Wednesday, April 20, 2016

ABK Kapal H - 1 Belum Ada Kabar, Keluarga Cemas

Kamis, 7 April 2016 siang rumah Aidil, 55, warga jalan Dr Muhammad Hatta, RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat masih ramai dikunjungi kerabat serta awak media untuk mengetahui kabar terkini beradaan Wendi.

Kuranji – Julnadi Inderapura

Siang itu, keluarga dekat Wendi duduk lesehan di atas tikar seraya menonton Televisi untuk mendengarkan informasi terkini terhadap penyenderaan kapal Brahma 12 pada Sabtu, 26 Maret 2016 lalu, oleh kelompok Milisi Abu Sayyaf Filipina dan menyandra 10 orang ABK kapal serta Kapten Kapal.

Hingga kini, kabar terakhir keberadaan Wendi belum diketahui pihak keluarga. Sebab, hubungan kontak dengan Wendi terputus sehingga pihak keluarga tidak dapat menhubungi Wendi salah satu korban Penyanderaahn oleh milisi Abu Sayyaf Filipina. H -1 tenggat wakti yang diberikan oleh kelompok Abu Sayyaf untuk menebus AKB dengan uang tebusan mencapai Rp15 milliar.

Sementara, kondisi fisik Asmizal, 54, merupakan mama Wendi terus menurun karena sok mendengar kabar penyanderaan Wendi oleh kelompok milisi Abu Sayyaf tersebut. Kondisi visik mama Wendi ini lemah karena banyak memikirkan keberadaan Wendi. Apakah Wendi diberi makan atau tidak saat penyekapan tersebut. Apakah Wendi masih sehat atau tidak.

Air muka perempuan baya berkulit sawo matang itu beruhan dan raut wajahnya pun tampah tidak ceria. Karena masih menunggu kabar keberasaan anak pertamanya itu. Air matanya berlinang saat jika ditanya kabar terkini tentang Wendi. Kantong mata perempuan baya itu makin membesar karena sering menangis memikirkan nasib anaknya. Ia berharap Wendi yang merupakan anak bujang pertamanya itu dapat pulang dengan selamat. Meskipun pihak perusahaan dan pemerintah berupaya bernegosiasi dengan milisi Abu Sayyaf dan melakukan penyelamatan terhadap Wendi serta ABK lainnya. Hal itu, masih belum bisa menjadi penawar bagi Asmizal.

Perempuan baya itu tidak banyak bicara soal penyanderaan terhadap anak pertamanya itu. Namun yang benyak bicara adalah suaminya, sebab komuni terkahir sangsuami dengan pihak perusahan pada Minggu, 27 Maret 2016 siang lalu.

Aidil tampak sedikit lega dihadapan siapa saja yang bertanya kepadanya tentang keberadaan Wendi. Tapi perasaan sebernarna Aidil, 55, orang tua laki-laki Wendi mengatakan bahwa hingga kini masih menunggu kabar keberadaan titik terang keberadaan Windi. Ia berharap pemerintah dapat menjemput Windi dengan selamat. Sebab, batas waktu yang diberikan pihak milisi Abu Sayyaf adalah Jumat, 8 April 2016.

Disebutkan Aidil bahwa Wendi Rahka Dian, 29, anak pertamanya itu suka memakan mie instan. Hal itu dibenarkan oleh sang istri Asmizal dan menyatakan bahwa Wendi suka makan mie istan yang dicampur dengan nasi. Wendi dikenal dengan anak yang baik dan tidak banyak tingkah. Wendi juga seorang yang perokok. Selain itu, Wendi dikenal orang yang tidak suka olah raga seperti anak muda lainnya. Ia justri lebih suka bermain musik dengan memanfaatkan gitar akustik yang ada di rumah. Diakui bahwa Wendi tidak begitu mahir dalam memainkan musik seperti musisik profesional lainnya. Namun Wendi memaikan musik ketika ada waktu luang diri di rumah untuk bergitar untuk menghilangkan kesuntukan.

Menurut pengakuan Aidil orang tua laki-laki Wendi mengatakan bahwa Wendi berencana akan menikah pada tahun 2017 mendatang. Namun, Wendi masih merahasiakan calon gadis yang akan diperistrikannya itu pada orang tuanya. Sehingga orang tua Wendi sendiri tidak mengetahui asal kota gadis yang akan diperistrikannya itu.

Aidil menyebutkan bahwa dirinya sendiri mendukung pilihan yang diambil oleh Wendi mengenai calon istri yang akan di persunting Wendi. "Wendi anak yang tangguh dan tidak mengeluh, kemudian Wendi juga tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat dan membahayakan. Hanya saja, sewaktu masih kecil Wendi pernah demam biasa," katanya.

Sembari duduk berdampingan dengan sang istri Aidil mengaku bahwa ia berkomunikasi terakhir kali dengan Wendi pada hari Rabu, 23 Maret 2016 lalu. Wendi merupakan anak pertamanya itu menelpon dirinya usai shalat maghrib. Saat menelpon memberikan kabar tentang dirinya bahwa ia dalam ke adaan sehat. Usai berbicara dengan dirinya Ia juga berkomunikasi bersama adik-adiknya. Ia juga megatakan bahwa dirinya telah berangkat menuju Philipina dan telah melalukan perjalanan selama 4 hari. Ia menelpon saat itu sedang berada di atas kapal dan sedang berlayar di tengah laut.

“pa, lai sehat-sehat se papa. Alhamdullah sehat.  Windi baa? Lai pa sehat. Awak lah barangkek pa. Alah empat hari di laut. Wak lah tibo di Malaysia di perbatasan Malaysia. Ma adiak-adiak pa,” katannya kembali meniru bahasa khas anaknya pertamanya itu.

“Ia juga sempat berbicara dengan adik-adiknya dan juga mamanya sendiri,” sambungnya.

Dia menlanjutkan bahwa sebelum menutup telpon Windi anaknya, ia berpesan agar hati-hati serta mendoakan Wendi agar selamat sampai tujuan dan di berikan sehatan. Setelah itu, ia tidak lagi mendapat kabar tentang anaknya.

Kemudian, pada hari Minggu, 27 Maret 2016 siang, katanya, ia mendapat telpon dari nomor yang tidak dikenal. Saat itu penelpon mengaku dari pihak perusahaan tempat Wendi Rahma Dian bekerja. Namun, penelpon tidak menyebutkan namanya dan nama perusahaan tempat anaknya bekerja.

Dia mengaku ketika itu, penelpon menanyakan bahwa apakah bapak merupakan orang tua Wendri Rahma Dian. Kemudian pihak perudahaan memastikan bapak  tinggal bapak di RT 1 RW 1 Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat. Dirinya menjawab benar, kembali ia bertanya ke pada penelpon, ini siapa dan dari mana. Pihak penerpon hanya mengatakan bahwa diri adalah dari perusahaan kapal anaknya bekerja. Namun, pihak perusahaan tidak menyebutkan nama perusahaan tempat anaknya bekerja, termasuk tidak menyebutkan namanya saat menelpon.

Mendapat kabar tersebut dirinya merasa cemas dan langsung menanyakan kembali kabar anaknya Weindi. Namun penelpon hanya mengatakan bahwa anaknya dalam ke adaan sehat dan dikatakannya bahwa kapal yang dinaiki oleh Wendi saat ini sedang ada masalah tenis. Selanjutnya, penelpon menyerankan dirinya untuk tidak memberitahukan informasi ini kepada “petugas”. Dikatakan oleh penelpon bahwa perusahaan sedang berusaha menyelesaikan persoalan yang dialami oleh 12 orang awak kapal tersebut.

Kemudian, pada Senin, 28 Maret 2016 siang pihak perusahan kembali menelpon menghubungi dirinya tanpa nama dan nomornya tanpa nama. Penelpon kembali menyebutkan bahwa anaknya selamat dan atas penyenderaan kapal yang dilakukan oleh perompak. “anak bapak selamat, sebab kapten kapal telah menelpon pihak perusahaan, mungkin ia menimta tebusan. Pihak perusahaan dan pemerintah sedang berusaha dalam pengurusan dengan pihak terkait serta untuk keselamatan anak bapak,” katanya kembali meniru ungkapan penelpon sembari bersandar di dinding rumahnya.

Dia menyebutkan bahwa dirinya pada Selasa, 29 Maret 2016 siang berusaha menelpon pihak perusahaan yang menelponnya itu, namun tidak ada jawaban. Ia berfikiran positif saja, mungkin pihak perusahaan sedang sibuk sehingga tidak sempat menjawab telponnya. Sebab, nomor yang ditelpon tersebut masuk dan aktif. “saya telah mencoba hubungi nomor tersebut, namun tidak di jawab,” kata pria yang memakai baju kantor itu.

Dia mengaku bahwa dirinya sedikit lega karena Wendi tidak sendiri yang disandera dan bersama 12 orang awak kapal termasuk kapten kapal. “anak saya tidak sendiri. Saya takut kalau ia sendirian jika di tawan. Kemudian, menteri dalam negeri dalam hal ini telah mengetahui dan telah mendapatkan informasi tentang kejadian penyanderaan terhadapat kapal  tersebut,” aku pria yang bekerja sebagai staf Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh yang mendadak di jemput oleh anaknya karena dirumahnya telah banyak wartawan. Usai mendapat izin dari Lurah Ia pulang kerumah bersama anaknya.

No comments:

Post a Comment