Tribun gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari Nan Jombang, Rimbo
Tarok Balaibaru, Kecamatan Kuranji di padati penonton yang menyiapkan diri
untuk menonton pertunjukan pada Minggu 3 April 2016 malam. Sebelum pertunjukan
musik di mulai, penonton disuguhkan sebuah tari tradisi, Tari Tampuruang (Batok Kelapa) dari Sanggar
Tari Nanjombang, Balai Baru Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera Barat
Laporan : Julnadi Inderapura
Tangka Ansamble : Terinspirasi dari Musik Mengambil Nira |
Saat pertunjukan berlangsung, penonton senyum sumbringah saat melihat
gerakan para penari. Ada yang berbisik-bisik membicarakan telatennya para
penari cilik tersebut. Tampak dari raut wajahnya cerah serta senyum yang iklas.
Ada pula yang mengabadikan foto tari cilik itu menggunakan gadged mereka
masing-masing. Ada juga yang menumpang dagu seraya terkagum dengan mata melotot
serta ikiran yang melayang-lanyang saat menyaksikan pertunjukan tari tersebut.
Usai pertunjukan tari berlangsung, disambung dengan pertunjukan musik
group 'Tangka Ansamble Padangpanjang' berjudul 'Dilema Dalam Ikatan' komposer
Rian Saputra. Pertunjukan berdurasi 30 menit itu sarat penyorot perhatian
penikmatnya. Penikmat musik yang menonton pertunjukan terlibat langsung
mengikuti tingkah serta tempo musik tersebut. Secara sadar penonton menikmati
musik tersebut melalui gerakan-gerakan kecil tubuhnya. Selain itu, gerakan
kecil pun lahir dari jemari penonton serta hentakan kakinya mengikuti tempo
musik saat pertunjukan berlangsung.
Sementara itu, para pemain tampak asyik bermain memainkan alat musik
tiup, petik dan perkusi. Para penain yang memakai baju tradisi (dubalang)
berwana hitam itu seperti mabuk kepayang saat bermain. Musik tersebut seakan
mengilustrasikan, serta kaya makna.
Komposer Rian Saputra, menyebutkan bahwa komposisi musik tersebut di
latar belakangi oleh kearifan lokal pengambil Niro ( Nira atau Anau )
untuk membuat gula merah dan Tuak. Pada saat mengambil Niro tersebut ada nyanyian serta musik yang terlahir. Sebab, ketika
pengambilan Niro tersebut ada
pukulan-pukula pada gagang buah Anau tersebut.
Kemudian, ia mencoba menggarap pukulan dahan pada proses pengambilan
anau dikembangkan menjadi komposisi musik. Sebab, pukulan-pukulan tersebut
menurutnya memiliki pola yang berubah-ubah. Pola pukulan tersebut jika diiringi
dengan tempo yang konstan akan membentuk sebuah pola ritem yang unik, dimana
ketukan-ketukan atas ( syncopation/up beat
) akan menjadi ketukan berat ( down
beat ).
Selanjutnya, kata dia, pola-pola yang terbentuk dari pukulan dahan
batang anau tersebut yang menjadi titik fokus komposer dalam pengembangan
materi-materi garapan dalam komposisi ini. Sebab, pola-pola pukulan pada saat
mengambil Niro tersebut diistilahkan
sebagai 'Taconcong'. Sehingga 'tacongcong' pun hadir sebagai salah
satu landasan komposer dalam menggarap komposisi ini.
Ia menjelaskan pada bagian pertama komposisi musik 'Dilema Dalam Ikatan' sebagai seorang komposer, ia
menghadirkan pola-pola ritem yang rapat dan mencoba untuk meng-interpretasikan
istilah 'taconcong' kedalam bentuk
musik. Ia mengaku teknik garapan yang dipakai dalam garapan musik tersebut
dengan teknik call and respond,
unisono, hacketing, canon, dan interlocking.
Kemudian pada bagian kedua, ia mencoba melakukan eksplosari instrument
menjadi pilihan tersendiri bagi komposer untuk memainkan dinamika komposisi
secara keseluruhan, namun tetap mempertahankan bentuk 'taconcong' tersebut. Selanjutnya pada bagian ketiga merupakan
bagian recapitulation, penggabungan
bagian pertama dan kedua teknik tersebut.
Ia menafsirkan penyampaian pesan pada saat pengambil Niro. Komposisi musik yang dipentaskan
tersebut, ia menamakannya komposisi musik 'Semi Kontempor ( re-interprestasi
) tradisi mengembangkan penafsiran terhadap bunyi ketukan pengambil niro tersebut.
Tafsiran tersebut ia transpormasikan dengan mencoba mengambil beberapa
istrumen alat musik seperti Saluang, (Rian Saputra) M. Mufti ( saluang ), Budi
Alexander ( suling ), Tommy Wahyudi ( suling ), Vereki Martiano ( mandolin ),
Cikal Pradika ( gitar ), Ryo Rinaldo P. ( guzheng ), Adiba Azkan ( kecapi sunda
), Haniful Chair ( pionika ), Uya Alhafis ( udu ), Erizal ( gong ). Maka,
perpaduan dari beberapa alat musik tersebut terjadinya taconcong. Sehingga judul musik tersebut diberinama 'Dilema Dalam
Ikatan' untuk menentukan ritme ketukan-ketukan atas ( syncopation/up beat ) akan menjadi ketukan berat (down beat).
Proses kreatif untuk persiapan musik tersebut berlangsung sejak bulan 5
bulan lalu, jelas pemuda ramah yang akrab dipanggil inyiak merupakan jebolan
SMK 7 Padang. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Karawitan Institut Seni
Indonesia Padangpanjang pada tahun 2011 hingga sekarang. Selama kuliah di ISI
ia dann beberapa orang kawan kemudian, membentuk kelompok 'Tangka Ansamble
Padangpanjang'. Kelompok kreatif ini terbentuk sejak dua tahun lalu.
Rian mengakui musik yang barusan ditampilkan merupakan karya tugas akhir
untuk penyelasikan studi di ISI Padangpanjang. "ditahun 2016 ini
sedang giat menyelesaikan tugas akhirnya dengan kompetensi minat komposisi atau
pengkaryaan," aku pria kelahiran Batusankar 10 april 1992 ini.
Ia juga pernah mengikuti beberapa kegiatan diantaranya art sammit pada
tahun 2013 lalu. Ia juga aktif dalam berkarya selama di kampus Institut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang untuk memenuhi tuntutan perkuliahan yang ada, diantaranya jenjang
mata kuliah komposisi 1 sampai 4. Selain itu, ia juga pernah dinobatkan sebagai
penyaji terbaik dalam festival musik karawitan pada tahun 2010.
Ia menyadari bahwa komposisi musik tersebut masih ada yang kurang sebab
masih ada yang terganjal dalam fikirannya. "Musik yang dipentaskan ini
akan dikembangkan lagi aransemen musiknya. Kemudian akan terus dilakukan
pendalaman terhadap musik. komposisi yang terdiri dari tiga bagian ini
ter-inspirasi dari proses pengambilan atau menyodok anau. Kedepan akan menambah
aransemen musik Batuang ( bambu )
yang dikenal dengan 'tarangkiak' yang berfungsi untuk penampung dan membawa air
niro. Karya penafsiran dan seni
tradisi serta tidak menghilangkan bumbu-bumbu tradisi," katanya.
Sementara itu, Muhammad Husni, penikmat seni mengatakan bahwa sebagai
pemain pemula, komposisi musik yang ditampilkan nikmat sebagai gabungan dari
berbagai alat musik. Meskipun nikmat di dengar, menurutnya seorang komposer
perlu memperkaya dengan alat musik gesek seperti viol. Sebab dalam penggarapan
musik yang disuguhkan masih ada yang kurang. Menurutnya, pada penggarapan musik
tersebut masih ada ruang kosong. Maka, untuk mengisi ruang kosong tersebut,
akan menjadi lebih sempurna apabila ruang kosong itu di isi dengan alat musik
gesek (viol).
Ia menyebutkan, komposer Rian sebagai seorang yang menggarap musik
berakar dari tradisi, meskipun Rian mengangkat Saluang menjadi latar belakang,
namun menurutnya saluang yang dimainkan dalam komposisi musik tersebut belum
utuh. Jika Saluang dijadikan sebagai musik latar dan dimainkan secara utuh maka
akan lebih 'kental rasanya' musik tradisi itu. Maka kekayaan nuansa musik yang
ditampilkan akan lebih terasa apa bila salung dimainkan lebih 'serius' lagi.
Komposisi musik yang dihadirkan pada pertunjukan, serta pengayaan terhadap
nada menurutnya komposer belum mengeluarkan kemampuannya. Pengayaan terhadap
bunyi tersebut menurutnya belum tertuang dalam musik yang ditampilkan oleh
komposer. Basis musik (bunyi) saluang tidak hanya sebagai bunyi efek flut
semata yang muncul. Tetapi, menurutnya, komposer ini memiliki potensi untuk
berkembang dan menyembangkan ide kreatifnya dalam menggarap musik. "Saya
melihat anak muda berbakat dan Ia memiliki potensi untuk itu ( berkembang )
musisi profesional," katanya.
Sementara itu, S Metron Masdison, Koordinator Nan Jombang Tanggal 3
menyebutkan bahwa tahun ke-3 Festival nan Jombang Tanggal 3 merupakan tahun
special, karena tahun ini nan Jombang telah berusia 33 tahun. Sehingga, ada
sedikit pergeseran acara yang dilakukan terutama pada kegiatan festival nan
Jombang tangga 3. Karena selama 3 tahun melaksanakan festival nan jombang
tanggal 3, serius mengisi dengan muatan seni tradisi. Seluruh penampil
merupakan seminan tradisi dan memaikan musik tradisi. Namun tahun ini, juga
akan di isi dengan seni kontemporer tetapi akarnya setap pada seni tradisi.
Jadi, tahun ini konsep nan Jombang serta konsep komunitas gelombang Minangkabau
juga menginginkan penampil tetap berakar pada tradisi.
No comments:
Post a Comment