Mahdalena Membuat Songket Motif Cantik Manis |
Mahdalena, 35, akrap disapa Ellen warga Lunto Timur Dusun Guguk
Palam Kecamatan Lembah Segar adalah pengrajin dan pengusaha Songket yang
memiliki toko Ellen Songket, Pasar Baru Blok B lanti II nomor 1 Kota Sawahlunto. Ia tampak
piawai menenun, serlihat dari caranya memainkan racut benang berwarna merah
pada benang lantai yang terbentang. Benang rajut tersebut berfungsu untuk
pembentukan motif kain songkat yang telah di pola. Benang rajut tersebut
merupakan cara terbaru untuk membuat motif. Pengalaman rajut benang untuk motif
tersebut ia dapatkan dari Palembang saat mengikuti pelatihan membuat songket
tahun 2000.
Semenjak itu, pembuatan motif songket tersebut pengerjaannya lebih
mudah. Karena sebelumnya masing menggunakan cara yang manual di kota
Sawahlunto. Kemudian ilmu yang ia dapatkan itu diajarkan ke pada pengrajin
lainnya. Karena ia seing menjadi instruktur dalam pelatihan pembuatan songket
di Kota Sawahlunto. Sehingga dengan cara merajut benang tersebut pembuatan
motif songkot lebih mudah dan bisa memproduksi lebih banyak.
"Yang sulit hanya awalnya saja, ketika merancang motif yang
akan di buat dengan merajut benang. Namun, setelah semua benang lantai ini usai
di rajut maka kita hanya mengikuti benang rajut itu saja. Maka, motif yang
telah dirancang tersebut akan jadi sesuai rencana," sebut ibu muda tiga
orang anak ini.
Ia mengaku belajar menenun sejak kelas III SD umur 9 tahun. Ia
belajar menenun dari Ibu, karena waktu itu ibu menerima upah menenun dari
Silungkang. Karena peralatan songket ada dirumah saat ibu menenun maka, setiap
hari pula ia melihat ibu menenun dan sering bermain di peralatan songket
tersebut.
"ibu saya belajar menenun dari nenek (ibunya ibu) dan
meneripa upah menenun di Silungkang. Saya merupakan generasi ketiga menenun.
Saya sendiri juga pernah meneripa upah menenun dari Silungkang sebesar Rp15
ribu. Kemudian sejak SMP telah bisa menjadi tulang punggung keluarga dan
membatu ibu, karena ibu sering sakit lifer yang dialiminnya," ungkapnya.
Selanjutnya, di tahun 2000 hingga 2007 ia pernah menerima upah
dari Silungkang. Kemudian sejak tahun 2007 hingga saat ini telah memulai usaha
sendiri dan menenum sendiri. Semula menjual songket dengan berjojo ke
kantor-kantor dinas dan kantor wali kota. Kemudian ia pernah mendapat comoohan
dari orang-orang karena produk songket yang ia jual tampa kemasan bagus.
Kemudian, berkat kegigihannya akhirnya ia mendapat pinjaman modal
sebesar Rp20 juta dari Bank. Semenjak itu, usahanya terus mengalami
perkembangan dan telah memiliki anak tenun 8 orang. Selain itu ia juga membeli
atau pengumpul 30 orang pengrajin lainnya. Saat ini produksi Ellen songket
"cantik manis" telah memenuhi pasar Pekanbaru, Padang, dan Singapure.
"Saat ini omset yang kita miliki sebesa Rp60-75 juta perbulan, setelah
dikeluarkan biaya anak 8 tenun," katanya.
"Orang bisa kenapa kita tidak" hal itulah motifasi yang
masih tertanam dalam lubuk hati ibu tiga orang anak ini. Sehingga ungkapan
tersebut pernah terlontar dari mulutnya beberapa kali. Motifasi tersebut yang
mengantarkannya untuk membuka cabang di usaha songket di kota Solok. Ia
menyebutkan Jenis motif songket yang dimiliki adalah movif Pucuak Rabuang,
Bungo Tulip, Motif Anggur, Padi Baserak dan Batang Vinus.
"Motif tersulit adalah Burung Dalam Rimbo dan motif Burung
Merak. Kesulitan dalam pembuatan motif tersebut dapat menghabiskan waktu selama
satu bulan lamanya membuat satu helai kain. Satu helai kain memiliki panjang 2
m dan lebar 1 meter dengan harga Rp 3 juta perhelainya. Harga tergantung
tingkat kesulitan pembuatannya songket dan harga relatif berbeda-beda. Baik itu
dari segi motifnya maupun dari segi bahan baku yang digunakan," ungkapnya
sembari memperlihatkan berbagai jenis songket yang dimiliki.
Namun motif yang menjadi ciri khas batik miliknya adalah
"Motif Cantik Manis". Motif tersebut tidak terlalu ramai sehingga
kain tidak menjadi berat dan bisa dibuatkan baju. Motif cantik manis ini
memiliki banyak warna. Songket Cantik Manis di jual Rp500- Rp600 ribu perhelai.
Kemudian kecepatan pembuatan songket pun dalam seminggu bisa menyelesaikan 3
helai kain songket. Kemudian untuk pembuatan.
"Harga jual songket kain biasa untuk ukuran baju dijual
seharga Rp300 ribu hingga Rp450 ribu. Sementara bahan dari semi sutra atau
Sutra dijual seharga Rp300 ribu hingga Rp700 ribu perhelai. Kemudian, untuk
upah pembuatan yang diberikan kepada pengrajin sebesar Rp125 ribu untuk kain
songket. Sal dibayar Rp100 ribu, dan upah pembuatan dasi Rp10 ribu
perhelai," katanya.
Sementara itu, untuk bahan baku seperti benang gulung kain di beli
Rp3,5 juta. Satu gulung benang tersebut bisa menghasilkan 30 helai kain.
Kemudian Benang Lusi di beli Rp1,1 juta perhelai yang digunakan untuk motif.
"Sebetulnya saya disini hanya toko. Namun dari pada duduk bermenung
sendiri menunggu toko, makanya peralatan songket di bawa ke toko. Sembari
menunggu pembeli di asur juga pembuatan songket. Kan lumayan juga menambah
produksi dan untuk menjadi tulang punggung keluarga," akunya.
Selanjutnya, bentuk dukungan pemerintah masih kurang. Ia pernah
dilibatkan dan diundang untuk menjadi pemateri hingga kini belum dibayar. Ia
menjadi instruk sebanyak 6 kelompok pengrajin songket yang diberikan sejak
tahun 2013-2014. Ia hanya dijanjikan saja, namun sampai saat ini masih belum
bayar. Ia pernah melatih selama satu bulan bolak-balik menjadi instruktur
pelatihan dan bimbingan.
"Untuk bantuan bana maupun bantuan bahan baku tidak ada sama
sekali. Meskipun demikian, Alhamdullah dengan perhatian pemerintah membawa
suppor untuk Ellen bisa lebih berkembang lagi dengan diikutkan berbagai ifen
iven seperti pameran dan pelatihan," ungkap pemenang Desain Songket tingkat
Sumatera Barat 2011.
No comments:
Post a Comment