Saturday, December 7, 2013

PROPAGANDA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)

Laporan: Julnadi Inderapura, Padang

Awal mulanya Jepang menginjakkan kakinya ke bumi Indonesia yang kaya dengan rempah-rempah menjadi daya tarik tersendiri bagi mental para penjajah.  Jepang masuk pada awal tahun 1942 di Tarakan Kalimantan Barat.  Kemudian, Jepang menguasai Indonesia bagian Timur, setelah itu barulah Jepang  kemudian menyisir kepantai barat daya dan menguasai samarinda II kemudian pulau Jawa dan Sumatera.  Setelah Indonesia dikuasai oleh Jepang barulah setelah itu Jepang berupaya mendekati masyarakat demi kepentingan Asia Timur Raya yang menjadi iming-iming untuk rakyat Indonesia dengan memberikan “kemerdekaan” kepada Indonesia. Iming-iming tersebut dilakukan tidak lain hanyalah demi menjalankan misi Tiga A sebagai jalur propaganda Jepang untuk mendekati rakyat Indonesia. Berbagai pendekatan dilakukan Jepang untuk mengelabui hati rakyat dengan cara politik “mengambil hati” rakyat Indonesia. 

Untuk mengambil sipatik dari rakyat Indonesia,  pemerintah Jepang mula-mula bersikap lunak dan memberi hati kepada rakyat Indonesia, tepi akhirnya berlawanan dengan apa yang dijanjikan oleh pemerintah meliter Jepang. Memang awal mulanya Jepang melakukan kerja sama dengan Indonesia demi kepentingan Asia Timur Raya, dan  untuk merealisasikan kerjasama tersebut, Jepang memdirikan organisasi yang bernama Gerakan Tiga A dengan semboyan “ Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon  Cahaya Asia”. Organisasi ini dibentuk April 1942 dengan maksud mengkonsilidasi rakyat guna melawan perperangan dengan kolonial secara bersama-sama dengan Jepang. 

Pendekatan yang dilakukan dengan cara politik “mengambil hati” rakyat ini yang sangat fundamental. Maka, pada sisi lain Jepang mencoba untuk melakukan propaganda demi kepentingan Nippon pelindung Asia, Nippon cahaya Asia dan Nippon pemimpin Asia. Mamang, Jepang dalam propagandanya mengutarakan bahwa pada suatu saat tentara Jepang akan membantu bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda. Pasukan Jepang akan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajah. Untuk itu berbagai cara telah dilakukan oleh Jepang untuk mengambil simpatik dari yakat Indonesia.  Hal ini ternyata bagi Jepang belum berhasil. Maka, Jepang berbelot arah pada politik konserpatifnya yang  part exselen untuk melakukan perlawanan dengan kolonial dan para sekutunya. Sehingga dalam hati rakyat Indonesia tertanam kebencian yang mendalam terhadap kolonial dan sekutunya.  Apa yang diinginkan Jepang sesungguhnya terhadap rakyat Indonesia?

Melihat pada kondisi perperangang antara Jepang dan Belanda dilakukan secara kilat, Jepang telah mengusir kolonial Belanda dan sekutunya menambah keyakinan bagi bangsa Indonesia bahwasanya Jepang benar-benar akan memberikan “kemerdekaan” kepada bangsa Indonesia. Apalagi anggapan Jepang bahwa bangsa Indonesia adalah serumpun dengan Asia Timur Raya yang menjadikan Indonesia sebagai saudara muda bagi Negara matahari terbit (Jepang) tersebut. Dan untuk meyakinkan, ditambahkan lagi dengan siaran Radio dari Tokyo setiap sore hari disiarkan lagu Indonesia Raya yang di dengar lansung oleh para pelajar dan rakyat. Sehingga kaum pelajar kala itu sebagian besar sudah diakui dan di anggap sebagai lagu kebangsaannya.  

Dalam siaran itu juga Jepang mengajak rakyat Indonesia untuk bergandengan tangan dan bersama-sama melawan kolonial Belanda. Kemudian Jepang juga memberikan janji-janji seperti para politisi hari ini, seperti: ketika Jepang berada di Indonesia harga barang-barang dan keperluan sehari-hari murah (dibeli dan didapatkan). Jepang juga membandingkan bahwa konial belada ketika memasok barang dagangan di kenai biaya cukai dan pajak yang tinggi. Apalagi kalau Jepang menjabat dan menguasai Indonesia pasti semuanya akan lebih murah. Hal ini lah yang ditanamkan Jepang kepada rakyat Indonesia untuk membangkitkan rasa kebencian  mendalam yang mereka jadikan alat dan senjata melawan kolonial bersama-sama Jepang. Ini lah politik “mengambil hati” yang dilakukan Jepang sebagai alat propagandanya.

Berbicara tentang politik “mengambil hati” rakyat Indonesia tidak terselepas pada politik konserpatif dan ekploitasi yang merupakan hal yang di-penting-kan oleh kolonial Jepang. Sehingga pada saat menjalakan misi Tiga A tersebut agaknya lebih mulus dan tidak mendapatkan perlawanan dan kencaman dari rakyat Indonesia. Maka dengan misi Tiga A tersebut mampu menyentuh dan empati rakyat Indonesia bahwa Jepang sebagai “penyelamat” dan satu keturunan dari bangsa Indonesia. Hal ini lah yang kemudian membuat hati rakyat Indonesia merasa lebih dekat dan bersaudara dengan Negara Matahari Terbit sebagai “saudara Tua”. Nah, apakah ini benar adanya bahwa, Negara Indonesia dan Jepang adalah bersaudara? Apakah ini yang diinginkan oleh Jepang sesungguhnya? Mendekatkan tali persadaan antara Indonesia dan Jepang dengan satu tujuan Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia dan Jepang pemimpin Asia? Kalaulah ini benar adanya apa yang membuktikan bahwa Indonesia adalah bersaudara dengan Jepang?

Bagi saya tidak ada yang namanya persaudaraan antara penjajah dengan yang di jajah. Hal ini hanya intimidasi terhadap jajahan untuk kepentingan sepihak dan pamongplase antara keduanya. Barangklisa saja rakyat Indonesia tidak tahu maksud busuk dari penjajah. Mungkin di sebabkan oleh pengaruh kolonialisme Belanda yang mendotrinasi mentalitas rakyat. Sehingga ketika Jepang datang dan akan meberi perubahan, maka dengan sigap Jepang dapat diterima kehadirannya. Apalagi janji-janji manis Jepang yang menggiurkan. Hal ini membuat pemerintah meliter Jepang secara  perlahan-lahan  mulai masuk dan menyusup pada hal-hal yang elementer terhadap organisasi masyarakat Islam seperti NU, Muhammadiyah, PSI, PSII, MIAI yang pada saat itu adalah merupakan Federasi Islam terbesar. Namun ormas Islam ini mendapat campur tangan dari meliter Jepang dan pada akhirnya MIAI diganti menjadi MASYUMI oleh pemerintah meliter Jepang. Ini membuktikan bahwa Jepang tidak hanya masuk pada  simtem pemerintahan peninggalan kolonial Belanda tetapi juga ikut campur dalam urusan keagamaan. Bahkan Jepang juga meremajakan dan menghilangkan semua system yang telah ada, dan diganti dengan system pemerintahan militer Jepang yang otoriter.

Sementara, di sisi lain dalam propagandanya, pemerintah meliter Jepang atau Panglima Jepang (Gunseikan) juga mengutarakan misi dari Dai Nippon bahwa Indonesia sebagai “saudara muda” perlu dikasih sayangi. Kemudian memerintah meliter Jepang juga memerikan semboyan Hakhoo Ichiu (satu dunia satu keluarga), sehingga Jepang dengan sendirinya mulai melakukan desentralisasi kekuasaanya. Maka, pada dasaluarsa di siaran radio juga mulai tidak membolehkan adanya pengibaran bendera merah putih melainkan bendera Jepang (Himamura). Dan akhirnya radio juga banyak menayangkan lagu kebangsaan Jepang kemudian para pelajar yang mendengar diperintahkan untuk sujud sebagai penghormatan kepada Kaisar Negara matahari terbit. Apakah hal ini dapat diterima begitu saja oleh bangsa Indonesia? Apakah yang akan terjadi jika propaganda ini tetap berlanjut?

Sebagai bangsa yang besar dan mayoritas Islam maka umat Islam mulai bersatu dengan satu wadah politik dari gabungan ormas Islam yaitu Masyumi. Rencana Jepang ini adalah untuk memobilisasi umat Islam agar Jepang mudah dalam mengontrolnya. Nah, Indonesia pada saat itu dalam kegamangan dan kekacauan pasca kolonial Belanda. Sehingga dalam system kenegaraan pun telah di ambil alihkan oleh meliter Jepang.  Sebab Jepang telah mewarnai semua system yang telah ada sehingga, semua system birokrasi di bawah tekanan Jepang. Jadi, kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang untuk Indonesia bagaimana bentuk wujudnya? Kemerdekaan apakah yang akan di berikan oleh Jepang ke pada rakyat Indonesia?

Menurut saya, kemerdekaan itu sangat relatifansi pada kehendak bersama yang satu tujuan pada kebebasan mutlak. Kemerdekaan itu bisa di raih oleh setiap orang tanpa tergantung pada siapa pun termasuk pemerintah militer Jepang yang pada masa pendudukannya di Indonesia. Dalam hal ini lah demi cita-cita bersama para tokoh nasionalis memikirkan kembali janji kemerdekaan yang akan diberikan oleh meliter Jepang. Sebab kemerdekaan itu tidak mungkin diberikan begitu saja, tanpa ada perlawanan dan merebutnya dari para penjajah. Melihat dari kondisi arus politik Indonesia saat itu makin memuncak para ormas Islam berupaya melakukan perundingan dengan totok-tokoh nasionalis untuk mencapai cita-cita kemerdekaan bangsa. Sehingga dalam tataran ini menurut paham Jepang hal yang paling berpengaruh di Indonesia adalah Ulama, kaum Guru dan Pangreh Praja. Karena ketiga kelompok ini bagi Jepang adalah paling berbahaya bagi eksistensi Jepang. Maka hal ini cepat-cepat diatasi dengan mengumpulkan semua Ulama, para Guru dan Pangreh Praja dalam suatu wadah pelatihan kemeliteran yang induknya adalah Masyumi (Majelis Syuro Muslim Indonesia ). 

Tidak hanya berhenti di situ saja, para tokoh yang tergabung dalam Masyumi mulai giat melakukan aktifitasnya semenjak dikeluarkannya undang-undang no. 3 tertanggal 20 Maret 1942 oleh pemerintahan Jepang bahwa tidak di perbolehkannya membicarakan pembicaraan tentang pergerakan nasional, masa depan Negara Indonesia, lagu Indonesia Raya dan mengibarkan bendera merah putih. Semenjak itu juga para tokoh nasionalis yang membicarakan tentang pergerakan dilakukan penangkapan oleh memerintah Jepang. Ini menunjukan kepada kita bahwa Jepang telah mulai melakukan intimidasi yang sangat keras terhadap tokoh-tokoh dan masyarakat. 

Karena tidak terima dengan pemberlakuan oleh pemerintah Jepang maka para nasionalis seperti Soekarno menentang Jepang dengan mengkritik. Maka Soekarno di penjara karena mengkritik kekuatan fasisme Jepang. Dalam pengasingan Soekarno di Ende ke Bengkulu kemudian dipindahkan di Padang. Kekacauan terus bergulir dimana-mana. Rakyat semakin tertindas. Para tokoh dan nasionalis seperti Soekarno setelah keluar dari pengasinganya di batasi ruang geraknya. Sehingga ia harus melakukan ekstradisisme untuk menggagas kemerdekaan dan merebutnya dari para penjajah. Kerja keras ini diketahui oleh pemerintah meliter Jepang sehinga ia harus dipindahkan termasuk Hatta yang di sebut-sebut sepagai tokoh yang paling berpenganruh, karena latar belakang pendidikan mereka dari barat. Ini lebih menghawatirkan bagi pemerintah Jepang. 

Mengaetahui peristiwa tersebut yang mengancam bagi posisi jepang maka soekarno dan hatta di pindahkan dari negerinya sendiri yaitu ke Tokyo. Perpindahan Soekarno dan Hatta oleh pemerintah meliter Jepang adalah  untuk menghadap Kaisar Jepang sebagai persiapan kemerdekaan sekaligus menimba ilmu ketatanegaraan. Pertanyaannya kenapa mesti Soekarno dan Hatta yang mesti di pindahkan? Apa alasannya? Ada apa dengan Soekarno dan Hatta ini sebenarnya sehingga pemerintah meliter Jepang terlalu khawatir dengan tindak-tanduk mereka berdua yang mengancam eksistensinya Jepang? Siapakah Soekarno dan Hatta?


No comments:

Post a Comment