Saturday, August 27, 2016

Sungai Tercemar : Usai Mandi Badan Gatal-Gatal

"Oi, capeklah bukak baju, mandi wak lae. den dulu mandi kabawah" begitulah cara komunikasi mereka sesampai di bibir sungai. Candra,10 merencanakan mandi-mandi ke sungai untuk mendinginkan badan. Siang itu, suara azan zhuhur sayup sampai terdengar berpadu dengan suara kendaraan yang lalu lalang di jalan dari arah Pasarraya menuju Mata air atau sebaliknya pada Minggu, 18 Desember 2015. Siang itu beberapa bocah mandi bertelanjang dada di batang air orang mengenalnya, Air Simpang Tigo, Jambatan Buai atau Jambatan Gantuang Kelurahan Mata Air, Kota Padang, Sumatera Barat.

Sesuai dengan nama dari Jambatan Gantuang atau Jambatan Buai yang banyak dikenal warga sekitar. Jembatan tersebut kini telah berganti dengan jembatan besi dan beton. Namun hingga saat ini nama 'Jemabtan Gantuan' itu masih tetap menjadi sebutan bagi masyarakat sekitar meskipun jembatan tersebut telah di revisi. Tempat pemandian di bawah Jembatan Gantung Simpang Tigo dulu dikenal dengan air yang sangat jernih dan bersih. Air sungai ini banyak di manfaatkan warga sebagai tempat pemandian warga sekitar yang dikenal istilah 'Tepian Mandi'. Tempat tersebut juga di gunakan untuk tempat menyuci pakaian warga sekitar.

Kini, air sungai tersebut tidak seperti air sungai beberapa tahun silam. Air sungai tersebut telah tercamar dan terlihat kumuh serta bau. Dulu, tempat tersebut menjadi pemandian warga, sehingga pada saat penggalian sungai tersebut untuk membersihkan oprit sepanjang sungai. Kemudian oprit sungat tersebut di semen dengan bebatuan sehingga oprit sungai tersebut tidak lagi ada. Maka di tempat pemandian itu pun kemudian sediakan jenjang atau tangga bagi masyarakat untuk turun ke sungai untuk mandi-madi dan menyuci.

Candra,10, Raihan,9, Restu,10, Ridho,10, serta anak-anak yang tinggal di Seberang Padang. Mereka merupakan teman-teman sebaya dan satu sekolah. Mereka sekolah SD 41 yang tidak berapa jauh dari tempat tinggal mereka. Kebahagian tiada tara, saat mengusilin teman-teman sebayanya sedang dilanda kesialan. Ketawa yang ngekeh dan iklas terpancar dari mata mereka dan serta mulutnya yang melebar saat tertawa. Saling pukul dan menertawakan menjadi hal yang biasa dengan teman sebaya.

Sementara teman-teman mereka yang lain sedang asyik mandi dan berenang di Aia Patamuan Simpang Tigo Jambatan Buai Mata Air. Mereka menyelam membenamkan kepalanya. Kemudian yang lain sibuk dengan senda-gurau dalam air dan bekerjaran. Sesekali mereka pun bertanding renang di atas air, entah gaya renang apa yang mereka gunakan saat bertanding ranang. Mungkin saja dalam olah raga berenang pun mereka belum mengenal istilah renang. Namun mereka telah melakukan dan mempragakannya, terlihat dari cara mereka mengusai air tampak telah mahir berenang. Canda gurau mereka juga dibarengi dengan menyiram dan memercikan air ke wajah sesama mereka. Mereka saling serang percikan air sembari tertawa dan sorak sorai. "Oi alah mah, sasak angok den," sebut salah seorang dari mereka sembari tertawa kecil.

Sementara menyusul teman-mereka yang lain bernama Candra, Raihan dan teman-temannya yang lain bersiap-siap untuk mandi. Mereka bergegas membuka baju untuk mendi karena telah sampai. Baju-baju serta celana mereka diletakkan secara tak beraturan di atas rumput. Ada pula yang menyangkutkan baju di pagar kebun warga bersebelahan dengan bibir sungai. Setelah membuka baju mereka langsung turun ke sungai dan mencebutkan diri ke dalam sungai.

Sorak-sorai mereka kegirangan di dalam air. Mereka mandi di sungai yang tenang berwarna hitam dan hijau lumut itu. Setiap tempat yang mereka injaki di dasar sungai warna hitam bumpur pun mengepur ke dasar air. Bersama gelembung-gelum air yang kecil seperti busa sabun. Mereka tetap saja kegirangan mandi-mandi di sungai tersebut.

Sesekali mereka keluar dari dalam air dan bertengger di oprit sungai yang telah bersemen itu untuk beritirahat sejenak. Perutnya yang terlipat kembang kempis menahan sesak nafas usai berenang. Mata mereka yang memerah dan sesekali ingus pun keluar. Mereka juga tampak batuk-batuk saat air mandi kerena terteguk air.

Sementara di kulit air masih banyak popok bayi yang mengapung hayut secara perlahan dan sampah-sampah plastik. Sesekali mereka pun berusaha menyiram dan mendorong sampah tersebut ketepi, sehingga sampah tersebut tidak mengarahkan pada mereka yang sedang asyik mandi-mandi. Kemudian dereka juga menguak air dan menciptakan gelombang untuk mengisir sampah beserta lumut yang hanyut di bawa arus.

Bibir mereka telah pucat pasi karena dingin. Badannya yang hitam mengkilat basah oleh air karena sinar mata hari yang menguning akibat tertutup asap. Sementara kelana dalam mereka yang sompong basah dan berlumut saat mandi-mandi menutup aurat.

Candra,10, siswa kelas V SD Seberang Padang ini mengaku hampir setiap hari madi ke sungai. "Sering saya dan teman-teman madi di sungai ini. Terkadang usai main sepak bola kami mandi-mandi. Terkadang usai main sepak bola kami mandi-mandi. Kami lebih sering mandi di bawah sebatan ini karena dasar sungai telah di semen dan bersih," katanya.

Raihan,9, siswa kelas IV SD ini mengaku mendi disungai ini karena menurunta air sungai tersebut bersih. "Enak mandi-mandi di sungai karena airnya bersih. Kalau di tempat persimpangan itu airnya kotor dan berbau lumpur. Makanya kami mandi di sini lebih atas dari simpang tigo pertemuan air," akunya sembari menggaruk ketiaknya.

Dia menyebutkan mandi disungai asyik karena bisa berenang. "Bisa manyiram kawan. Pacu ba ranang. Beko siap mandi pai main-main liak. Main bola-kaki dengan anak sebelah. Siap mandi pulang karumah lai makan, litak paruik. Mandi kadang gata-gata, banyak sarok anyuik," sebutnya.

Kepada penulis mereka barkata mandi-mandi di Batang Air Simpang Tigo Jambatan Gantuang itu hampir setiap hari. Usai mereka mandi-mandi di sungai tersebut mereka kemudian melanjutkan dengan kesibukan yang lain. Mereka juga melengkapi dengan bermain bola kaki. Kebahagian yang sempurna dari cara bergaul di antara mereka hingga mereka hilang dari pandangan mata.

Sementara anak-anak kelompok yang lain usai berenang dari dalam air asyik pula bermain di sela-sela batu besar. Disela-sela batu besar tersebut banyak sampah yang terjepit. Namun bocah-bocah tersebut tetap saja bermain sembari mecari sampah plastik bekas. Ditangan bereka ada sampah minuman gelas yang di gunakan untuk menangkap anak ikan yang ada di sela-sela bebatuan. Mereka saling bahu membahu untuk menangkap anak ikan yang mereka temui di sela bebatuan tersebut.

Mereka masih bertelanjang dada dan ada pula yang mandi telanjang tanpa mengenakan basahan. Mereka masih kanak-kanak dan berumur belia itu belum sunatan rosul. Sehingga saat mereka mandi bertelanjang pun tampa memiliki rasa malu di lihat orang dewasa. Sementara baju mereka dititipkan bersilempangan di rajut batu-batu. Orang-orang menyebutnya dengan tambalun yang berguna untuk menahan oprit agar tidak runtuh di bawa arus sungai. "Alah pulang lai, bakai baju" sebut salah seorang di antara mereka. Indak cuci dulu celana dalam ang, kumuah mah" sambut salah seorang dari mereka.

No comments:

Post a Comment