Kuranji – Julnadi Inderapura
Siang itu, keluarga dekat Wendi
duduk lesehan di atas tikar seraya menonton Televisi untuk mendengarkan
informasi terkini terhadap penyenderaan kapal Brahma 12 pada Sabtu, 26 Maret
2016 lalu, oleh kelompok Milisi Abu Sayyaf Filipina dan menyandra 10 orang ABK
kapal serta Kapten Kapal.
Hingga kini, kabar terakhir
keberadaan Wendi belum diketahui pihak keluarga. Sebab, hubungan kontak dengan
Wendi terputus sehingga pihak keluarga tidak dapat menhubungi Wendi salah satu
korban Penyanderaahn oleh milisi Abu Sayyaf Filipina. H -1 tenggat wakti yang
diberikan oleh kelompok Abu Sayyaf untuk menebus AKB dengan uang tebusan
mencapai Rp15 milliar.
Sementara, kondisi fisik Asmizal,
54, merupakan mama Wendi terus menurun karena sok mendengar kabar penyanderaan
Wendi oleh kelompok milisi Abu Sayyaf tersebut. Kondisi visik mama Wendi ini
lemah karena banyak memikirkan keberadaan Wendi. Apakah Wendi diberi makan atau
tidak saat penyekapan tersebut. Apakah Wendi masih sehat atau tidak.
Air muka perempuan baya berkulit
sawo matang itu beruhan dan raut wajahnya pun tampah tidak ceria. Karena masih
menunggu kabar keberasaan anak pertamanya itu. Air matanya berlinang saat jika
ditanya kabar terkini tentang Wendi. Kantong mata perempuan baya itu makin
membesar karena sering menangis memikirkan nasib anaknya. Ia berharap Wendi
yang merupakan anak bujang pertamanya itu dapat pulang dengan selamat. Meskipun
pihak perusahaan dan pemerintah berupaya bernegosiasi dengan milisi Abu Sayyaf
dan melakukan penyelamatan terhadap Wendi serta ABK lainnya. Hal itu, masih belum
bisa menjadi penawar bagi Asmizal.
Perempuan baya itu tidak banyak
bicara soal penyanderaan terhadap anak pertamanya itu. Namun yang benyak bicara
adalah suaminya, sebab komuni terkahir sangsuami dengan pihak perusahan pada
Minggu, 27 Maret 2016 siang lalu.
Aidil tampak sedikit lega
dihadapan siapa saja yang bertanya kepadanya tentang keberadaan Wendi. Tapi
perasaan sebernarna Aidil, 55, orang tua laki-laki Wendi mengatakan bahwa
hingga kini masih menunggu kabar keberadaan titik terang keberadaan Windi. Ia berharap
pemerintah dapat menjemput Windi dengan selamat. Sebab, batas waktu yang
diberikan pihak milisi Abu Sayyaf adalah Jumat, 8 April 2016.
Disebutkan Aidil bahwa Wendi
Rahka Dian, 29, anak pertamanya itu suka memakan mie instan. Hal itu dibenarkan
oleh sang istri Asmizal dan menyatakan bahwa Wendi suka makan mie istan yang
dicampur dengan nasi. Wendi dikenal dengan anak yang baik dan tidak banyak
tingkah. Wendi juga seorang yang perokok. Selain itu, Wendi dikenal orang yang
tidak suka olah raga seperti anak muda lainnya. Ia justri lebih suka bermain
musik dengan memanfaatkan gitar akustik yang ada di rumah. Diakui bahwa Wendi
tidak begitu mahir dalam memainkan musik seperti musisik profesional lainnya.
Namun Wendi memaikan musik ketika ada waktu luang diri di rumah untuk bergitar
untuk menghilangkan kesuntukan.
Menurut pengakuan Aidil orang tua
laki-laki Wendi mengatakan bahwa Wendi berencana akan menikah pada tahun 2017
mendatang. Namun, Wendi masih merahasiakan calon gadis yang akan
diperistrikannya itu pada orang tuanya. Sehingga orang tua Wendi sendiri tidak
mengetahui asal kota gadis yang akan diperistrikannya itu.
Aidil menyebutkan bahwa dirinya
sendiri mendukung pilihan yang diambil oleh Wendi mengenai calon istri yang
akan di persunting Wendi. "Wendi anak yang tangguh dan tidak mengeluh,
kemudian Wendi juga tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat dan
membahayakan. Hanya saja, sewaktu masih kecil Wendi pernah demam biasa,"
katanya.
Sembari duduk berdampingan dengan
sang istri Aidil mengaku bahwa ia berkomunikasi terakhir kali dengan Wendi pada
hari Rabu, 23 Maret 2016 lalu. Wendi merupakan anak pertamanya itu menelpon
dirinya usai shalat maghrib. Saat menelpon memberikan kabar tentang dirinya
bahwa ia dalam ke adaan sehat. Usai berbicara dengan dirinya Ia juga
berkomunikasi bersama adik-adiknya. Ia juga megatakan bahwa dirinya telah
berangkat menuju Philipina dan telah melalukan perjalanan selama 4 hari. Ia
menelpon saat itu sedang berada di atas kapal dan sedang berlayar di tengah
laut.
“pa, lai sehat-sehat se papa. Alhamdullah sehat. Windi baa? Lai
pa sehat. Awak lah barangkek pa. Alah empat hari di laut. Wak lah tibo di
Malaysia di perbatasan Malaysia. Ma adiak-adiak pa,” katannya kembali
meniru bahasa khas anaknya pertamanya itu.
“Ia juga sempat berbicara dengan
adik-adiknya dan juga mamanya sendiri,” sambungnya.
Dia menlanjutkan bahwa sebelum menutup telpon Windi anaknya, ia berpesan agar hati-hati serta mendoakan Wendi agar selamat sampai tujuan dan di berikan sehatan. Setelah itu, ia tidak lagi mendapat kabar tentang anaknya.
Kemudian, pada hari Minggu, 27 Maret
2016 siang, katanya, ia mendapat telpon dari nomor yang tidak dikenal. Saat itu
penelpon mengaku dari pihak perusahaan tempat Wendi Rahma Dian bekerja. Namun,
penelpon tidak menyebutkan namanya dan nama perusahaan tempat anaknya bekerja.
Dia mengaku ketika itu, penelpon
menanyakan bahwa apakah bapak merupakan orang tua Wendri Rahma Dian. Kemudian
pihak perudahaan memastikan bapak tinggal bapak di RT 1 RW 1 Kelurahan
Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat. Dirinya menjawab
benar, kembali ia bertanya ke pada penelpon, ini siapa dan dari mana. Pihak
penerpon hanya mengatakan bahwa diri adalah dari perusahaan kapal anaknya
bekerja. Namun, pihak perusahaan tidak menyebutkan nama perusahaan tempat
anaknya bekerja, termasuk tidak menyebutkan namanya saat menelpon.
Mendapat kabar tersebut dirinya
merasa cemas dan langsung menanyakan kembali kabar anaknya Weindi. Namun
penelpon hanya mengatakan bahwa anaknya dalam ke adaan sehat dan dikatakannya
bahwa kapal yang dinaiki oleh Wendi saat ini sedang ada masalah tenis.
Selanjutnya, penelpon menyerankan dirinya untuk tidak memberitahukan informasi
ini kepada “petugas”. Dikatakan oleh penelpon bahwa perusahaan sedang berusaha
menyelesaikan persoalan yang dialami oleh 12 orang awak kapal tersebut.
Kemudian, pada Senin, 28 Maret
2016 siang pihak perusahan kembali menelpon menghubungi dirinya tanpa nama dan
nomornya tanpa nama. Penelpon kembali menyebutkan bahwa anaknya selamat dan
atas penyenderaan kapal yang dilakukan oleh perompak. “anak bapak selamat,
sebab kapten kapal telah menelpon pihak perusahaan, mungkin ia menimta tebusan.
Pihak perusahaan dan pemerintah sedang berusaha dalam pengurusan dengan pihak
terkait serta untuk keselamatan anak bapak,” katanya kembali meniru ungkapan
penelpon sembari bersandar di dinding rumahnya.
Dia menyebutkan bahwa dirinya
pada Selasa, 29 Maret 2016 siang berusaha menelpon pihak perusahaan yang
menelponnya itu, namun tidak ada jawaban. Ia berfikiran positif saja, mungkin
pihak perusahaan sedang sibuk sehingga tidak sempat menjawab telponnya. Sebab,
nomor yang ditelpon tersebut masuk dan aktif. “saya telah mencoba hubungi nomor
tersebut, namun tidak di jawab,” kata pria yang memakai baju kantor itu.
Dia mengaku bahwa dirinya sedikit
lega karena Wendi tidak sendiri yang disandera dan bersama 12 orang awak kapal
termasuk kapten kapal. “anak saya tidak sendiri. Saya takut kalau ia sendirian
jika di tawan. Kemudian, menteri dalam negeri dalam hal ini telah mengetahui
dan telah mendapatkan informasi tentang kejadian penyanderaan terhadapat
kapal tersebut,” aku pria yang bekerja sebagai staf Kelurahan Cupak
Tangah Kecamatan Pauh yang mendadak di jemput oleh anaknya karena dirumahnya
telah banyak wartawan. Usai mendapat izin dari Lurah Ia pulang kerumah bersama
anaknya.
No comments:
Post a Comment