Saturday, August 20, 2016

Songket Angkat Perekonomian Masyarakat

Songket Silungkang Kota Sawahlunto
Pemerintah Kota Sawahlunto memprogramkan budaya songket dengan memberikan pelatihan dan bantuan kepada pengrajin, baik pemula maupun yang telah lama menenun. Sehingga Sawahlunto menjadi produksi songket terbesar di Sumatera Barat. Program tersebut bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran. Sehingga masyarakat mampu mengangkat perekonomian dan terbebas dari kemiskinan.

"Kota Sawahlunto memiliki sebanyak 701 pengrajin Songket dengan 26 pengusaha. 701 pengrajin tersebut terdapat di Silungkang sebanyak 250 pengrajin, Lembah Segar terdiri dari 365 penrajin, kemudian Barangin sebanyak 67 pengrajin dan Talawi ada 19 pengrajin. Pengusaha songket tersebut yang tersebar di Silungkang, Kecamatan Lembah Segar, Kecamatan Barangin, Sementara Kecamatan Talawi masih menompang, karena baru pelatihan. Untuk meningkatkan pangsa pasar songket lebih cenderung ke Sumatera bagian Utara dan perantau Silungkang membawa songket ke Jakarta," ungkap Indra Syamsi, Kabid Industri Diperindagkopnaker Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Senin, 15 Agustus 2016.

Ia menyebutkan bahwa potensi produksi dari tahu ke tahun terhadap permintaan songket terus mengalami peningkatan. Meskipun grafiknya naik turun, namun rata-rata terus mengalami peningkatan. Songket tidak hanya di pakai pada acara tersentu saja, seperti alek nagari, acara adat dan sebagianya. Sebab songket saat ini telah menjadi tren dan menjadi pakaian harian.

"Rata-rata pengrajin bisa menyiapkan tiga helai kain dalam seminggu perorang. Meskipun ada yang bisa menyiapkan sebanyak empat helai kain dalam seminggu. Hal itu bergantung kepiawaian pengrajin yang membuat songket, termasuk tingkat kesulitan atau ramainya motif," sebutnya.

Kemudia, lanjut dia, untuk bahan-bahan baku songket bagi pengrajin sebagian bisa didapatkan di kota Sawahlunto, namun secara keluruhan bahan-bahan baku berasal dari Batam dan Jawa. Karena bahan baku seperti benang dari Sawahlunto belum ada. Meskipun demikian, bahan-bahan baku seperti benang Pakan, benang emas telah ada yang menjual di sini Kopikra dari Kota Sawahlunto dan Bukittinggi. Namun pada umumnya benang peregang tersebut didapatkan dari Jawa.

Pelatihan yang diberikan Pemerintah Kota pada pengrajin songket binaan berupa pelatihan terhadap pengrajin pemula. Pelatihan yang diberikan selama 15 hari untuk pelatihan dasar pembuatan songket. Karena pelatihan dan bimbingan yang diberikan kepada kelompok pengrajin pemula. Karena pengrajin binaan pengetahuannya terhadap tenun memulai dari nol mendatangkan instruktur. Selanjutnya, instruktur pelatihan dari orang Silungkang dan orang Lunto diharapkan peran aktifnya untuk melakukan pendampingan. Kemudian, kelompok pelatihan tersebut setelah mereka memproduksi songket diharapkan instruktur untuk mengambil atau membeli hasil produksi mereka untuk dipasarkan, termasuk dari dinas yang melakukan pendampingan memasarkan.

"Jadi, pengembangan ini bukan hanya fungsinya dari pemerintah, diminta kepada stakhorder terkait pengusaha yang ada termasuk instruktur yang diminta tenaganya untuk melatih tetap memberikan pendampingan dan pembinaan. Pelatihan tersebut tidak hanya dari pemda saja, diharapkan ke ikut sertaan dari instruktur termasuk pengusaha. Maka 26 pengusaha tersebutlah yang akan menjadi pendamping dan pembinaan," tuturnya.

Lebih lanjut Indra Syamsi berharap pengusaha inilah yang akan menerima hasil produksi pengrajin yang baru atau pemula ini. Jika pemula yang bertenun dan hasilnya tentu dibawah standar, maka diharapkan perhatian dari instruktur untuk melakukan pendamping dan penampung produksi tenun yang baru.

Selain itu ungkapnya, pelatihan membuat songket juga diberikan pelatihan warna celup alam atau dengan warna alam kepada pemula maupun yang telah berpengalaman. Selanjutnya petugas lapangan jika tidak ada agenda ke luar kota atau ada agenda lain, petugas lapangan ful memberikan pelatihan terhadap pengrajin. Karena tidak hanya songket saja namun ada industri lainnya UMKM yang besiknya tidak tenun.

Pembinaan diberikan tidak hanya pada pengrajin yang baru saja, namun juga melibatkan yang telah lama menenun. Sebab, petugas lapangan diskusi mengikapi persoalan yang dihadapi oleh pengrajin. Termasuk mencarikan pasar dan membawa tamu ketempat pengrajin untuk melihat proses pembuatan songket tersebut. Kemudian membantu memberikan penerangan kepada tamu untuk proses pembuatannya. Sebab tidak semua pengrajin yang mampu memberikan penjelasan atau keterangan kepada tamu.

"Maka kita akan memfasilitasi untuk memberikan penjelasan dengan harapan jika tamunya tertarik maka songket akan dibeli. Apalagi tamu-tamu dari pemda tentunya didampingi disamping memberikan penjelasan kebijakan yang dilakukan. Salah satunya memakai pakaian tenun pada hari kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar dan produksi bagi pengrajin," sebutnya.

Pemda sebagai fasilitator akan akan meresmikan pasar Songket pada 25 Agus mendatang yang berpusat di Muara Kalaban. Kemudian, diharapkan bahwa pengrajin menjual kain songket mereka di pasar tersebut yang terpusat pada satu titik. Pemda menyiapkan tempat dan spes untuk pengusaha dan diharapkan pengusaha tersebut berjualan ditempat yang disediakan tersebut.

"Jadi, jika tamu-tamu pemda akan diarahkan di pasar tersebut, maka disanalah akan didapatkan berbegai macam jenis dan warga songket dari bangak pengusaha. Maka, sana pembeli akan lebih leluasa memili dan tidak terjadi lagi kecemburuan sosial. Produk songket siapa yang akan dibeli oleh konsumen, maka pengusaha maupun pengrajin akan beruntung," akunya.

Sebab selama ada anggapan bahwa kenapa setiap ada tamu hari ke tempat-tempat itu saja yang dibawa. Hal itu disebabkan karena belum adanya pusat perbelanja songket dan masih terpisah-pisah. Sehingga terkesan anak tiri dan anak kandung, kepanapa setiap ada tamu yang datang selalu di bawa ke tempat Ita INJ saja. Karena di tempat tersebut memiliki lokasi yang lapang dan terkonsep dengan baik oleh pengusahanya.

Bantuan yang diberikan kepada pengrajin disamping memberikan pelatihan juga diberikan hak pijam pakai alat tenun. Kemudian pelatih celup alam, pelatihan motif, dan pelatihan pangsa pasar termasuk meningkatkan kualitas produksi dengan produk unggulan serta kemasan, seperti tas dan kotak. Perlu diingatkan kepada pengrajin adalah bagaimana memenuhi selera pasar, mulai dari kualitas bahan baku, kemudian warna dan motif.

Tahun ini ada sebanyak 24 unit alat tenun yang di pinjam pakai pada dua angkatan setelah diberikan pelatihan. Masing-masing angkatan tersebut dilihat berdasarkan tempat, seperti di Bancah ada 12 unit termasuk Muara Kalaban. Kemudian desa Bukit Gadang 12 unit alat tenun. Masih ada satu angkatan lagi yang belum diberikan kepada Desa Durian I dan Durian II. Kemudian untuk angkatan ke tiga akan diikuti sebanyak 12 hingga 15 orang yang akan menerima alat tenun. Sebab, dilihat sepintas menggunaan alat tenun ini sangatlah mudah dan gampang, namun setelah didalami tentu akan ada yang tidak sanggup, maka akan dicarikan penggatinya.

Untuk bantuan pendanaan tidak dibenarkan oleh pemda. Sebab pada tahun 2008 ada namannya pinjaman lunak namun saat ini tidak ada lagi. Maka bantuan yang diberikan berupa satu unit platai lengkap dengan benang 'tagak' untuk menghasilkan 12 helai kain songkat ukuran kain panjang 175 cm dan lebar 80-hingga 90 cm dan ditambah pula dengan 'banang pakan' untuk motif kiri dan kanan untuk tiga helai kain.

"Kemudian pengrajin untuk menjual kain songket produksi ke dua, maka kain yang ketiga disihkan untuk membeli 'banang pakan dan 'banang tagak'. Maka, setelah penjulan hasil produksi tersebut tidak dihabiskan untuk berbelanja saja, namun disimpan sebagain untuk membeli benang untuk produksi selanjutnya. Pada iven sawahlunto internasional Songket carnaval (SISCa) 25-27 agustus mendatang, mereka akan terlibat untuk mengisi stan pameran di pasar songket," ungkapnya.

Sementara itu yang menjadi kendala sebetulnya adalah mencarikan kesiapan si penerima peralatan tenun. Sebab, menenun keliatannya mudah, namun tidak seperti yang dibayangkan. Sehingga separuh jalan banyak yang tidak sanggup untuk mengerjakannya. Padahal untuk telah diberikan pelatihan dasar menenun. Pelatihan celum alam atau pelatihan mewarnain dengan warna alam.

"Untuk APBD bidang isdustri dianggarkan sebesar Rp 2 miliar. Anggaran ini tidak hanya untuk songket saja, namun diperuntukannya untuk industri yang lain. Anggaran tersebut dirasa mencukupi karena pemerintah punya perhatian lebih untuk industri," katanya.

Sementara itu, Reflizal Wakil Ketua Komisi II, DPRD Sawahlunto mengatakan bahwa terkait program yang canangkan pemerintah kota dalam hal ini Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) khususnya songket. Perlu jadi perhatian khusus oleh pemerintah kota bahwa untuk membina pengrajin industri songket. Namun, ia melihat hingga kini belum ada data khusus yang menunjukan berapa pengrajin songket tersebut yang aktif.

"Sampai saat ini kita belum mengetahui berapa yang aktif, meskipun banyak pengrajin. Kalau pengrajinnya tidak ada ataf tidak aktif apa persoalanna. Jika persoalan tersebut hanya terkait dengan masalah biaya tidak mungkin rasanya. Karena untuk UMKM dan industri banyak anggarannya, jika pemerintah bisa bersinergi. Banyak dana yang bisa didapatkan anggaran APBN dari kemeterian ekonomi dan bantuan langsung. Jangan mengandalkan APBD saja," katanya.

Ia melihat selama ini belum ada keseriusan serius untuk menggerakan pelaku usaha UMKM khususnya songket. Padahan industri ekonomi kreatif telah digalakan oleh pemerintah pusat dari kementerian. Maka, berdasarkan data pelaku dan pengrajin aktif yang di miliki oleh pemerintah kota bisa dianggarkan untuk itu


No comments:

Post a Comment