleh milisi Abu Sayyaf Filipina. H -1 tenggat wakti yang diberikan oleh kelompok Abu Sayyaf untuk menebus AKB dengan uang tebusan mencapai Rp15 milliar.

Sementara, kondisi fisik Asmizal, 54, merupakan mama Wendi terus menurun karena sok mendengar kabar penyanderaan Wendi oleh kelompok milisi Abu Sayyaf tersebut. Kondisi visik mama Wendi ini lemah karena banyak memikirkan keberadaan Wendi. Apakah Wendi diberi makan atau tidak saat penyekapan tersebut. Apakah Wendi masih sehat atau tidak.

Air muka perempuan baya berkulit sawo matang itu beruhan dan raut wajahnya pun tampah tidak ceria. Karena masih menunggu kabar keberasaan anak pertamanya itu. Air matanya berlinang saat jika ditanya kabar terkini tentang Wendi. Kantong mata perempuan baya itu makin membesar karena sering menangis memikirkan nasib anaknya. Ia berharap Wendi yang merupakan anak bujang pertamanya itu dapat pulang dengan selamat. Meskipun pihak perusahaan dan pemerintah berupaya bernegosiasi dengan milisi Abu Sayyaf dan melakukan penyelamatan terhadap Wendi serta ABK lainnya. Hal itu, masih belum bisa menjadi penawar bagi Asmizal.

Perempuan baya itu tidak banyak bicara soal penyanderaan terhadap anak pertamanya itu. Namun yang benyak bicara adalah suaminya, sebab komuni terkahir sangsuami dengan pihak perusahan pada Minggu, 27 Maret 2016 siang lalu.

Aidil tampak sedikit lega dihadapan siapa saja yang bertanya kepadanya tentang keberadaan Wendi. Tapi perasaan sebernarna Aidil, 55, orang tua laki-laki Wendi mengatakan bahwa hingga kini masih menunggu kabar keberadaan titik terang keberadaan Windi. Ia berharap pemerintah dapat menjemput Windi dengan selamat. Sebab, batas waktu yang diberikan pihak milisi Abu Sayyaf adalah Jumat, 8 April 2016.

Disebutkan Aidil bahwa Wendi Rahka Dian, 29, anak pertamanya itu suka memakan mie instan. Hal itu dibenarkan oleh sang istri Asmizal dan menyatakan bahwa Wendi suka makan mie istan yang dicampur dengan nasi. Wendi dikenal dengan anak yang baik dan tidak banyak tingkah. Wendi juga seorang yang perokok. Selain itu, Wendi dikenal orang yang tidak suka olah raga seperti anak muda lainnya. Ia justri lebih suka bermain musik dengan memanfaatkan gitar akustik yang ada di rumah. Diakui bahwa Wendi tidak begitu mahir dalam memainkan musik seperti musisik profesional lainnya. Namun Wendi memaikan musik ketika ada waktu luang diri di rumah untuk bergitar untuk menghilangkan kesuntukan.

Menurut pengakuan Aidil orang tua laki-laki Wendi mengatakan bahwa Wendi berencana akan menikah pada tahun 2017 mendatang. Namun, Wendi masih merahasiakan calon gadis yang akan diperistrikannya itu pada orang tuanya. Sehingga orang tua Wendi sendiri tidak mengetahui asal kota gadis yang akan diperistrikannya itu.

Aidil menyebutkan bahwa dirinya sendiri mendukung pilihan yang diambil oleh Wendi mengenai calon istri yang akan di persunting Wendi. "Wendi anak yang tangguh dan tidak mengeluh, kemudian Wendi juga tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat dan membahayakan. Hanya saja, sewaktu masih kecil Wendi pernah demam biasa," katanya.

Sembari duduk berdampingan dengan sang istri Aidil mengaku bahwa ia berkomunikasi terakhir kali dengan Wendi pada hari Rabu, 23 Maret 2016 lalu. Wendi merupakan anak pertamanya itu menelpon dirinya usai shalat maghrib. Saat menelpon memberikan kabar tentang dirinya bahwa ia dalam ke adaan sehat. Usai berbicara dengan dirinya Ia juga berkomunikasi bersama adik-adiknya. Ia juga megatakan bahwa dirinya telah berangkat menuju Philipina dan telah melalukan perjalanan selama 4 hari. Ia menelpon saat itu sedang berada di atas kapal dan sedang berlayar di tengah laut.

“pa, lai sehat-sehat se papa. Alhamdullah sehat.  Windi baa? Lai pa sehat. Awak lah barangkek pa. Alah empat hari di laut. Wak lah tibo di Malaysia di perbatasan Malaysia. Ma adiak-adiak pa,” katannya kembali meniru bahasa khas anaknya pertamanya itu.

“Ia juga sempat berbicara dengan adik-adiknya dan juga mamanya sendiri,” sambungnya.

Dia menlanjutkan bahwa sebelum menutup telpon Windi anaknya, ia berpesan agar hati-hati serta mendoakan Wendi agar selamat sampai tujuan dan di berikan sehatan. Setelah itu, ia tidak lagi mendapat kabar tentang anaknya.

Kemudian, pada hari Minggu, 27 Maret 2016 siang, katanya, ia mendapat telpon dari nomor yang tidak dikenal. Saat itu penelpon mengaku dari pihak perusahaan tempat Wendi Rahma Dian bekerja. Namun, penelpon tidak menyebutkan namanya dan nama perusahaan tempat anaknya bekerja.

Dia mengaku ketika itu, penelpon menanyakan bahwa apakah bapak merupakan orang tua Wendri Rahma Dian. Kemudian pihak perudahaan memastikan bapak  tinggal bapak di RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat. Dirinya menjawab benar, kembali ia bertanya ke pada penelpon, ini siapa dan dari mana. Pihak penerpon hanya mengatakan bahwa diri adalah dari perusahaan kapal anaknya bekerja. Namun, pihak perusahaan tidak menyebutkan nama perusahaan tempat anaknya bekerja, termasuk tidak menyebutkan namanya saat menelpon.

Mendapat kabar tersebut dirinya merasa cemas dan langsung menanyakan kembali kabar anaknya Weindi. Namun penelpon hanya mengatakan bahwa anaknya dalam ke adaan sehat dan dikatakannya bahwa kapal yang dinaiki oleh Wendi saat ini sedang ada masalah tenis. Selanjutnya, penelpon menyerankan dirinya untuk tidak memberitahukan informasi ini kepada “petugas”. Dikatakan oleh penelpon bahwa perusahaan sedang berusaha menyelesaikan persoalan yang dialami oleh 12 orang awak kapal tersebut.

Kemudian, pada Senin, 28 Maret 2016 siang pihak perusahan kembali menelpon menghubungi dirinya tanpa nama dan nomornya tanpa nama. Penelpon kembali menyebutkan bahwa anaknya selamat dan atas penyenderaan kapal yang dilakukan oleh perompak. “anak bapak selamat, sebab kapten kapal telah menelpon pihak perusahaan, mungkin ia menimta tebusan. Pihak perusahaan dan pemerintah sedang berusaha dalam pengurusan dengan pihak terkait serta untuk keselamatan anak bapak,” katanya kembali meniru ungkapan penelpon sembari bersandar di dinding rumahnya.

Dia menyebutkan bahwa dirinya pada Selasa, 29 Maret 2016 siang berusaha menelpon pihak perusahaan yang menelponnya itu, namun tidak ada jawaban. Ia berfikiran positif saja, mungkin pihak perusahaan sedang sibuk sehingga tidak sempat menjawab telponnya. Sebab, nomor yang ditelpon tersebut masuk dan aktif. “saya telah mencoba hubungi nomor tersebut, namun tidak di jawab,” kata pria yang memakai baju kantor itu.

Dia mengaku bahwa dirinya sedikit lega karena Wendi tidak sendiri yang disandera dan bersama 12 orang awak kapal termasuk kapten kapal. “anak saya tidak sendiri. Saya takut kalau ia sendirian jika di tawan. Kemudian, menteri dalam negeri dalam hal ini telah mengetahui dan telah mendapatkan informasi tentang kejadian penyanderaan terhadapat kapal  tersebut,” aku pria yang bekerja sebagai staf Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh yang mendadak di jemput oleh anaknya karena dirumahnya telah banyak wartawan. Usai mendapat izin dari Lurah Ia pulang kerumah bersama anaknya.

Transportasi Darat Terancam Gulung Tikar

Maraknya mengguna saja transportasi massa dan perkembangan teknologi, para pengguna transprotasi massa darat terancam gulung tikar akibat pertumbuhan jasa transportasi udara. Sehingga transportasi darat kalah saing akibat ongkos transportasi udara relatif murah dan ongkosnya cenderung sama dengan transportasi darat.


Kamis, 31 Maret 2016 siang pool PT NPM jalan S Parman Kota Padang Sumatera Barat yang merupakan pul bus tampak sepi dari pengunjung. Sementara bus NPM hanya satu unit saja yang terlihat parkir di pul. Siang itu, Penulis berkunjung ke kantor menemui agen pol NPM. Semula Penulis menemui seorang petugas duduk di meja kasir. Namun, petugas tersebut mengatakan dirinya baru dan tidak bersedia di wancara. Ia justru menyarankan Penulis menemui seorang pria berbadan kekar.

AN, 42, agen PT NPM jalan S Parman menyebutkan bahwa dirinya telah bekerja sejak 22 tahun lalu. Awalnya bekerja agen di terminal Pasarraya yang saat ini dijadikan Mall Plaza Andalas. Semenjak terminal tidak lagi ada, penurunan minat penumpang bus NPM pun telah mulai dirasakan. Hal itu merupakan dampak yang dimunculkan akibat tidak adanya terminal di Kota Padang.

Ia menyebutkan pada dasarnya dimasa kejayaan bus PT NPM di era tahun 1990-an. Dalam sehari bus beroperasi tujuan Padang-Jakarta sebanyak 10 unit bus. Jika dibandingkan hari ini, bus hanya bisa jalan satu unit bus tujuan Padang-Jakarta.

Namun, pada tahun 2001 semenjak terminal tidak ada dampak yang dirasakan oleh PT NPM mulai terasa di tandai dengan berkurangnya peminat konsumen terhadap transportasi darat. Sementara itu, penumpang telah merduyun beralih pada transportasi udara.

Kemerosotan jumlah penumpang terus dirasakan, sehingga pada tahun 2004 armada bus telah mulai tidak lagi berjalan karena tidak adanya penumpang. Bus banyak yang markir dan menjadi barang songsokan di pul karena tidak adanya penumpang.

Sementara itu, sambung dia, pemerintah dalam hal ini tidak mempertimbangkan nasib transportasi darat. Sebab, sejak tahun 2004 hingga saat ini telah banyak pul bus yang mati di kota Padang. Hal itu tidak terlepas pada kurangnya minat penumpang yang menaiki transportasi darat. 

Calon penumpang bayak yang berpindah pada transportasi udara dengan harga tiket yang lebih murah. Disamping tiketnya yang lebih murah, kemudian melalui transportasi udara juga tidak memakan waktu lama dan cepat sampai ke tujuan. Namun, hal ini sejatinya pemerintah seharusnya mempertimbangkan nasih bus yang merupakan akutan massal darat.

Selain itu, pada saat lebaran ketika bus melakukan kenaikan harga tarif angkutan pemerintah selalu menekan harga tarif angkutan. Pada hal kenaikan tarif angkutan hanya berkisar 5 sampai 10 parsen dari harga biasanya. Namun, pada angkutan transportasi udara, kenaikan harga mencapai 90 persen dari harga biasa seolah-olah pemerintah diam.

Sejatinya pemerintah harus mengatur secara adil dan berimbang. Setiap transportasi angkutan masal laut, udara dan daratan semestinya harus berimbang. Masing-masing kebijakan yang dibuat harus dijalankan secara teratur dan maksimal. Sehingga pemerintah terkesan hanya menekan transportasi darat saja.

"Tiba-tiba harga tiket di jual Rp300 ribu, kemudian pada hari tertentu seperti lebaran harga tiket mencapai Rp2 juta. Pemerintah dalam hal ini terkesan berpangku tangan tidak merespon," katanya.

Sementara itu, rute yang dilewati bus NPM lintas provinsi dan pulau. Ia menjelaskan harga jual tiket tujuan Padang-Bandung di jual Rp325.000. Kemudian, harga jual tiket Padang-Bogor Rp325.000. Padang-Depok harga tiket jual Rp325.000. Padang-Jakarta harga jual tiket Rp300.000. Padang-Lampung harga tiket di jual Rp225.000. Padang-Batu Raja harga tiket di jual Rp225.000. Padang-Muara Enim harga tiket di jual Rp230.000. Padang-Lahat di jual seharga Rp230.000.

Padang-Medan harga jual tiket sebesar Rp230.000. Padang-Kiram harga jual tiket di jual Rp210.000. Padang-Kota Pinang harga jual tiket Rp200.000. Padang-Bagan Batu harga jual tiket Rp180.000. Padang-Jambi harga tiket di jual Rp155.000 dan Padang-Muaro Bungo 125.000.

Saat ini bus hanya beroperasi satu unit armada dalam satu hari. Artinya penurunan peminat transportasi angkutan darat bus NPM mencapai 90 persen penuruanan.

Terpisah, Sabtu, 2 April 2016 pagi itu terlihat satu unit bus bertulisan ANS Executive Class parkir di halaman kantor Jalan Khatib Sulaiman Padang Sumatera Barat. Pagi itu pula penulis menjambangi kantor ANS dan bertemu dengan karyawan PO ANS bernama Annas Las, 60. Ia telah bekerja 36 tahun yang lalu di PO ANS.

Ia menyebutkan masa kejayaan ANS dirasakannya pada tahun 1990-an. Ketika itu calon penumpang memadati semua ruang tunggu di kantor dan juga menyediakan bar untuk memanjakan calon penumpang sebelum bus merangkat. Dalam sehari olak-alik ANS berangkat dari Jakarta-Padang dan Padang-Jakarta sebanyak 28 unit sehari.

Sementara itu, lanjutnya, saat ini sebanyak 50 unit kendaraan udah di belah-belah dan menjadi besi tua. Sementara itu, dari keseluruh jumlah kendaraan ada sebanyak 300 unit. Namun saat ini kendaraan tersebut tinggal 30 unit yang beroperasi. Kemudian, jadwal keberangkatan Padang-Jakarta pukul 09.00 pagi. Sehari berangkat satu unit bus dan terkadang ada yang tidak berangkat, seperti Sabtu dan Minggu. Artinya dalam seminggu bus di berangkatkan 5 unit.

Saat ini, kata dia, dalam sehari bus membawa penumpang Padang-Jakarta sebanyak 19 orang. Sementara kapasitas penumpang sebanyak 36 orang penumpang. Kemudian, rute Padang-Pekanbaru tidak lagi ada penumpang.

Selanjutnya, penumpang rute bus perjalan bus ANS, Padang-Medan, Padang-Jakarta, Padang-Denpasar, Padang-Surabaya, Padang-Malang dan Pelambang, Jambi. Namun, saat ini rute Padang-Medan tidak lagi jalan karena tidak adanya penumpang.

Hal itu, disebabkan karena banyaknya transportasi angkutan komersil seperti travel telah menjamur di kota Padang. Selain itu, nimumnya penumpang juga diakibatkan murahnya harga tiket angkutan uadara. "Harga tiket kita tujuan Padang-Jakarta seharga Rp395 ribu. Sedangkan harga tiket transportasi udara seharga Rp400 ribu,” katanya.

Kemudian dari segi hemat biaya dan waktu jauh lebih hemat adalah menaiki transportasi udara. Sebab, disamping harganya murah dan perjalanan tempuh tidak memakan waktu lama. Sedangkan untuk menaiki transportasi darat memakan waktu selama dua hari tujuan Padang-Jakarta. Selum lagi makan di jalan dan capeknya duduk di dalam mobil dengan waktu lama. Maka, dalam hal ini transportasi darat banyak memakan waktu dan sementara trasportasi udara lebih singkat.

Maka, pemerintah seharusnya juga mempertimbangkan nasib jasa transportasi darat. Karena murahnya harga transportasi udara menyebabkan udasa transportasi darat yang gulung tikar.

Selanjutnya, jelas dia, perubahan penurunan peminat pengguna jasa transportasi darat telah terasi sejak tahun 2000-an. Akibatnya, kendaraan bus ANS banyak markir di gudang. Selain itu, terjadi pengurangan karyawan ANS yang sebelumnya 15 orang karyawan kantor, belum termasuk sopir dan knek.

"Untuk satu unit bus ada dua orang supor, dengan ketentuan sopir malam satu orang dan sopir siang satu orang serta knek. Jadi dalam satu unit bus diawasi tiga orang karyawan," pria yang berbaju kaos berkerah itu menyakinkan penulis.

Bisa dibayangkan, pada masa kejayaannya itu, 300 unit bus dengan diawasi 3 orang karyawan sehingga berjulmah 900 orang karyawan. "Saat ini karyawan berjumlah 9 orang, berapa orang karyawan yang tidak lagi mendapatkan pekerjaan," katanya.

Sementara dalam satu trib tujuan Padang-Jakarta biaya operasionalnya sebanyak Rp6 juta. Sedangkan upah sopir dalam satu trib tersebut sebanyak Rp125 ribu dan upah knek Rp30 ribu. Para sopir dan knek tersebut mengharapkan uang samping (pitih salek). Kemudian, lonjakan penumpang terjadi pada saat lebaran dan libur panjang. "Hanya tiga unit bus yang sehari Jakarta-Padang. Ramainya penumpang tersebut hanya seberapa hari saja. Kemudian, menunggu momen libur panjang berikutnya," akunya.

Tuesday, April 5, 2016

Terinspirsi Dari Suara Pengambilan Nira Grup Musik 'Tangka Ansamble Padangpanjang' Berjudul 'Dilema Dalam Ikatan' mentas di Festival Nan Jombang Tanggal 3

Tribun gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari Nan Jombang, Rimbo Tarok Balaibaru, Kecamatan Kuranji di padati penonton yang menyiapkan diri untuk menonton pertunjukan pada Minggu 3 April 2016 malam. Sebelum pertunjukan musik di mulai, penonton disuguhkan sebuah tari tradisi, Tari Tampuruang (Batok Kelapa) dari Sanggar Tari Nanjombang, Balai Baru Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera Barat


Tangka Ansamble : Terinspirasi dari Musik Mengambil Nira
Tiga penari cilik itu menunjukan kebolehannya tampil didepan puluhan penonton terdiri dari pencinta seni, pengamat musik, pemerhati budaya serta sastrawan. Ada pula penonton pemula yang terdiri dari kalangan mahasiswa serta penggiat seni lainnya. Berbagai ekspresi muncul dari wajah penonton yang menyaksikan pertunjukan tersebut tari tersebut. Tiga orang penari cilik tersebut, Raysha putri delvian,9, Jingga, Almeera, 4, dan Hania Tri Yonata, 9. Mereka menari sangat energik serta gerakan yang terpola dengan rampak rapi.

Saat pertunjukan berlangsung, penonton senyum sumbringah saat melihat gerakan para penari. Ada yang berbisik-bisik membicarakan telatennya para penari cilik tersebut. Tampak dari raut wajahnya cerah serta senyum yang iklas. Ada pula yang mengabadikan foto tari cilik itu menggunakan gadged mereka masing-masing. Ada juga yang menumpang dagu seraya terkagum dengan mata melotot serta ikiran yang melayang-lanyang saat menyaksikan pertunjukan tari tersebut.

Usai pertunjukan tari berlangsung, disambung dengan pertunjukan musik group 'Tangka Ansamble Padangpanjang' berjudul 'Dilema Dalam Ikatan' komposer Rian Saputra. Pertunjukan berdurasi 30 menit itu sarat penyorot perhatian penikmatnya. Penikmat musik yang menonton pertunjukan terlibat langsung mengikuti tingkah serta tempo musik tersebut. Secara sadar penonton menikmati musik tersebut melalui gerakan-gerakan kecil tubuhnya. Selain itu, gerakan kecil pun lahir dari jemari penonton serta hentakan kakinya mengikuti tempo musik saat pertunjukan berlangsung.

Sementara itu, para pemain tampak asyik bermain memainkan alat musik tiup, petik dan perkusi. Para penain yang memakai baju tradisi (dubalang) berwana hitam itu seperti mabuk kepayang saat bermain. Musik tersebut seakan mengilustrasikan, serta kaya makna.

Komposer Rian Saputra, menyebutkan bahwa komposisi musik tersebut di latar belakangi oleh kearifan lokal pengambil Niro ( Nira atau Anau ) untuk membuat gula merah dan Tuak. Pada saat mengambil Niro tersebut ada nyanyian serta musik yang terlahir. Sebab, ketika pengambilan Niro tersebut ada pukulan-pukula pada gagang buah Anau tersebut.

Kemudian, ia mencoba menggarap pukulan dahan pada proses pengambilan anau dikembangkan menjadi komposisi musik. Sebab, pukulan-pukulan tersebut menurutnya memiliki pola yang berubah-ubah. Pola pukulan tersebut jika diiringi dengan tempo yang konstan akan membentuk sebuah pola ritem yang unik, dimana ketukan-ketukan atas ( syncopation/up beat ) akan menjadi ketukan berat ( down beat ).

Selanjutnya, kata dia, pola-pola yang terbentuk dari pukulan dahan batang anau tersebut yang menjadi titik fokus komposer dalam pengembangan materi-materi garapan dalam komposisi ini. Sebab, pola-pola pukulan pada saat mengambil Niro tersebut diistilahkan sebagai 'Taconcong'. Sehingga 'tacongcong' pun hadir sebagai salah satu landasan komposer dalam menggarap komposisi ini.

Ia menjelaskan pada bagian pertama komposisi musik 'Dilema Dalam Ikatan' sebagai seorang komposer, ia menghadirkan pola-pola ritem yang rapat dan mencoba untuk meng-interpretasikan istilah 'taconcong' kedalam bentuk musik. Ia mengaku teknik garapan yang dipakai dalam garapan musik tersebut dengan teknik call and respond, unisono, hacketing, canon, dan interlocking.

Kemudian pada bagian kedua, ia mencoba melakukan eksplosari instrument menjadi pilihan tersendiri bagi komposer untuk memainkan dinamika komposisi secara keseluruhan, namun tetap mempertahankan bentuk 'taconcong' tersebut. Selanjutnya pada bagian ketiga merupakan bagian recapitulation, penggabungan bagian pertama dan kedua teknik tersebut.

Ia menafsirkan penyampaian pesan pada saat pengambil Niro. Komposisi musik yang dipentaskan tersebut, ia menamakannya komposisi musik 'Semi Kontempor ( re-interprestasi ) tradisi mengembangkan penafsiran terhadap bunyi ketukan pengambil niro tersebut.

Tafsiran tersebut ia transpormasikan dengan mencoba mengambil beberapa istrumen alat musik seperti Saluang, (Rian Saputra) M. Mufti ( saluang ), Budi Alexander ( suling ), Tommy Wahyudi ( suling ), Vereki Martiano ( mandolin ), Cikal Pradika ( gitar ), Ryo Rinaldo P. ( guzheng ), Adiba Azkan ( kecapi sunda ), Haniful Chair ( pionika ), Uya Alhafis ( udu ), Erizal ( gong ). Maka, perpaduan dari beberapa alat musik tersebut terjadinya taconcong. Sehingga judul musik tersebut diberinama 'Dilema Dalam Ikatan' untuk menentukan ritme ketukan-ketukan atas ( syncopation/up beat ) akan menjadi ketukan berat (down beat).

Proses kreatif untuk persiapan musik tersebut berlangsung sejak bulan 5 bulan lalu, jelas pemuda ramah yang akrab dipanggil inyiak merupakan jebolan SMK 7 Padang. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Karawitan Institut Seni Indonesia Padangpanjang pada tahun 2011 hingga sekarang. Selama kuliah di ISI ia dann beberapa orang kawan kemudian, membentuk kelompok 'Tangka Ansamble Padangpanjang'. Kelompok kreatif ini terbentuk sejak dua tahun lalu.

Rian mengakui musik yang barusan ditampilkan merupakan karya tugas akhir untuk penyelasikan studi di ISI Padangpanjang. "ditahun 2016 ini  sedang giat menyelesaikan tugas akhirnya dengan kompetensi minat komposisi atau pengkaryaan," aku pria kelahiran Batusankar 10 april 1992 ini.

Ia juga pernah mengikuti beberapa kegiatan diantaranya art sammit pada tahun 2013 lalu. Ia juga aktif dalam berkarya selama di kampus Institut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang untuk memenuhi tuntutan perkuliahan yang ada, diantaranya jenjang mata kuliah komposisi 1 sampai 4. Selain itu, ia juga pernah dinobatkan sebagai penyaji terbaik dalam festival musik karawitan pada tahun 2010.

Ia menyadari bahwa komposisi musik tersebut masih ada yang kurang sebab masih ada yang terganjal dalam fikirannya. "Musik yang dipentaskan ini akan dikembangkan lagi aransemen musiknya. Kemudian akan terus dilakukan pendalaman terhadap musik. komposisi yang terdiri dari tiga bagian  ini ter-inspirasi dari proses pengambilan atau menyodok anau. Kedepan akan menambah aransemen musik Batuang ( bambu ) yang dikenal dengan 'tarangkiak' yang berfungsi untuk penampung dan membawa air niro. Karya penafsiran dan seni tradisi serta tidak menghilangkan bumbu-bumbu tradisi," katanya.

Sementara itu, Muhammad Husni, penikmat seni mengatakan bahwa sebagai pemain pemula, komposisi musik yang ditampilkan nikmat sebagai gabungan dari berbagai alat musik. Meskipun nikmat di dengar, menurutnya seorang komposer perlu memperkaya dengan alat musik gesek seperti viol. Sebab dalam penggarapan musik yang disuguhkan masih ada yang kurang. Menurutnya, pada penggarapan musik tersebut masih ada ruang kosong. Maka, untuk mengisi ruang kosong tersebut, akan menjadi lebih sempurna apabila ruang kosong itu di isi dengan alat musik gesek (viol).

Ia menyebutkan, komposer Rian sebagai seorang yang menggarap musik berakar dari tradisi, meskipun Rian mengangkat Saluang menjadi latar belakang, namun menurutnya saluang yang dimainkan dalam komposisi musik tersebut belum utuh. Jika Saluang dijadikan sebagai musik latar dan dimainkan secara utuh maka akan lebih 'kental rasanya' musik tradisi itu. Maka kekayaan nuansa musik yang ditampilkan akan lebih terasa apa bila salung dimainkan lebih 'serius' lagi.

Komposisi musik yang dihadirkan pada pertunjukan, serta pengayaan terhadap nada menurutnya komposer belum mengeluarkan kemampuannya. Pengayaan terhadap bunyi tersebut menurutnya belum tertuang dalam musik yang ditampilkan oleh komposer. Basis musik (bunyi) saluang tidak hanya sebagai bunyi efek flut semata yang muncul. Tetapi, menurutnya, komposer ini memiliki potensi untuk berkembang dan menyembangkan ide kreatifnya dalam menggarap musik. "Saya melihat anak muda berbakat dan Ia memiliki potensi untuk itu ( berkembang ) musisi profesional," katanya.

Sementara itu, S Metron Masdison, Koordinator Nan Jombang Tanggal 3 menyebutkan bahwa tahun ke-3 Festival nan Jombang Tanggal 3 merupakan tahun special, karena tahun ini nan Jombang telah berusia 33 tahun. Sehingga, ada sedikit pergeseran acara yang dilakukan terutama pada kegiatan festival nan Jombang tangga 3. Karena selama 3 tahun melaksanakan festival nan jombang tanggal 3, serius mengisi dengan muatan seni tradisi. Seluruh penampil merupakan seminan tradisi dan memaikan musik tradisi. Namun tahun ini, juga akan di isi dengan seni kontemporer tetapi akarnya setap pada seni tradisi. Jadi, tahun ini konsep nan Jombang serta konsep komunitas gelombang Minangkabau juga menginginkan penampil tetap berakar pada tradisi.

Proses Kreatif Darman Moenir 'Tuhan Ciptakan Kapas: Manusia Ciptakan Kain

Darman Moenir pada diskusi akhir bulan seniman bicara pada Kamis 31 Maret 2016 pukul 20.00 malam gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari nanJombang, Rimbo Tarok Balai Baru Kecamatan Kuranji, mengurai Proses Kreatif : Menulis Sesuatu, Mengkonkretkan yang Abstrak. 


Darman Moenir
Ia menggambarkan dalam pemaparannya tentang proses kreatif menulis sesuatu, mengkonkritkan yang abstrak. Kemudian, menjabaran sesuatu yang aksrak itu menjadi sesuatu "seolah-olah menjadi ada dan sebenarnya terjadi. Ia justru menganalogikan 'Tuhan Ciptakan Kapas: Manusia Ciptakan Kain'. Sesuatu yang telah ada dan diciptkan tuhan, maka seorang perupa, kereator seni, sastrawan, musisi untuk mengelaborasikan menjadi sebuah karya.

Untuk mencapai hal itu, ungkapnya, maka seorang kreator, musisi, penggiat teater, perupa dan sastrawan yang memulai proses kreatifnya harus mendahului dengan niat. Berniat untuk memulai sebuah proses kreatif (menulis), kemudian untuk apa proses kreatif itu, tujuan serta manfaat dari proses kreatif. Tanpa adanya niat, maka proses kreatif itu tidak akan terlaksana.

Sesuatu yang diciptakan tuhan sedemikian rupa banyaknya, namun banyak yang belum tergarap oleh seniman, kreator, perupa, musisi dan sastrawan. Bagaimana seorang kreator, seniman, perupa, musisi dan sastrawan untuk menggarapnya menjadi sebuah karya bergatung pada sudut pandang serta proporsinya masing-masing. Jika ia seorang sastrawan, bagaimana seorang penulis memulai proses kreatifnya untuk menulis dari sudut pandangnya melihat sesuatu (benda) yang diciptakan tuhan.

Ia menilai bahwa saat ini banyak keindahan alam Minangkabau yang dimiliki dan sebuah karunia tuhan, namun semuanya belum tergarap dalam sebuah proses kreatif (digarap) atau ditulis seniman dan sastrawan. Misalnya ke indahan Danau Maninjau, atau kelok 44 dan dibawahnya membentang danau maninjau. Keindahan itu telah diciptakan tuhan, namun tidak banyak yang mampu menulis keindahan itu sesungguhnya menlalui proses kreatif itu sendiri melalui sebuah karya sastra, musik, tari, perupa dan teater.

Menurutnya, seorang Leonardo Da Vinci misalnya, ia melukis Monalisa dengan bentuk paras wajah yang cantik sembari tersenyum. Pelukis ini mampu melukis seorang wanita yang tersenyum dan kecantikan Monalisa yang abadi sepanjang masa. Hal itu, telah digambarkan oleh penulis bahwa manis dan senyum seperti yang telah digambarkan dalam lukisannya. Leonardo Da Vinci berhasil menggabarkan perempuan cantik sesungguhnya, hingga saat ini masih dikenal banyak orang. 

Kemudian, lanjutnya, novel Siti Nubaya dikarang oleh Marah Rusli merupakan sebuah karya fiksi yang membicarakan kehidupan seorang perempuan Minang seolah menjadi kehidupan nyata oleh masyarakat pembacanya. Bahkan, sosok Siti Nurbaya yang di kubur di gunung Padang pun semua pembacanya juga meyakini bahwa Siti Nurbaya meninggal dan di kubur di gunung Padang. Seorang penulis mampu menggabarkan sosok tokoh dan seperti apa sosok Siti Nurbaya, seolah menjadi cerita sebernarnya terjadi. Maka, kejaran seorang penulis atau sastrawan untuk menulisnya menjadi sebuah harus memahami semua pokok persoalan, sehingga cerita itu menjadi hidup dan nyata adanya.

AA Navis dalam proses kreatifnya menulis cerpen 'Robahnya Surau Kami' menurutnya merupakah cerpenis islami dan termasyhur di Indonesia. Sesuai dengan pembacaanya terhadap karya sastra, hingga saat ini belum ada yang mempu menulis karya sastra islami seperti AA Navis. Menurutnya, proses kreatif yang didalami AA Navis tidak jauh berbeda dengan proses kratif penulis lainnya seperti Wisran Hadi, Abdul Muis, dan termasuk penulis lainnya.

Selanjutnya, proses kratif itu juga menuntuk seorang seniman (musisi, pelukis, penari, penggiat teater) untuk memicu semangat membaca. Seorang seniman harus banyak membaca buku-buku sastra sebagai bahan acuan. Tanpa membaca, seorang seniman tidak akan mampu menulis kalimat-kalimat yang diinginkan untuk sesuah karya sastra. Selain itu, seorang seniman juga dituntut mempertimbangkan memperhatikan masalah bahasa. Baik itu, berupa titik, koma dan sebagai tanda berhenti dalam artikata harus mengerti tata baca EYD-nya harus jelas.

Muhammad Husni, dosen UNP dan penikmat seni mengatakan bahwa seniman (musisi, pelukis, penari, penggiat teater) mereka merupakan akar, bagainama untuk melahirkan seorang yang lebih kreatif. Sebuah adememisi tidak akan mempu melahirkan seorang lulusannya yang lebih kreatif. Menurutnya, untuk membangkitkan atau melahirkan seorang yang kreatif, dimulai dari keluarga.

Saat ini, jelas dia, seorang anak tidak diberikan ruang yang bebasa untuk berkreatifitas. Selalu ada ruang lain yang menjadi pembatas bagi anak, sehingga anak takut berbuat yang lebih kreatif. Pendirikan dalam lingkup rumah tangga atau keluarga bagi anak, justru yang terjadi pada anak hanya pelarangan-pelarangan terhadap anak. Padahal untuk perkembangan proses kreatif anak adalah memberikan ruanga yang bebas kepada anak dalam keluarga.

Sementara itu, dunia pendidikan (sekolah) juga tidak memberikan ruang berbeda terhadap anak yang kreatif. Sebab, menurutnya dikatakan 'kreatif' adalah tampil beda. Jika ada anak yang berbeda dengan anak yang lain, sekolah justru melarang dan banyak tidak memperbolahkan sikap anak yang tampil beda. Maka, untuk menciptakan anak yang kreatif dimulai dari keluarga dan ruang pendidikan yang lebih bebas. Keluarga melatih ruang gerak terhadap anak untuk kebih peka, agar menjadi kreatif.

Rizal Tanjung penggiat Teater mengatakan bahwa keativitas merupakan prosesi dan bukan persolan pendidikan. Seorang yang kreatif dan melihat aspek kebudayaan dalam sebuah proses kreatif bagi seniman. Ia menyebutkan seorang yang kreatif itu mampu mengadopsi sebuah benda dengan kreatif serta pikiran yang cerdas, maka akan menghasilkan kreativitas yang cerdas pula. Baginya, sebuah kreativitas itu harus terukur dan tidak semerta-merta menghilangkan nailai atau norma yang ada. Kemudian, kreatif (menulis) juga merupakan sebuah kebebasan berbicaya dengan cara cerdas. Inilah yang dikatakan kreatif dan berpikir cerdas.

Musral Dahrizal alias Mak Katik Budayawan ini bersepakat, untuk memulai seseorang agar lebih kratif dimulai dari pendidikan keluarga. Bagaimana pendidik anak dalam keluarga agar anak lebih kreatif.

Ia menilai bahwa proses kreatif yang disampaikan oleh Darman Moenir menurutnya merupakan pendekatan tasauf. Sebab, dari yang tidak ada menjadi ada, berdasarkan ungkapan Tuhan Ciptakan Kapas : Manusia Ciptakan Kain. Ia menyebutkan bahwa proses kreatif Darman Moenir tersebut jelas dasar pikirannya. Hijrah dari pikiran yang tidak ada menjadi ada, menurutnya inilah yang dikatakan proses kreatif.

Irvan Dosen Sastra berpandangan bahwa proses kreatif itu sendiri harus memiliki kebebasan. Selanjutnya dalam proses kreatif perlu meningkatkan kesadaran dan kebebasan serta cara perpikir cerdas. Keceradasan itu harus didukung dengan banyak membaca buku agar. Ada banyak teori tentang jenis keceradasan secara sikolog. Iklim serta potensi anak harus dikembangkan untuk meningkatkan kreativitasnya. Kreativitas AA Navis sendiri muncul ketika banyak ruang diskusi sehingga yang terjadi di Bukittinggi. Selanjutnya, kecenderungan kreativitas berdiskusi itulah AA Navis tumbuh.

Selanjutnya, saat ini tidak adanya ruang gerak kritikus dengan gerak yang lebih terarah. Maka, perlu adanya ruang diskusi dan iven-iven seperti yang dilakukan oleh Nan Jombang. Ada ruang diskusi dengan program diskusi akhir bulan seniman bicara. Respon terhadap iven tersebut dan soal ruang kerjasama dalam hal kreativitas. Seniman saat ini banyak yang merasa tidak merasa hebat apabila ada kerja sama. Seniman (sastrawan) merasa puas dan merasa hebat sendiri, tanpa adanya kerjasa dalam bentuk ruang diskusi memecahkan persolan.