Awal mulanya Jepang menginjakkan kakinya ke bumi Indonesia
yang kaya dengan rempah-rempah menjadi daya tarik tersendiri bagi mental para
penjajah. Jepang masuk pada awal tahun
1942 di Tarakan Kalimantan Barat.
Kemudian, Jepang menguasai Indonesia bagian Timur, setelah itu barulah
Jepang kemudian menyisir kepantai barat
daya dan menguasai samarinda II kemudian pulau Jawa dan Sumatera. Setelah Indonesia dikuasai oleh Jepang barulah
setelah itu Jepang berupaya mendekati masyarakat demi kepentingan Asia Timur
Raya yang menjadi iming-iming untuk rakyat Indonesia dengan memberikan
“kemerdekaan” kepada Indonesia. Iming-iming tersebut dilakukan tidak lain
hanyalah demi menjalankan misi Tiga A sebagai jalur propaganda Jepang untuk
mendekati rakyat Indonesia. Berbagai pendekatan dilakukan Jepang untuk
mengelabui hati rakyat dengan cara politik “mengambil hati” rakyat Indonesia.
Untuk mengambil sipatik dari rakyat Indonesia, pemerintah Jepang mula-mula bersikap lunak
dan memberi hati kepada rakyat Indonesia, tepi akhirnya berlawanan dengan apa
yang dijanjikan oleh pemerintah meliter Jepang. Memang awal mulanya Jepang
melakukan kerja sama dengan Indonesia demi kepentingan Asia Timur Raya,
dan untuk merealisasikan kerjasama tersebut,
Jepang memdirikan organisasi yang bernama Gerakan Tiga A dengan semboyan “
Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia”. Organisasi ini dibentuk April
1942 dengan maksud mengkonsilidasi rakyat guna melawan perperangan dengan
kolonial secara bersama-sama dengan Jepang.
Pendekatan yang dilakukan dengan cara politik “mengambil
hati” rakyat ini yang sangat fundamental. Maka, pada sisi lain Jepang mencoba
untuk melakukan propaganda demi kepentingan Nippon pelindung Asia, Nippon
cahaya Asia dan Nippon pemimpin Asia. Mamang, Jepang dalam propagandanya
mengutarakan bahwa pada suatu saat tentara Jepang akan membantu bangsa
Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda. Pasukan
Jepang akan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. Untuk itu berbagai cara
telah dilakukan oleh Jepang untuk mengambil simpatik dari yakat Indonesia. Hal ini ternyata bagi Jepang belum berhasil.
Maka, Jepang berbelot arah pada politik konserpatifnya yang part exselen untuk melakukan perlawanan
dengan kolonial dan para sekutunya. Sehingga dalam hati rakyat Indonesia
tertanam kebencian yang mendalam terhadap kolonial dan sekutunya. Apa yang diinginkan Jepang sesungguhnya
terhadap rakyat Indonesia?
Melihat pada kondisi perperangang antara Jepang dan Belanda
dilakukan secara kilat, Jepang telah mengusir kolonial Belanda dan sekutunya
menambah keyakinan bagi bangsa Indonesia bahwasanya Jepang benar-benar akan
memberikan “kemerdekaan” kepada bangsa Indonesia. Apalagi anggapan Jepang bahwa
bangsa Indonesia adalah serumpun dengan Asia Timur Raya yang menjadikan
Indonesia sebagai saudara muda bagi Negara matahari terbit (Jepang) tersebut.
Dan untuk meyakinkan, ditambahkan lagi dengan siaran Radio dari Tokyo setiap
sore hari disiarkan lagu Indonesia Raya yang di dengar lansung oleh para pelajar
dan rakyat. Sehingga kaum pelajar kala itu sebagian besar sudah diakui dan di
anggap sebagai lagu kebangsaannya.
Dalam siaran itu juga Jepang mengajak rakyat Indonesia untuk
bergandengan tangan dan bersama-sama melawan kolonial Belanda. Kemudian Jepang
juga memberikan janji-janji seperti para politisi hari ini, seperti: ketika
Jepang berada di Indonesia harga barang-barang dan keperluan sehari-hari murah
(dibeli dan didapatkan). Jepang juga membandingkan bahwa konial belada ketika
memasok barang dagangan di kenai biaya cukai dan pajak yang tinggi. Apalagi
kalau Jepang menjabat dan menguasai Indonesia pasti semuanya akan lebih murah.
Hal ini lah yang ditanamkan Jepang kepada rakyat Indonesia untuk membangkitkan
rasa kebencian mendalam yang mereka jadikan
alat dan senjata melawan kolonial bersama-sama Jepang. Ini lah politik
“mengambil hati” yang dilakukan Jepang sebagai alat propagandanya.
Berbicara tentang politik “mengambil hati” rakyat Indonesia
tidak terselepas pada politik konserpatif dan ekploitasi yang merupakan hal
yang di-penting-kan oleh kolonial Jepang. Sehingga pada saat menjalakan misi
Tiga A tersebut agaknya lebih mulus dan tidak mendapatkan perlawanan dan
kencaman dari rakyat Indonesia. Maka dengan misi Tiga A tersebut mampu menyentuh
dan empati rakyat Indonesia bahwa Jepang sebagai “penyelamat” dan satu
keturunan dari bangsa Indonesia. Hal ini lah yang kemudian membuat hati rakyat
Indonesia merasa lebih dekat dan bersaudara dengan Negara Matahari Terbit
sebagai “saudara Tua”. Nah, apakah ini benar adanya bahwa, Negara Indonesia dan
Jepang adalah bersaudara? Apakah ini yang diinginkan oleh Jepang sesungguhnya?
Mendekatkan tali persadaan antara Indonesia dan Jepang dengan satu tujuan
Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia dan Jepang pemimpin Asia? Kalaulah
ini benar adanya apa yang membuktikan bahwa Indonesia adalah bersaudara dengan
Jepang?
Bagi saya tidak ada yang namanya persaudaraan antara
penjajah dengan yang di jajah. Hal ini hanya intimidasi terhadap jajahan untuk
kepentingan sepihak dan pamongplase antara keduanya. Barangklisa saja rakyat
Indonesia tidak tahu maksud busuk dari penjajah. Mungkin di sebabkan oleh
pengaruh kolonialisme Belanda yang mendotrinasi mentalitas rakyat. Sehingga
ketika Jepang datang dan akan meberi perubahan, maka dengan sigap Jepang dapat
diterima kehadirannya. Apalagi janji-janji manis Jepang yang menggiurkan. Hal
ini membuat pemerintah meliter Jepang secara
perlahan-lahan mulai masuk dan
menyusup pada hal-hal yang elementer terhadap organisasi masyarakat Islam
seperti NU, Muhammadiyah, PSI, PSII, MIAI yang pada saat itu adalah merupakan
Federasi Islam terbesar. Namun ormas Islam ini mendapat campur tangan dari
meliter Jepang dan pada akhirnya MIAI diganti menjadi MASYUMI oleh pemerintah
meliter Jepang. Ini membuktikan bahwa Jepang tidak hanya masuk pada simtem pemerintahan peninggalan kolonial
Belanda tetapi juga ikut campur dalam urusan keagamaan. Bahkan Jepang juga
meremajakan dan menghilangkan semua system yang telah ada, dan diganti dengan
system pemerintahan militer Jepang yang otoriter.
Sementara, di sisi lain dalam propagandanya, pemerintah
meliter Jepang atau Panglima Jepang (Gunseikan) juga mengutarakan misi dari Dai
Nippon bahwa Indonesia sebagai “saudara muda” perlu dikasih sayangi. Kemudian memerintah
meliter Jepang juga memerikan semboyan Hakhoo Ichiu (satu dunia satu keluarga),
sehingga Jepang dengan sendirinya mulai melakukan desentralisasi kekuasaanya.
Maka, pada dasaluarsa di siaran radio juga mulai tidak membolehkan adanya
pengibaran bendera merah putih melainkan bendera Jepang (Himamura). Dan
akhirnya radio juga banyak menayangkan lagu kebangsaan Jepang kemudian para
pelajar yang mendengar diperintahkan untuk sujud sebagai penghormatan kepada
Kaisar Negara matahari terbit. Apakah hal ini dapat diterima begitu saja oleh
bangsa Indonesia? Apakah yang akan terjadi jika propaganda ini tetap berlanjut?
Sebagai bangsa yang besar dan mayoritas Islam maka umat
Islam mulai bersatu dengan satu wadah politik dari gabungan ormas Islam yaitu
Masyumi. Rencana Jepang ini adalah untuk memobilisasi umat Islam agar Jepang
mudah dalam mengontrolnya. Nah, Indonesia pada saat itu dalam kegamangan dan
kekacauan pasca kolonial Belanda. Sehingga dalam system kenegaraan pun telah di
ambil alihkan oleh meliter Jepang. Sebab
Jepang telah mewarnai semua system yang telah ada sehingga, semua system
birokrasi di bawah tekanan Jepang. Jadi, kemerdekaan yang dijanjikan oleh
Jepang untuk Indonesia bagaimana bentuk wujudnya? Kemerdekaan apakah yang akan
di berikan oleh Jepang ke pada rakyat Indonesia?
Menurut saya, kemerdekaan itu sangat relatifansi pada
kehendak bersama yang satu tujuan pada kebebasan mutlak. Kemerdekaan itu bisa
di raih oleh setiap orang tanpa tergantung pada siapa pun termasuk pemerintah
militer Jepang yang pada masa pendudukannya di Indonesia. Dalam hal ini lah
demi cita-cita bersama para tokoh nasionalis memikirkan kembali janji
kemerdekaan yang akan diberikan oleh meliter Jepang. Sebab kemerdekaan itu
tidak mungkin diberikan begitu saja, tanpa ada perlawanan dan merebutnya dari
para penjajah. Melihat dari kondisi arus politik Indonesia saat itu makin
memuncak para ormas Islam berupaya melakukan perundingan dengan totok-tokoh
nasionalis untuk mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa. Sehingga dalam tataran
ini menurut paham Jepang hal yang paling berpengaruh di Indonesia adalah Ulama,
kaum Guru dan Pangreh Praja. Karena ketiga kelompok ini bagi Jepang adalah
paling berbahaya bagi eksistensi Jepang. Maka hal ini cepat-cepat diatasi
dengan mengumpulkan semua Ulama, para Guru dan Pangreh Praja dalam suatu wadah
pelatihan kemeliteran yang induknya adalah Masyumi (Majelis Syuro Muslim
Indonesia ).
Tidak hanya berhenti di situ saja, para tokoh yang tergabung
dalam Masyumi mulai giat melakukan aktifitasnya semenjak dikeluarkannya
undang-undang no. 3 tertanggal 20 Maret 1942 oleh pemerintahan Jepang
bahwa tidak di perbolehkannya membicarakan pembicaraan tentang pergerakan
nasional, masa depan Negara Indonesia, lagu Indonesia Raya dan mengibarkan
bendera merah putih. Semenjak itu juga para tokoh nasionalis yang membicarakan
tentang pergerakan dilakukan penangkapan oleh memerintah Jepang. Ini menunjukan
kepada kita bahwa Jepang telah mulai melakukan intimidasi yang sangat keras
terhadap tokoh-tokoh dan masyarakat.
Karena tidak terima dengan pemberlakuan oleh pemerintah
Jepang maka para nasionalis seperti Soekarno menentang Jepang dengan
mengkritik. Maka Soekarno di penjara karena mengkritik kekuatan fasisme Jepang.
Dalam pengasingan Soekarno di Ende ke Bengkulu kemudian dipindahkan di Padang.
Kekacauan terus bergulir dimana-mana. Rakyat semakin tertindas. Para tokoh dan
nasionalis seperti Soekarno setelah keluar dari pengasinganya di batasi ruang
geraknya. Sehingga ia harus melakukan ekstradisisme untuk menggagas kemerdekaan
dan merebutnya dari para penjajah. Kerja keras ini diketahui oleh pemerintah
meliter Jepang sehinga ia harus dipindahkan termasuk Hatta yang di sebut-sebut
sepagai tokoh yang paling berpenganruh, karena latar belakang pendidikan mereka
dari barat. Ini lebih menghawatirkan bagi pemerintah Jepang.
Mengaetahui peristiwa tersebut yang mengancam bagi posisi
jepang maka soekarno dan hatta di pindahkan dari negerinya sendiri yaitu ke
Tokyo. Perpindahan Soekarno dan Hatta oleh pemerintah meliter Jepang adalah untuk menghadap Kaisar Jepang sebagai
persiapan kemerdekaan sekaligus menimba ilmu ketatanegaraan. Pertanyaannya
kenapa mesti Soekarno dan Hatta yang mesti di pindahkan? Apa alasannya? Ada apa
dengan Soekarno dan Hatta ini sebenarnya sehingga pemerintah meliter Jepang
terlalu khawatir dengan tindak-tanduk mereka berdua yang mengancam
eksistensinya Jepang? Siapakah Soekarno dan Hatta?
No comments:
Post a Comment