Wednesday, August 31, 2016

Wisata Halal : Wujudkan Minang Hahal Tourism

Komunitas Sosial Media (SosMed) Kota Padang, Sumatera Barat mendukung program dan konsep wisata 'Minang Halal Tourism' di Sumatera Barat. Komunitas Sosmed tersebut disiapkan untuk membumingkan wisata hahal tersebut. Hal itu disepakati dalam diskusi loloskan Minang ditingkat Nasional, kemudian Nasional yang akan memprosikan Minang Halal Tourism ke Dunia.

Didit P. Suntoso Kapala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumatera Barata mengatakan bahwa reposisi Sumatera Barat pengembangan potensi wisata menjadi sebuah gerakan yang perlu diperkuat promosinya. Sehingga melibatkan puluhan komunitas sosial media yang akan membatu mempromosikan wisata Minang Halal Tourism di dunia maya. Hal itu mengingat potensi anak muda dalam membangun jejaring sosial untuk membantu menggerakan wisata SumateraBarat di Sosial Media.

Kemudian lanjut dia, potensi pasar wisata muslim dunia begitu tinggi brandingnya. Selanjutnya, untuk mencapai minang menjadi wisata Minang Halal Tourism dengan menggaet pasar wisata muslim dunia, maka di sumatera barat sendiri tidak perlu memodivikasi denastivisata. Sebab di Minang, Sumatera Barat sendiri kekayaan alam, laut, air terjun, gunung dan wisata bawah laut telah memberikan warna dan keindahan tersendiri.

Apabila Minang Halal Tourism yang menjadi brand dan di kenal di Dunia maka pangsa pasar wisata muslim dunia bisa datang ke Sumatera Barat. Jika konsep wisata Minang Halal Tourism ini telah disiapkan dan maka masyarat akan mendapatkan manfaat. Minang akan lebih dahsyat lagi pertumbuhan ekonomi sumbar dan akan berdampak pada ekonomi masyarakat. Selanjutnya, pendapatan daerah pun juga akan meningkat, sebab, wisata muslim di dunia terutama negara-negara kaya minyak saat berkunjung suka berbelanja. Sehingga masyarakat minang bisa menjual di berbagai prodak khas minang itu sendiri.

Yopi Nursan, Latifa Consultan (halal tourism dan lifestyle) menurutnya untuk meningkatkan pangsa pasar Minang Halal tourism tersebut di Sumatera Barat sangatlah cocok dan telah sesuai dengan pilihan konsep wisata selama ini. Sebab, sebelum isu halal tourism di perkenalkan di tingkat dunia dan pangsa pasarnya terus mengalami peningkatan sehingga, sepatutunya Minang Sumatera Barat mengambil kesempatan itu. "Maka reposisi Sumbar mengembangkan potensi wisata, menjadi sebuah gerakan yang melibatkan anak muda dan komunitas sosial media untuk membumingkan 'Minang Halal Tourism'," ungkap saat diskusi di HW Hotel, Senin, 27 Juni 2016.

Kemudian, lanjut dia, di Sumbar tidak perlu memodivikasi untuk kesiapan wisata halal tersebut. Sebab, ada beberapa alasan kenapa sumatera barat atau minang telah siap menjadi pariwisata halal. Salah satu bukti minang halal turizem tersebut kesiapan masyarakatnya, hanya beberapa meter saja telah ada masjid, sehingga tempat ibadah dan res area perlu disiapkan. Selanjutnya sekmen pasar di sumatera barat juga tidak lebih kalah jika dibangkan Lombok menjadi wisata hahal, maka, posisi strategi sumbar dalam hal ini adalah wisata hahal.

Sementara itu, wisata hahal tersebut dapat didevinisikan lebih luas dan lebih sederhana serta mudah di pahami. Halal dengan artian yang di perluas seperti halal lagi baik dan boleh di perbuat atau sesuatu yang boleh dilakukan dan boleh dinikmati. Sebab selama ini hal yang paling di tunggu oleh masyarakat sumbar adalah konsep wisata yang pas. Sebab, di minang sendiri telah menganut 'adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah'. Artinya, untuk mengonsep wisata halal tersebut semua kalangan bisa terlibat dan berperan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan depatemen Agama dapat dilibatkan untuk mendiskusikan wisata halal tersebut.

Kemudian, standar halal di sumatera barat pada dasarnya apa-pun yang dimakan makanan biasa. Namun, hal itu tidak bercampur baur dengan yang tidak halal. Maka dengan sendirinya, standar halal tersebut pun dapat dijelaskan. Selanjutnya, untuk mendukung wisata halal di sumbar pada sektor sejarah minang juga dapat di jual dan budaya. Sehingga minang tidak akan kalah penting untuk di perhitungkan mengonsep wisata hahal. Sementara itu, wisata hahal tersebut adalah untuk menservis travelir turis muslim.


Sebenarnya wisata halal tersebut telah lama di mulai dan menjadi isu pangsa pasar dunia melalui wisata halal. Berbicara mengenai wisata turis muslim Asia Tenggara, singapura telah memulai, thailan, cina dengan petumbuhan turis muslim di dunia untuk wisata halal tersebut. Selanjutnya di Eropa, Prancis, Rusia, Timur Tengah adalah turis muslim terbanyak berkunjung ke wisata halal. Kemudian, ada tiga karakter turis muslim tersebut adalah, jika berkunjung ketempat disata dan negara yang dikunjungi memakan waktu selama 3 mingga sampai 3 bulan. Selanjutnya, turus muslim tersebut suka berbelanja dan jika turis muslim tersebut datang dengan jumlah yang banyak atau bergroup

Saturday, August 27, 2016

Bonsai Seharga 4,5 Miliar

Rabu, 5 Maret 2015 siang itu tampa direncana berkenalan sengan Komunitas Persatuan Pecinta dan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Sumatera Barat. Nonon kabarnya Komunitas PPBI ini telah ada sejat tahun 1990-an. Komunitas tersebut di gagas oleh Maman dari Pelindo dan lurah parak gadang. Semudian sejak berdiri komunitas tersebut sempat pakum.

Kemudian pada tahun 2003 komunitas PPBI Sumbar kembali eksis yang di pelopori oleh Warzinto Wadanlanut. Tak berapa kalama Warzinto, pindah tugas ke Jakarta, secara omomatis wakil ketua yang mengurus eksistensi komunitas PPBI yakni Efrizon.

Saat itu, penulis duduk santai di kedai kopi. Tanpa sengaja bertemu langsung dengan ketua komunitas PPBI. Efrizon lahir pada tahun 59 yang akrap di panggil Jhon yang berupakan ketua PPBI Sumbar. Komunitas PPBI Sumbar ini juga merupakan peserta yang ikut dalam meramaikan kemilau 16 tahun penulis yang jatuh pada 25 januari lalu.

Siang itu, Jhon bercerita banyak tentang pengalamannya mengenai kecintaannya terhadap bonsai. Selain itu, dia juga meluangkan waktunya untuk mengurus komunitas PPBI Sumbar. Selain sebagai ketua PPBI Jhon juga memiliki usaha Sibinuang Sati Bonsai Art Galery di jalan Adinegoro Kampung Lubuk Sejahtera Lestari Lubuk buaya tepatnya di depan kantor camat Koto Tangah Padang, Sumatera Barat.

Dia menceritakan proses pembuatan bonsai sesuai dengan Imajinasi gaya yang dibutuhkan. "Untuk gaya yang dibutuhkan dalam memperindah bentuk bonsai sesuai dengan disain yang di butuhkan. Atau  di sesuaikan ke inginan, apakah posisinya miring, melandai terserah kreasi masing-masing," katanya sebari memegang pipa rokok yang dimiliknya.

Dia melanjutkan, Untuk ketegori bonsai yang dapat berbumur panjang adalah dengan ciri-ciri berbatang keras. Pohon yang berbatang keras tersebut  dapat berumur panjang dan daunnya bisa mengecil. "Untuk umur pohon yang di jandikan bonsai tersebut tergantung cara kita merawatnya, apakah kita sabar dan peduli terhadap bonsai tersebut serta pasokan gizi yang cukup kemudian air yang cukup pula," lelaki yang mengenakan topi itu.

Jhon kemudia menyebutkan Bonsai timbulnya dari alam kemudian perilaku petani. Jika bonsai tersebut terjadi dengan sendirinya dalam artikata dari alam, maka kita hanya melakukan pemindahan saja kedalam pot. "Kalau di Sumbar ke biasaan petani kita, untuk merambah pohon dengan memancungnya. Kemudian pohon tersebut tumbuh kembali lalu di potong lagi. Nah, pohon tersebut setelah berulang-ulang di potong dengan sendirinya telah terbentuk menjadi monsai, sehingga kita hanya memindahkan ke dalam pot," sebutnya.

Tidak hanya proses pembentukan bonsai saja yang di ceritakan oleh Jhon namun sepintas asal muasal bonsai pun di sebutnya. Dia mengatakan Semula bonsai ini berasal dari Cina yang di kenal dengan Pen Ying artinya  pen (alam) Ying (pot)  'Alam dalam pot' atau yang dikenal saat ini Bonsai.

Seiring perkembangan zaman saat cina di jajah oleh jepang, ke kaisaran jepang merasa tertarik dengan bonsai. Sehingga kaisar jepang menginginkan bonsai tersebut. Sehingga lahirlah kata 'bonsai' berasal dari bahasa jepang. Bon (pohon) Sai (pot) artinya bohon dalam pot.

Pecinta bonsai memiliki filosofi 'semakin tega memperlakukannya, semakin berterimakasih bonsai terhadap kita' karena kodratnya alam itu adalah ke indahan. Maka bertambah cantik dan lebih elegan jika di jadi kan bonsai. Sebat tidak ada penyiksaan terhadap pohon karena di kerdilkan.

Kemudian, untuk pembeli bonsai itu sendiri kita sangat selektif. Karena untuk memiliki bonsai harus terlebih dahulu mencintai bonsai. "Jika tidak demikian maka, kita akan berfikir menjualnya," katanya sembari memaikan gesture tangannya yang lincah itu.

Keunikan bonsai tersebut dapat memambah pergaulan. Sebab hobi yang komplit di sertai dengan kesabaran. Karena untuk melatih kesabaran cintai lah bonsai terlebih dahulu. "Selain hobi bonsai juga bisa menghasilkan, sebab kisaran harga bonsai saat ini di atas Rp5 jutaan," katanya.


Selain itu, harga bonsai tertinggi dalam pameran di Jepang pada tahun 2013 terjual Rp 4,5 milliar. Sementara jenis yang dimiliki komonitas bonsai Sumbar sangat beragam. Diantaranya beringin, wahong, halaban, jeruk kingkit, hokianti, meten, strip plus, anting putri, gamai-gamai dan lain sebagainya

Sungai Tercemar : Usai Mandi Badan Gatal-Gatal

"Oi, capeklah bukak baju, mandi wak lae. den dulu mandi kabawah" begitulah cara komunikasi mereka sesampai di bibir sungai. Candra,10 merencanakan mandi-mandi ke sungai untuk mendinginkan badan. Siang itu, suara azan zhuhur sayup sampai terdengar berpadu dengan suara kendaraan yang lalu lalang di jalan dari arah Pasarraya menuju Mata air atau sebaliknya pada Minggu, 18 Desember 2015. Siang itu beberapa bocah mandi bertelanjang dada di batang air orang mengenalnya, Air Simpang Tigo, Jambatan Buai atau Jambatan Gantuang Kelurahan Mata Air, Kota Padang, Sumatera Barat.

Sesuai dengan nama dari Jambatan Gantuang atau Jambatan Buai yang banyak dikenal warga sekitar. Jembatan tersebut kini telah berganti dengan jembatan besi dan beton. Namun hingga saat ini nama 'Jemabtan Gantuan' itu masih tetap menjadi sebutan bagi masyarakat sekitar meskipun jembatan tersebut telah di revisi. Tempat pemandian di bawah Jembatan Gantung Simpang Tigo dulu dikenal dengan air yang sangat jernih dan bersih. Air sungai ini banyak di manfaatkan warga sebagai tempat pemandian warga sekitar yang dikenal istilah 'Tepian Mandi'. Tempat tersebut juga di gunakan untuk tempat menyuci pakaian warga sekitar.

Kini, air sungai tersebut tidak seperti air sungai beberapa tahun silam. Air sungai tersebut telah tercamar dan terlihat kumuh serta bau. Dulu, tempat tersebut menjadi pemandian warga, sehingga pada saat penggalian sungai tersebut untuk membersihkan oprit sepanjang sungai. Kemudian oprit sungat tersebut di semen dengan bebatuan sehingga oprit sungai tersebut tidak lagi ada. Maka di tempat pemandian itu pun kemudian sediakan jenjang atau tangga bagi masyarakat untuk turun ke sungai untuk mandi-madi dan menyuci.

Candra,10, Raihan,9, Restu,10, Ridho,10, serta anak-anak yang tinggal di Seberang Padang. Mereka merupakan teman-teman sebaya dan satu sekolah. Mereka sekolah SD 41 yang tidak berapa jauh dari tempat tinggal mereka. Kebahagian tiada tara, saat mengusilin teman-teman sebayanya sedang dilanda kesialan. Ketawa yang ngekeh dan iklas terpancar dari mata mereka dan serta mulutnya yang melebar saat tertawa. Saling pukul dan menertawakan menjadi hal yang biasa dengan teman sebaya.

Sementara teman-teman mereka yang lain sedang asyik mandi dan berenang di Aia Patamuan Simpang Tigo Jambatan Buai Mata Air. Mereka menyelam membenamkan kepalanya. Kemudian yang lain sibuk dengan senda-gurau dalam air dan bekerjaran. Sesekali mereka pun bertanding renang di atas air, entah gaya renang apa yang mereka gunakan saat bertanding ranang. Mungkin saja dalam olah raga berenang pun mereka belum mengenal istilah renang. Namun mereka telah melakukan dan mempragakannya, terlihat dari cara mereka mengusai air tampak telah mahir berenang. Canda gurau mereka juga dibarengi dengan menyiram dan memercikan air ke wajah sesama mereka. Mereka saling serang percikan air sembari tertawa dan sorak sorai. "Oi alah mah, sasak angok den," sebut salah seorang dari mereka sembari tertawa kecil.

Sementara menyusul teman-mereka yang lain bernama Candra, Raihan dan teman-temannya yang lain bersiap-siap untuk mandi. Mereka bergegas membuka baju untuk mendi karena telah sampai. Baju-baju serta celana mereka diletakkan secara tak beraturan di atas rumput. Ada pula yang menyangkutkan baju di pagar kebun warga bersebelahan dengan bibir sungai. Setelah membuka baju mereka langsung turun ke sungai dan mencebutkan diri ke dalam sungai.

Sorak-sorai mereka kegirangan di dalam air. Mereka mandi di sungai yang tenang berwarna hitam dan hijau lumut itu. Setiap tempat yang mereka injaki di dasar sungai warna hitam bumpur pun mengepur ke dasar air. Bersama gelembung-gelum air yang kecil seperti busa sabun. Mereka tetap saja kegirangan mandi-mandi di sungai tersebut.

Sesekali mereka keluar dari dalam air dan bertengger di oprit sungai yang telah bersemen itu untuk beritirahat sejenak. Perutnya yang terlipat kembang kempis menahan sesak nafas usai berenang. Mata mereka yang memerah dan sesekali ingus pun keluar. Mereka juga tampak batuk-batuk saat air mandi kerena terteguk air.

Sementara di kulit air masih banyak popok bayi yang mengapung hayut secara perlahan dan sampah-sampah plastik. Sesekali mereka pun berusaha menyiram dan mendorong sampah tersebut ketepi, sehingga sampah tersebut tidak mengarahkan pada mereka yang sedang asyik mandi-mandi. Kemudian dereka juga menguak air dan menciptakan gelombang untuk mengisir sampah beserta lumut yang hanyut di bawa arus.

Bibir mereka telah pucat pasi karena dingin. Badannya yang hitam mengkilat basah oleh air karena sinar mata hari yang menguning akibat tertutup asap. Sementara kelana dalam mereka yang sompong basah dan berlumut saat mandi-mandi menutup aurat.

Candra,10, siswa kelas V SD Seberang Padang ini mengaku hampir setiap hari madi ke sungai. "Sering saya dan teman-teman madi di sungai ini. Terkadang usai main sepak bola kami mandi-mandi. Terkadang usai main sepak bola kami mandi-mandi. Kami lebih sering mandi di bawah sebatan ini karena dasar sungai telah di semen dan bersih," katanya.

Raihan,9, siswa kelas IV SD ini mengaku mendi disungai ini karena menurunta air sungai tersebut bersih. "Enak mandi-mandi di sungai karena airnya bersih. Kalau di tempat persimpangan itu airnya kotor dan berbau lumpur. Makanya kami mandi di sini lebih atas dari simpang tigo pertemuan air," akunya sembari menggaruk ketiaknya.

Dia menyebutkan mandi disungai asyik karena bisa berenang. "Bisa manyiram kawan. Pacu ba ranang. Beko siap mandi pai main-main liak. Main bola-kaki dengan anak sebelah. Siap mandi pulang karumah lai makan, litak paruik. Mandi kadang gata-gata, banyak sarok anyuik," sebutnya.

Kepada penulis mereka barkata mandi-mandi di Batang Air Simpang Tigo Jambatan Gantuang itu hampir setiap hari. Usai mereka mandi-mandi di sungai tersebut mereka kemudian melanjutkan dengan kesibukan yang lain. Mereka juga melengkapi dengan bermain bola kaki. Kebahagian yang sempurna dari cara bergaul di antara mereka hingga mereka hilang dari pandangan mata.

Sementara anak-anak kelompok yang lain usai berenang dari dalam air asyik pula bermain di sela-sela batu besar. Disela-sela batu besar tersebut banyak sampah yang terjepit. Namun bocah-bocah tersebut tetap saja bermain sembari mecari sampah plastik bekas. Ditangan bereka ada sampah minuman gelas yang di gunakan untuk menangkap anak ikan yang ada di sela-sela bebatuan. Mereka saling bahu membahu untuk menangkap anak ikan yang mereka temui di sela bebatuan tersebut.

Mereka masih bertelanjang dada dan ada pula yang mandi telanjang tanpa mengenakan basahan. Mereka masih kanak-kanak dan berumur belia itu belum sunatan rosul. Sehingga saat mereka mandi bertelanjang pun tampa memiliki rasa malu di lihat orang dewasa. Sementara baju mereka dititipkan bersilempangan di rajut batu-batu. Orang-orang menyebutnya dengan tambalun yang berguna untuk menahan oprit agar tidak runtuh di bawa arus sungai. "Alah pulang lai, bakai baju" sebut salah seorang di antara mereka. Indak cuci dulu celana dalam ang, kumuah mah" sambut salah seorang dari mereka.

Ritel Saham Indonesia Didominasi Asing

75 persen ritel saham Indonesia didominasi oleh asing. Hal itu disebabkan belum banyak masyarakat yang mengerti terhadap investasi dan menabung saham. Wacana tersebut disampaikan pada seminar pasar modal "Yuk Menabung Saham untuk masa depan yang lebih baik," di Universita Dharma Andalas, jalan Sawahan no 103 A, Simpang haru, Kota Padang, Sumatera Barat, Jumat, 17 Juni 2016.

Reza Sadat Shahmeini Kepala Kantor Perwakilan Padang PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan hari ini ada kegiatan galeri infestasi PT Bursa Efek Indonesia di Universitas Dharma Andalas, kemudian dilanjutkan dengan seminar, "Yuk Nabung Saham, untuk masa depan yang lebih baik," dengan mengajak mahasiswa paupun dosen civitas akademik Unidha untuk turun nabung saham, galeri BEI yang ke 188.

Kenapa sasarannya adalah mahasiswa, sebab mereka merupakan genesi bangsa yang menjadi pengusaha di mendatang meskipun nantinya menjadi pegawai namun mereka menjadi pengusaha. Tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai pasar modal. Kedepannya untuk pertumbuhan pasar modal mereka tidak akan canggung lagi sehingga pasar modal lebih jauh berkembang.

Ia menyebutkan bahwa Pertumbuhan pasar modal di Indonesia sendiri 75 persen di dominasi oleh asing, karena 525 saham-saham perusahaan yang tercatat di bursa sekarang masih komposisi pemegang saham tersebut masih di domiinasi oleh asing. Namun, kita akan terus melakukan sosialisasi termasuk program menabung saham ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia, Sumatera Barap pada khususnya. "Sehingga kedepan masyarakat kita mau memilih pasar modal sebagai alternatif untuk berinfestasi. Komposisi saham kedepannya tentu bisa lebih berimbang antara lokal domestik dengan asing," sebutnya.

Sementara itu, Susy Meilina, Direktur Utama PT MNC Securities mengatakan bahwa TP MNC Securites investasi Bursa Efek Indonesia yang ke 20 dengan mengarap para mahasiswa. Sebab, mahasiswa merupakan generasi masa depan suatu bangsa. Karena warnes pasar modal BEI sangat lambat dilakukan, sehingga belum bisa memasuk pada generasi atau pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk berinvestasi. "Saat ini OJK telah masuk kepada pelajar SMP. Meskipun demikian, untuk kalangan mashasiswa sendiri masih banyak yang tidak mengetahui investasi saham di BEI," katanya.

Ia menjelaskan sosialisasi BEI tersebut dilakukan dan masuk ke universitas karena mereka dari segi umur telah memilik kartu tanda penduduk (KTP). Sebab, syarat untuk berinvestasi untuk openingnya harus memiliki KTP. "Jika investasi saham BEI dimasukan dikalangan pelajar sulit untuk dijangkau, sebab mereka tidak memiliki KTP. Kemudian, persyaratan yang diminta oleh OJK pun agar melengkapi dengan nomor pokok wajib pajak (NPWP). Jadi, kenapa kita mengajak pelajar untuk unkut berinvastasi sedangkan kalangan mahasiswa saja belum," katanya.

Kemudian, lanjut dia, 3500 universitas yang ada  namun bursa ini baru 188, seharusnya disetiap universitas ada galeri investasi. Sesuatu yang tidak mungkin bagi masyarakat untuk berinvestasi pergi ke Jakarta. Namun, jika geleri ini telah ada di setiap uversitas maka, mereka bisa berivestasi di gelevi investasi terderkat seperti di perpustakaan. Selanjutnya, yang menjaga galeri tersebut juga dari teman mereka sehingga lebih akrab dan lebih gamblang.

"Jika mereka masih ragu-ragu tentang investasi, mereka langsung bisa bertanya kepada yang menjaga geleri tersebut. Karena masih dalam lingkungan mereka, sehingga mereka bertanya lebih santai dan lebih akrab," lanjutnya.

Ia menyebutkan bahwa kenapa saat ini 75 persen ritel saham di dominasi oleh asing karena hingga saat ini belum banyak masyarakat yang mengerti terhadap menabung saham tersebut. "Etbritritym kita 10 tahun terakhir diatas 25 persen. Hal ini merupakan suatu capainya atau pilihan investasi yang sangat luar biasa karena masyarakat telah berminat untuk berinvestasi dan menabung saham. Kita akan konfer dengan bank, deposito, tabungan dan sebagainya tetapi yang banyak mengetahui adalah asing," katanya.

Dekan Fakustas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas mengatakan bahwa peremian Galeri Investasi BEI-MNC Securities, unidha itu sendiri kerjasamanya datang dari geleri. Kemudian dari perguruan tinggi sendiri tentu kami ingin mengambil kesempatan yang luar biasa. Karena di kota padang sendiri hingga saat ini hanya ada 6 perguruan tinggi yang memiliki geleri investasi.

"Nah karena masuk di Unidha ini sendiri tentu lebih bermanfaat bagi mahasiswa. Selama ini mahasiswa tidak begitu paham bagaimana proses dari pada bersaham di pasar saham tersebut. Sebab, selama ini mereka hanya mendapatkan teori di bangku perkuliahan," katanya.


Kemudian, lanjut dia, dengan masuknya gelesi investasi mahasiswa akan lebih mengenal dan mengentahui pergerakan pasar saham, bagaimana merena membeli saham dan menjual saham. "Makanya, sejak bangku kuliah ini mereka diperkenalkan bagaimana berinvestasi. Disamping itu, dengan adanya geleri ini diharapkan mahasiswa dapat berinvestasi dan menabung saham. Kalau sebelumnya mereka hanya menabung di bang dan pergerakannya sangat lambat sekali. Dengan manabung saham ini tentunya mereka berfikir untuk masa depan. Pada akhirnya tidak hanya mahasiswa saja, juga akan melibatkan dosen," lanjutnya.

Thursday, August 25, 2016

Lubang Tambang Mbah Soero Diperpanjang Dilengkapi Geleri dan Multi Media



Selasa, 23 Agustus 2016 jarum jam menunjukan pukul 09.55 seorang lelaki baya tambak duduk di warung yang bersebelahan dengan Infobox Lubang Tambang Sugar Tunnel Soegar. Lelaki yang mengenakan sepatu bot dan memakai pakaian dinas duduk meminum teh talua. Lelaki itu diketahui bernama Sudarsono akrab disapa Kiplik, 42, warga jalan Tansi Baru Kelurahan Tanah Lapang Kecamatan Lembang Segar Kota Sawahlunto. Ia merupakan pemandu wisata yang masuk tambang Sugar Tunnel Soegar yang di kenal dengan nama Mbah Soero atau Mbah Suro.

Sembari menunggu pengunjung, pria itu tampak duduk santai dibawah payung yang disediakan oleh pemilik warung bersebelahan dengan infobox. Hanya beberapa menit saja, pria itu didatangi oleh beberapa orang tamu yang keluar dari gedung infobox. Tamu tersebut telah memakai helm dan sepatu bot layaknya pekerja tambang. Pria tersebut langsung memadu wisatawan untuk masuk kelubang tambang mbah soegar. 

Sesampai pada pintu masuk tambang pengujung mulai diberikan arahan dan pengetahuan dasar sejarah tambang. Pamandu menjelaskan dengan diteil kepada pengunjung bahwa jenjang penuranan yang diinjak pengunjung saat ini merupakan rel untuk lori pengangkut batu bara. Namun setelah direvitasisasi rel tersebut diganti dengan jejang agar mudah dilewati pengunjung.

Pengunjung mulai menuruni beberapa tangga hingga beberapa metel kedalam tambang bawahtanah. Surasa-ruasa bising menggema nan menakutkan. Selain itu, suara tetesan air yang menetes dari atap lubang juga terjengar sangat jelas. Termasuk suara ceruk air yang meleleh dari dinding lubang tambang ke selokan kecil yang mengalir disela-sela jejang.

Sementara dinding lubang tambang di banyak kapur yang menempel, sebab batu bara mengandung kapur digerus air yang mengalir pada dinding lubang tambang. Dibawah caha lambu remang-remang tambang itu para pengunjung banyak tanyajawab dengan pemandu (gued). Mereka pun tak lupa mengabadikan memont wisata tambang dengan selfi menggunakan gadget masing-masing. Dalam juga tampak beberapa kamera disi CCTV yang menempel di pada atap lubang. Kabel-kabel pun membentang panjang menempak pada lubang serta pipa blower berwarna kuning untuk sirkulasi udara.

Kiplik menyebutkan bahwa untuk menjadi wisata tambang telah di buka sejak 23 April 2008, kemudian awal dibukan tambang tersebut bulan Juni 2007. Lubang tersebut digali sejak tahun 1898 oleh Kolonial Belanda dan telah beroperasi untuk memproduksi batu bara. Kemudian pada tahun 1932 tambang yang terletak di daerah Sugar tersebut di tutup dan tidak beroperasi, melainkan pindah pada bagian utara untuk tambang dalam dan tambang terbuka.

Alasan tambang tersebut ditutup karena rembesan air yang cukup tinggi, kemudian sebagai stok atau cadangan batu bara bagi kolonial Belanda. Sebab sewaktu membuka lubang tambang dipenuhi oleh air. Kemudian air tersebut dikeluarkan dengan disedot menggunakan mesin pompa. Saat ini pengunjung baru bisa dibuka untuk umum hanya level I.

Tambang yang memiliki kedalaman 30 meter dari dasar tanah dengan panjang 186 meter dan berdiameter lubang selebar 180 cm. Kemudian untuk udara dalam tambang tersedia dan ditambah dengan mesin blower. Sebelumnya, lubang tambang tersebut memang terasa agak pengap karena batu bara, sebab sirkulasi udara tidak ada. Meskipun tampa blower tetap aman, karena lubang tambang ini menjadi objek wisata maka ditambah dengan mesin blower. Sebab, pengunjung masuk dalam lubang tambang obejek wisata sekitar 20 orang.

Untuk memasuki kedalaman tambang bagi wisatawan juga mendapatkan pengetahuan tentang sejarah terutama dalam hal pembuatan tambang dalam. Kemudian sistem penyanggahan yang dibangun oleh Belanda, hingga bisa kuat dan bertahan dikedalaman. Semetara itu, pada masa pemerintah Kolonial Belanda, tambang tersebut juga dilengkapi dengan sirkulasi udara dengan mesin blower terlihat dari pipa peninggalan yang masih tersisa hingga saat ini. Pada saat tambang tersebut dibuka masih ditemukan beberapa meter kabel listrik dalam tambang dan keasliannya masih terjaga serta tidak merobah dari bentuk aslinya.

Penyanggah lubang yang digunakan rufboolting yang terbuat dari tembok dan batubata. Meskipun ada pemabahan terhadap beberapa titik sistim penyanggah untuk menjaga lubang tambang agar lebih kuat. Kemudian, lubang tersebut mempunyai beberapa buah pintulasi. Namun yang dibuka hanya dua pintulasi saja pada level 1 dan diperbolehkan wisata tambang masuk untuk berkunjung, meskipun lubang tersebut memiliki beberapa level dan diperkirakan ada 6 level kebawah. Selanjutnya, panjang lubang untuk satu level bisa mencapai panjang kilometer. "Pemerintah berencana akan membuka lagi lubang tambang sepanjang 800 meter dan telah dilakukan survei sejak bulan November-Desembar 2015 lalu," ungkapnya.

Ia menyebutkan lubang tambang tersebut, Kolonial Belanda mendatangkan para pekerja paksa yang terdiri dari tahanan diseluruh Indonesia seperti Medan dan Jawa. Para tahanan tersebut dipekerjakan guna untuk menghemat biaya produksinya, sehingga para tahanan kriminal dan tahanan politik lebih kurang dari 6.000 orang dijadikan sebagai pekerja paksa atau lebih dikenal Manusia Rantai.

Orang rantai tersebut merupakan para tahanan yang menentang pemerintahan Kolonial Belanda dan bersalah kepada pemerintahan. Mereka dirantai karena perekrutan pekerja tambang tersebut merupakan tahanan. Agar mereka tidak kabur dan melarikan diri sehingga para tahanan dengan masa tahanan 10 tahun hingga 20 tahun tersebut dirantai. Kemudian disamping orang rantai juga ada buruh kontrak dan penempatannya pun dibagi. Sebagian bekerja di daerah Sugar dan sebagian lagi Sei Durian untuk mengambil batu bara.

Meskipun para tahanan atau pekerja paksa tersebut tetap dibayar upahnya. Hanya saja upah yang diterima tidak minim dan tidak sebanding. Para pekerja paksa tersebut mendapat upah dari pemerintah Kolonial Belada di bayar 7 sen. Namun, upah yang diterima oleh pekerja paksa hanya 5 sen karena ada pemotongan biaya penjara yang dibebankan.

Sementara itu, untuk pekerja kontrak dibayar penuh oleh pemerintah yakni 7 sen. Kecuali bagi pekerja paksa hanya dibayarkan 5 sen sesuai ketentuan. Hanya saja pekerja paksa tersebut juga diberikan kesempatan untuk bekerja jika ingin bekerja apabila masa tahanannya dan hukumannya telah habis. Maka statusnya pun akan menjadi pekerja kontrak. Kemudian ada pula keperja paksa tersebut pulang kekampung halamannya. Kemudian ada pula yang melarikan diri dimasa tahanannya belum habis.

Kemudian, penjara para tahanan tersebut hingga saat ini masih ada di Balai Diklat Tambang khusus pejara orang rantai. Penjara tersebut terdiri dari dinding kaca dengan tinggi diperkirakan 7 meter hingga 12 meter. Sehingga tahanan tidak bisa bersandar memanjat untuk melarikan diri. Sebab dinding tersebut terdiri dari bling kaca yang ditempel.

Biaya masuk wisata tambang tersebut pengunjung dibebarkan biaya Rp 8.000 perorang. Kemudian pengunjung sebelum masuk lobang, diberikan perlengkapan untuk sefti. Pengunjung harus memakai spatu bot tambang dan menggunakan helm. Pengunjung diharuskan memakai helm karena standar orasional prosedur (SOP) masuk tambang harus ada. Sebab dalam lubang tambang banyak terdapat penyanggah yang rendah sehingga besar kemungkinan kepala pengunjung akan terbentur. Untuk pengamanan kepala agar tidak terbentur pengunjung diharuskan memakai helm.

Meskipun sebelumnya pengunjung dilengkapi dengan baju untuk mesuk objek wisata tambang, terkadang karena baju tersebut sering gonta-ganti dan dipakai banyak orang sehingga banyak pengunjung yang tidak mau mengenakan pakaian wisata tambang tersebut. Kemudian, untuk masuk wisata tambang pengunjung tidak diperbolehkan membawa korek api dalam tambang untuk antisipasi sefti. Selain itu, pengunjung juga tidak dibenarkan membawa makanan kecuali air mineral.

Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi pengunjung yang ingin memakai pakaian wisata tambang tersebut karena pakaian tetap tersedia. Sementara itu, daya minat wisatawan masuk ke wisata tambang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengunjung rata-rata setiap bulan berjumlah 1300 orang pengunjung. Hingga mencapai 2000 orang pengunjung jika hari libur. Pengunjung didominasi dari wisatawan lokal, luar kota dan manca negara bahkan wisatawan luar negeri, seperti Belanda, Vietman, Malaysia.

Wisatawan Belanda tersebut berwisata ke lubang tambang mbah Soero tidak melakukan riset melainkan untuk mengingat kembali kenangan semasa kakek-neneknya pernah di tambang. Jadi, turis tersebut mendapatkan pengetahuan tentang tambang dari kakek-neneknya. Ada sebagian foto-foto tempo dulu yang ada di musium merupakan hibah darinya.

Yendra Fitri, Kepala Kantor Museum Goedang Ransoem menyebutkan bahwa lubang mbah suro tersebut merupakan lubang tambang bawah tanah yang pertama di Sawahlunto pada masa penambangan batu bara periode awal dan termasuk di terowongan Sugar (Tunel Soegar). Sebetulnya penamaannya berasal dari lubang Sugar. Untuk nama lubang mbah Soera, diidentikkan dengan Soegar, berada di Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto. Jadi dulu Kolonial Belanda tidak kenal dengan Lembah Sugar.

"Jadi lubang mbah Soero tersebut merupakan nama lubang yang pernah ditutup pada zaman Belanda. Lubang tersebut ditutup karena ada anggapan bahwa ada kandungan gas. Setelah ada identifikasi terlebih dahulu ternyata gas metan tersebutk tidak terindikasi. Mungkin ada  alasan tersendiri bagi Kolonial Belanda untuk menutup lubang tersebut. Maka ditahun 2007 mulai dibuka, dibersihkan dan direvitalisasi sehingga bisa di kunjungi," katanya.

Kemudian dari segi pengunjung dua tahun belakangan target PAD yang ditetapkan dan melebih target. Jika di persentasekan mencapai 198 persen. Maka jika kunjungan pertahun di rata-ratakan perhari pengunjung sebanyak 300 orang. Memang ada pada hari libur hanya beberapa orang tertentu perhari 75 orang. Jika hari libur bisa mencapai 600 orang perhari.

"Pendapatan ditarget Rp80 juta kemudian dianggaran perubahan dinaikan lagi menjadi Rp120 juta. Namun pencapaian Rp198 juta pada tahun 2015 lalu. Jadi, untuk lubang mbah suro dan gudang ransum tersebut tidak perlu eksplor lagi, semua orang sudah mulai mencari. Sementara PAD tahun 2016 sebesar Rp125 juta. Hingga bulan Agustus ini PAD kita telah menjacai 75 persen target," tuturnya.

Ia menjelaskan program kedepan telah dianggarkan besmen penataan eterior dan suasana dengan pemanfaatan multi media. 2017 peralatan dilengkapi, khususnya gudang ransung dengan disain pengunjung terlebih dulu masuk ke besmen untuk dibawa ke suasana seakan-akan berada di dalam tambang. Pengunjung diarahkan ke bawah seperti serasa ditambang, nanti akan memakai alat multi media. Kemudian apa bila disentuh maka akan muncul informasi dan sejarah Sawahlunto, sejarah tambang, profil kota Sawahlunto. Peralatan multi media tersebut akan diletakkan pada spot-spot tertentu.

Untuk penataan interior menghabiskan anggaran Rp1 Miliar, kemudian tahun 2017 dianggarkan sebesar Rp4,5 Miliar untuk pengadaan multi media. Jadi akan diwujudkan pada besmen adalah geleri pustaka yakni seluruh perpustakaan dan galeri kota Sawahlunto akan ditampilkan di multi media maupun berbentuk bangunan. Kemudian pada lantai atas akan dibuat susana menjadi tiga dimensi, mengan membuat animasi. Jika dihidupkan alat multi media seakan-akan pengunjung berada dimasa zaman Kolonial Belanda sedang ada aktifitas memasak, seakan-akan ada uap panas. Selanjutnya, pada lantai paling atas akan dibangun maket-maket dan miniatur kota Sawahlunto.

Lubang Mbah Souro direncanakan akan ada penggalian dengan penjang lubang mencapai Masjid Nurul Islam Mudiak Aia. Kemudian, setelah dilakukan kajian terhadap lubang tambang melalui penggalian lubang saja. Namun dilengkapi dengan peta lubang tambang dari peninggalan Kolonial Belanda, kemudian zaman PT Bukit Asam tidak ada peta yang menggambarkan lubang tambang mbah seoro tersebut sampai ke masjid.

Nah, namun karena penasaran di masjid ada banker diperkirakan ada semacam terowongan diperkirakan akan menyambung ke lubang mbah soero. Setelah melihat dari peta dan penggalian tidak ada tanda-tanda yang membuktikan bahwa lubang tersebut sampai di masjid. Lubang tersebut hanya mentok sampai di gereja. Jika dilihat berdasarkan teknisnya maka lubang yang ditutup tersebut jika dipukul tidak menimbulkan gaoung bunya yang menandakan ada lubang tambang. Kemudian setelah dilakukan penggalian, ternyata ada seruntuhan. Mungkin saja inilah salah satu alasan bagi Kolonial Belanda menutuplubang tambang tersebut karena ada runtuhan.

Kemudian, direncanakan ada penambahan lobang tambang yang dibuka untuk umum bagi wisatawan, namun hanya bagi kalangan tertentu saja. Jika lubang tambang tersebut direvitalisasi maka untuk lansia dan anak-anak dimungkinkan tidak diperbolehkan. Jika tambang yang panjang 100 meter panjang akan dikembangkan tersebut hanya diperbolehkan sekedar untuk studi dari segi pertambangan, kemudian aktifitas tambang, hal itu menjadi rencana awal dan manual. Namun setelah dilakukan konsultasi apa yang direncanakan kepada konsultan yang menangani mulit media, maka tahun depan tidak dimungkinkan untuk dibuka level 2 karena lobang masih banyak mengandung air. Berdasarkan pengalaman yang ada diwisata tambang negara luar, untuk pemasangan alat hanya bisa enam alat.

Sementara itu, lubang mbah Soero ini bisa dipasangkan alat sebanyak tiga buah alat dengan pemasangan barkot di lubang. Sementara alat yang lain dibawa oleh pengunjung, jaka adat tersebut bersentuhan dengan alat yang dilobang akan keluar sejarah lobang, seperti suasana lori penambang yang lewat dan akan menabrak pengunjung atau suasa bunyi-bunyi tambang. Meskipun sebelumnya pernah direkam dan dibuatkan suara penambang secara manuar namun tidak pernah dibuatkan suara tambang tersebut secara manual namun tidak menyatu.

Jika nanti telah terpasang alat tersebut, maka kita tidak membutuhkan banyak tenaga karena suasana dan alat yang dipakai telah bisa menginformasikan. Jika perlu peralatan tersebut terbagi kedalam dua bahasa, jika tamunya bule bisa memakai alat yang berbahasa inggris. Jadi, wisatawan tidak membutuhkan informasi dari gaet. Karena kemampuan untuk memahami seluruh sejarah tambang dan kapasitas tenaga yang dimilikipun akan lebih susah. Sebab, jika telah dua kali gaet masuk lubang tentu untuk ketiga dan keempat kali tidak memungkinkan karena sangat menguras tenaga.

Kemudian, jika memakai alat tersebut pengunjung akan bisa lebih ditambang untuk menggali informasi dari multi media tersebut, jika pengunjung menginginkan informasi lebih banyak.

Di kota Sawahlunto diperkirakan ada sebanyak 40 ribu jita ton lagi baru bara di kota Sawahlunto. Berdasarkan infomasi dari PTBA batu bara tersebut berada pada tambang bawah dalam. Jika dikaji dengan biaya operasional dan biaya produksi tidak menguntungkan bagi perusahaan makanya menurut informasi pada tahun 2019 mereka akan menututup tambangnya di kota sawahlunto. Mungkin mereka akan fokus untuk menjaga aset yang ada. Sementara itu, aset masih dikuasai oleh PTBA, karena aset yang manfaatkan pemko saat ini berstatus ada yang sewa pakai dan ada sewa pimjam pakai.
 
Halimah, 40, Oktarina dan Desi Yani, pengunjung dari Padang mengaku dirinya sendang bisa masuk kelubang mbah soero. "Kita diberikan pengetahun dan penjelasan tentang sejarah tambang melalui pemandu. Sebelum masuk tambang kita dipinjamkan sepatu bot dan helm untuk mengamankan kepala. Serasa menjadi pekerja tambang jadinya," ungkap Halimah.

Ia mengaku baru pertamakali manikmati wisata tambang mbah soero. "Kita masuk tambang ini karena penasaran seperti apa bentuk didalamnya. Ternyata dalam tambang tersebut dinding lubangnya adalah batu bara yang masih  utuh. Kita masuk hanya pada level 1 saja kedalaman 30 meter," akunya.

Sri Neni, Alex dan Thu,45, merupakan wisatawan dari Vietnam mengatakan bahwa dirinya menikmati wisata tambang. "Puas, indah sekali," sebut Thu dengan bahasa Indonesia. Thu merupakan pekerja tambang dinegaranya, ia sedang liburan dengan keluarga menikmati keindahan kota tambang.

Tingginya daya minat wisata tambang kota Sawahlunto memberikan dampak positif pertumbuhan ekonomi masyarakat disekitar lokasi tambang Mbah Soero. Banyaknya pengunjung datang berwisata dapat mendongkrak perekonomian pedagang disekitar lokasi obejek wisata karena wisatawan banyak berbelanja.
Darman Syah, 70, menyebutkan bahwa banyaknya pengunjung yang datang kemusium juga berpengaruh pada pendapatan. "dengan banyaknya wisatawan hadir kemuseum ini, juga menambah penghasilan saya. Pengunjung banyak yang berbelanja saat datang ke musium," katanya.

Apalagi saat hari libur, ungkap dia, pengunjung datang berombongan menggunakan bus pariwisata. Mereka juga singgah untuk berbelanja membeli minuma. "Semoga selanjutnya bisa seperti ini terus hingga dapat menambah perekonomian kami yang berdagang disekitar sini," harapnya.

Wednesday, August 24, 2016

Latah, Tetap Mempertahankan Budaya



Kerlap-kerlip lampu kota membias dijalan pada aspal jalan yang basah usai hujan sore itu. Azan maghib telah dikumandangkan, imam shalat telah membacakan salam tanda shalat masgrib selesi, tertengar jelas dari corong pengeras suara mesjid tidak jauh dari kantor dinas Pariwisata Kota Sawahlunto.

Hujan rinai masih turun, beberapa kawan tampak duduk minum kopi Adril, yang akrab disapa mbah BW. Mereka menikmati dinginnya senja saat hujan masih turun. Jam menunjukan pukul 19.00, Rabu, 27 Juli 2016. Senja itu, Penulis bertemu dengan beberapa orang pemuda diwarung kopi sembari menikmati pemandangan lampu kota arang senja itu.

Kehidupan masyarakat kota Sawahlunto pada umumnya sejahtera, sebab ketika pekerja PT Bukit Asam dipindahkan ke tanjung angin mereka meninggalkan budaya yang sampai saat ini masih terawat. Masyarakat kota Sawahlunto itu ibaratkan seperti jamur, mereka buntuh dan tumbuh. Kehidupan yang bersaing sangat tinggi atar sesama, namun persaingan secara sehat dan positif.

Kecenderungan masyarakat terutama anak muda di kota Sawahlunto ini kebanyakan latah dan ikut-ikutan. Mereka sering nongkrong, secara bersama-sama tanpa ada tujuan yang jelas. Mereka juga sangat cuek dan santai dengan lingkungan yang ada. Kebanyakan anak muda suka berleha-leha menghabiskan waktu bersama-sama sampai larut malam.

Anak muda saat ini suka berondoh-ondoh atau pergi berduyun-duyung ke suatu tempat. Misalkan ada warung yang baru buka, dan banyak didatangi pengunjung. Apalagi menonton bola di siaran televisi mereka juga datang beramai-ramai.

Melihat kondisi tersebut pasti ada pula masyarakat membuka warung yang sama dengan menu yang sama. Sehingga sampai pada akhirnya warung yang pertama tersebut menjadi lengang, karena pelanggannya terbagi. Meskipun demikian, masyarakat tetap hidup rukun dan damai tanpa ada cikcok.

Selain itu, dari segi agama juga bisa hidup berdampingan. Hal itu diungkap Riano, 30, warga Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar menyebutkan budaya yang masih dipakai tersebut misalnya seseorang membuka usaha menjual kain, jika kain tersebut di pasaran katakanlah di jual Rp 100 ribu. Sesampai di kota Sawahlunto kain tersebut di jual Rp150 ribu atau Rp200 ribu pasti akan dibeli. terpenting menurut mereka ada.

"Jadi, gaya hidup masyarakat di kota ini ada, harus ada. Bisa dikatakan mereka bersaing untuk memdapatkan suatu barang, namun mereka latah atau ikut-ikutan. Yang terpenting bagi mereka adalah mereka memiliki barang yang mereka inginkan tersebut, tidak mempersoalkan harganya," sebut rian.

Ia mengakui persaingan dan gaya hidup masyarakat di kota ini sehat. Sebelumnya, di kota Sawahlunto ini ada yang membuka usaha warnet, kemudian anak muda ikut berduyun main warnet, sehingga warnet menjadi ramai. Melihat kondisi seperti itu, pengungasaha yang lain juga ikut membuka warnet.

Setelah warnet, masuk Wifi id orang pada beralih dan memburu Wifi id sehingga warnet menjadi lengan karena orang telah banyak memakai wifi id. Meskipun demikian, warnet tetap bertahan dan tetap berjalan, namun tidak se ramai yang dulu. Tapi pengusaha tersebut tidak ingin membanting stir untuk membuka usaha yang lain pula. "Siap kuat, maka ia akan bertahan. Seperti itulah istilahnya," ungkap rian saat di temui di warung kopi.

Hal serupa juga dikatakan Jesi Prima, kecenderungan masyarakat serta anak mudanya terlihat santai, cuek, dan suka berleha-leha. Dikota ini juga banyak komunitas dan anak nongkrong, seperti klub motor, komunitas seni, komunitas budaya dengan kajian kebudayaan atau kebiasaan, tidak lagi seni, termasuk komunitas sosial. "Kalau hubungan agama di kota Sawahlunto ini lebih aman dan lebih nyaman dibandingkan kota-kota lain. Kami bisa hidup berdampingan dan saling menghargai," katanya sembari menyeduh kopi hangat yang baru saja sampai dimeja duduknya.

Masyarakat disini memang cuek, misalkan saja sehebat apa-pun artis papan atas yang manggung di sini paling mahal untuk memberikan tepik tangannya. Karena begitu cueknya masyarakat di kota ini. "Tepuk tangannya mana? Sampai Armada komplen ketika itu dan dikatakah kalian udah masuh tidak bayar tepuk tangan saja susah," kata Rian sembari tertawa meniru gaya Armada tersebut. "Jika dikatakan gaya hidup masyarakatnya masa bodoh, tidak juga. Mereka memang peduli, buktinya mereka hadir untuk menonton," sambungnya Rian kereranan.