Maraknya mengguna saja
transportasi massa dan perkembangan teknologi, para pengguna transprotasi massa
darat terancam gulung tikar akibat pertumbuhan jasa transportasi udara. Sehingga
transportasi darat kalah saing akibat ongkos transportasi udara relatif murah
dan ongkosnya cenderung sama dengan transportasi darat.
Laporan : Julnadi Inderapura, Padang
Kamis, 31 Maret 2016 siang pool PT
NPM jalan S Parman Kota Padang Sumatera Barat yang merupakan pul bus tampak
sepi dari pengunjung. Sementara bus NPM hanya satu unit saja yang terlihat
parkir di pul. Siang itu, Penulis berkunjung ke kantor menemui agen pol NPM.
Semula Penulis menemui seorang petugas duduk di meja kasir. Namun,
petugas tersebut mengatakan dirinya baru dan tidak bersedia di wancara. Ia justru
menyarankan Penulis menemui seorang pria berbadan kekar.
AN, 42, agen PT NPM jalan S
Parman menyebutkan bahwa dirinya telah bekerja sejak 22 tahun lalu. Awalnya
bekerja agen di terminal Pasarraya yang saat ini dijadikan Mall Plaza Andalas.
Semenjak terminal tidak lagi ada, penurunan minat penumpang bus NPM pun telah
mulai dirasakan. Hal itu merupakan dampak yang dimunculkan akibat tidak adanya
terminal di Kota Padang.
Ia menyebutkan pada dasarnya
dimasa kejayaan bus PT NPM di era tahun 1990-an. Dalam sehari bus beroperasi
tujuan Padang-Jakarta sebanyak 10 unit bus. Jika dibandingkan hari ini, bus
hanya bisa jalan satu unit bus tujuan Padang-Jakarta.
Namun, pada tahun 2001 semenjak
terminal tidak ada dampak yang dirasakan oleh PT NPM mulai terasa di tandai
dengan berkurangnya peminat konsumen terhadap transportasi darat. Sementara
itu, penumpang telah merduyun beralih pada transportasi udara.
Kemerosotan jumlah penumpang
terus dirasakan, sehingga pada tahun 2004 armada bus telah mulai tidak lagi
berjalan karena tidak adanya penumpang. Bus banyak yang markir dan menjadi
barang songsokan di pul karena tidak adanya penumpang.
Sementara itu, sambung dia,
pemerintah dalam hal ini tidak mempertimbangkan nasib transportasi darat.
Sebab, sejak tahun 2004 hingga saat ini telah banyak pul bus yang mati di kota
Padang. Hal itu tidak terlepas pada kurangnya minat penumpang yang menaiki
transportasi darat.
Calon penumpang bayak yang
berpindah pada transportasi udara dengan harga tiket yang lebih murah.
Disamping tiketnya yang lebih murah, kemudian melalui transportasi udara juga
tidak memakan waktu lama dan cepat sampai ke tujuan. Namun, hal ini sejatinya
pemerintah seharusnya mempertimbangkan nasih bus yang merupakan akutan massal
darat.
Selain itu, pada saat lebaran
ketika bus melakukan kenaikan harga tarif angkutan pemerintah selalu menekan
harga tarif angkutan. Pada hal kenaikan tarif angkutan hanya berkisar 5 sampai
10 parsen dari harga biasanya. Namun, pada angkutan transportasi udara,
kenaikan harga mencapai 90 persen dari harga biasa seolah-olah pemerintah diam.
Sejatinya pemerintah harus
mengatur secara adil dan berimbang. Setiap transportasi angkutan masal laut,
udara dan daratan semestinya harus berimbang. Masing-masing kebijakan yang
dibuat harus dijalankan secara teratur dan maksimal. Sehingga pemerintah
terkesan hanya menekan transportasi darat saja.
"Tiba-tiba harga tiket di
jual Rp300 ribu, kemudian pada hari tertentu seperti lebaran harga tiket
mencapai Rp2 juta. Pemerintah dalam hal ini terkesan berpangku tangan tidak
merespon," katanya.
Sementara itu, rute yang dilewati
bus NPM lintas provinsi dan pulau. Ia menjelaskan harga jual tiket tujuan
Padang-Bandung di jual Rp325.000. Kemudian, harga jual tiket Padang-Bogor
Rp325.000. Padang-Depok harga tiket jual Rp325.000. Padang-Jakarta harga jual
tiket Rp300.000. Padang-Lampung harga tiket di jual Rp225.000. Padang-Batu Raja
harga tiket di jual Rp225.000. Padang-Muara Enim harga tiket di jual Rp230.000.
Padang-Lahat di jual seharga Rp230.000.
Padang-Medan harga jual tiket
sebesar Rp230.000. Padang-Kiram harga jual tiket di jual Rp210.000. Padang-Kota
Pinang harga jual tiket Rp200.000. Padang-Bagan Batu harga jual tiket
Rp180.000. Padang-Jambi harga tiket di jual Rp155.000 dan Padang-Muaro Bungo
125.000.
Saat ini bus hanya beroperasi
satu unit armada dalam satu hari. Artinya penurunan peminat transportasi
angkutan darat bus NPM mencapai 90 persen penuruanan.
Terpisah, Sabtu, 2 April 2016
pagi itu terlihat satu unit bus bertulisan ANS Executive Class parkir di halaman
kantor Jalan Khatib Sulaiman Padang Sumatera Barat. Pagi itu pula penulis
menjambangi kantor ANS dan bertemu dengan karyawan PO ANS bernama Annas Las,
60. Ia telah bekerja 36 tahun yang lalu di PO ANS.
Ia menyebutkan masa kejayaan ANS
dirasakannya pada tahun 1990-an. Ketika itu calon penumpang memadati semua
ruang tunggu di kantor dan juga menyediakan bar untuk memanjakan calon
penumpang sebelum bus merangkat. Dalam sehari olak-alik ANS berangkat dari
Jakarta-Padang dan Padang-Jakarta sebanyak 28 unit sehari.
Sementara itu, lanjutnya, saat
ini sebanyak 50 unit kendaraan udah di belah-belah dan menjadi besi tua.
Sementara itu, dari keseluruh jumlah kendaraan ada sebanyak 300 unit. Namun
saat ini kendaraan tersebut tinggal 30 unit yang beroperasi. Kemudian, jadwal
keberangkatan Padang-Jakarta pukul 09.00 pagi. Sehari berangkat satu unit bus
dan terkadang ada yang tidak berangkat, seperti Sabtu dan Minggu. Artinya dalam
seminggu bus di berangkatkan 5 unit.
Saat ini, kata dia, dalam sehari
bus membawa penumpang Padang-Jakarta sebanyak 19 orang. Sementara kapasitas
penumpang sebanyak 36 orang penumpang. Kemudian, rute Padang-Pekanbaru tidak
lagi ada penumpang.
Selanjutnya, penumpang rute bus
perjalan bus ANS, Padang-Medan, Padang-Jakarta, Padang-Denpasar,
Padang-Surabaya, Padang-Malang dan Pelambang, Jambi. Namun, saat ini rute
Padang-Medan tidak lagi jalan karena tidak adanya penumpang.
Hal itu, disebabkan karena
banyaknya transportasi angkutan komersil seperti travel telah menjamur di kota
Padang. Selain itu, nimumnya penumpang juga diakibatkan murahnya harga tiket
angkutan uadara. "Harga tiket kita tujuan Padang-Jakarta seharga Rp395
ribu. Sedangkan harga tiket transportasi udara seharga Rp400 ribu,” katanya.
Kemudian dari segi hemat biaya
dan waktu jauh lebih hemat adalah menaiki transportasi udara. Sebab, disamping
harganya murah dan perjalanan tempuh tidak memakan waktu lama. Sedangkan untuk
menaiki transportasi darat memakan waktu selama dua hari tujuan Padang-Jakarta.
Selum lagi makan di jalan dan capeknya duduk di dalam mobil dengan waktu lama.
Maka, dalam hal ini transportasi darat banyak memakan waktu dan sementara trasportasi
udara lebih singkat.
Maka, pemerintah seharusnya juga
mempertimbangkan nasib jasa transportasi darat. Karena murahnya harga
transportasi udara menyebabkan udasa transportasi darat yang gulung tikar.
Selanjutnya, jelas dia, perubahan
penurunan peminat pengguna jasa transportasi darat telah terasi sejak tahun
2000-an. Akibatnya, kendaraan bus ANS banyak markir di gudang. Selain itu,
terjadi pengurangan karyawan ANS yang sebelumnya 15 orang karyawan kantor, belum
termasuk sopir dan knek.
"Untuk satu unit bus ada dua
orang supor, dengan ketentuan sopir malam satu orang dan sopir siang satu orang
serta knek. Jadi dalam satu unit bus diawasi tiga orang karyawan," pria
yang berbaju kaos berkerah itu menyakinkan penulis.
Bisa dibayangkan, pada masa
kejayaannya itu, 300 unit bus dengan diawasi 3 orang karyawan sehingga
berjulmah 900 orang karyawan. "Saat ini karyawan berjumlah 9 orang, berapa
orang karyawan yang tidak lagi mendapatkan pekerjaan," katanya.
Sementara dalam satu trib tujuan
Padang-Jakarta biaya operasionalnya sebanyak Rp6 juta. Sedangkan upah sopir
dalam satu trib tersebut sebanyak Rp125 ribu dan upah knek Rp30 ribu. Para
sopir dan knek tersebut mengharapkan uang samping (pitih salek). Kemudian, lonjakan penumpang terjadi pada saat
lebaran dan libur panjang. "Hanya tiga unit bus yang sehari
Jakarta-Padang. Ramainya penumpang tersebut hanya seberapa hari saja. Kemudian,
menunggu momen libur panjang berikutnya," akunya.
No comments:
Post a Comment