Selasa,
23 Agustus 2016 jarum jam menunjukan pukul 09.55 seorang lelaki baya tambak
duduk di warung yang bersebelahan dengan Infobox Lubang Tambang Sugar Tunnel Soegar. Lelaki yang mengenakan sepatu bot dan memakai pakaian dinas duduk
meminum teh talua. Lelaki itu diketahui bernama Sudarsono akrab disapa Kiplik,
42, warga jalan Tansi Baru Kelurahan Tanah Lapang Kecamatan Lembang Segar Kota Sawahlunto. Ia merupakan pemandu wisata
yang masuk tambang Sugar Tunnel Soegar yang di kenal dengan nama Mbah Soero atau Mbah Suro.
Sembari
menunggu pengunjung, pria itu tampak duduk santai dibawah payung yang disediakan
oleh pemilik warung bersebelahan dengan infobox. Hanya beberapa menit saja,
pria itu didatangi oleh beberapa orang tamu yang keluar dari gedung infobox.
Tamu tersebut telah memakai helm dan sepatu bot layaknya pekerja tambang. Pria
tersebut langsung memadu wisatawan untuk masuk kelubang tambang mbah soegar.
Sesampai
pada pintu masuk tambang pengujung mulai diberikan arahan dan pengetahuan dasar
sejarah tambang. Pamandu menjelaskan dengan diteil kepada pengunjung bahwa
jenjang penuranan yang diinjak pengunjung saat ini merupakan rel untuk lori
pengangkut batu bara. Namun setelah direvitasisasi rel tersebut diganti dengan
jejang agar mudah dilewati pengunjung.
Pengunjung
mulai menuruni beberapa tangga hingga beberapa metel kedalam tambang
bawahtanah. Surasa-ruasa bising menggema nan menakutkan. Selain itu, suara
tetesan air yang menetes dari atap lubang juga terjengar sangat jelas. Termasuk
suara ceruk air yang meleleh dari dinding lubang tambang ke selokan kecil yang
mengalir disela-sela jejang.
Sementara
dinding lubang tambang di banyak kapur yang menempel, sebab batu bara
mengandung kapur digerus air yang mengalir pada dinding lubang tambang. Dibawah
caha lambu remang-remang tambang itu para pengunjung banyak tanyajawab dengan
pemandu (gued). Mereka pun tak lupa mengabadikan memont wisata tambang dengan
selfi menggunakan gadget masing-masing. Dalam juga tampak beberapa kamera disi
CCTV yang menempel di pada atap lubang. Kabel-kabel pun membentang panjang
menempak pada lubang serta pipa blower berwarna kuning untuk sirkulasi udara.
Kiplik
menyebutkan bahwa untuk menjadi wisata tambang telah di buka sejak 23 April
2008, kemudian awal dibukan tambang tersebut bulan Juni 2007. Lubang tersebut
digali sejak tahun 1898 oleh Kolonial Belanda dan telah beroperasi untuk
memproduksi batu bara. Kemudian pada tahun 1932 tambang yang terletak di daerah
Sugar tersebut di tutup dan tidak beroperasi, melainkan pindah pada bagian
utara untuk tambang dalam dan tambang terbuka.
Alasan
tambang tersebut ditutup karena rembesan air yang cukup tinggi, kemudian
sebagai stok atau cadangan batu bara bagi kolonial Belanda. Sebab sewaktu
membuka lubang tambang dipenuhi oleh air. Kemudian air tersebut dikeluarkan
dengan disedot menggunakan mesin pompa. Saat ini pengunjung baru bisa dibuka
untuk umum hanya level I.
Tambang
yang memiliki kedalaman 30 meter dari dasar tanah dengan panjang 186 meter dan
berdiameter lubang selebar 180 cm. Kemudian untuk udara dalam tambang tersedia
dan ditambah dengan mesin blower. Sebelumnya, lubang tambang tersebut memang
terasa agak pengap karena batu bara, sebab sirkulasi udara tidak ada. Meskipun
tampa blower tetap aman, karena lubang tambang ini menjadi objek wisata maka
ditambah dengan mesin blower. Sebab, pengunjung masuk dalam lubang tambang obejek
wisata sekitar 20 orang.
Untuk
memasuki kedalaman tambang bagi wisatawan juga mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah terutama dalam hal pembuatan tambang dalam. Kemudian sistem
penyanggahan yang dibangun oleh Belanda, hingga bisa kuat dan bertahan dikedalaman.
Semetara itu, pada masa pemerintah Kolonial Belanda, tambang tersebut juga
dilengkapi dengan sirkulasi udara dengan mesin blower terlihat dari pipa
peninggalan yang masih tersisa hingga saat ini. Pada saat tambang tersebut
dibuka masih ditemukan beberapa meter kabel listrik dalam tambang dan
keasliannya masih terjaga serta tidak merobah dari bentuk aslinya.
Penyanggah
lubang yang digunakan rufboolting yang terbuat dari tembok dan batubata.
Meskipun ada pemabahan terhadap beberapa titik sistim penyanggah untuk menjaga
lubang tambang agar lebih kuat. Kemudian, lubang tersebut mempunyai beberapa
buah pintulasi. Namun yang dibuka hanya dua pintulasi saja pada level 1 dan
diperbolehkan wisata tambang masuk untuk berkunjung, meskipun lubang tersebut memiliki
beberapa level dan diperkirakan ada 6 level kebawah. Selanjutnya, panjang
lubang untuk satu level bisa mencapai panjang kilometer. "Pemerintah berencana akan
membuka lagi lubang tambang sepanjang 800 meter dan telah dilakukan survei
sejak bulan November-Desembar 2015 lalu," ungkapnya.
Ia
menyebutkan lubang tambang tersebut, Kolonial Belanda mendatangkan para pekerja
paksa yang terdiri dari tahanan diseluruh Indonesia seperti Medan dan Jawa.
Para tahanan tersebut dipekerjakan guna untuk menghemat biaya produksinya,
sehingga para tahanan kriminal dan tahanan politik lebih kurang dari 6.000
orang dijadikan sebagai pekerja paksa atau lebih dikenal Manusia Rantai.
Orang rantai tersebut merupakan para tahanan yang menentang pemerintahan Kolonial
Belanda dan bersalah kepada pemerintahan. Mereka dirantai karena perekrutan
pekerja tambang tersebut merupakan tahanan. Agar mereka tidak kabur dan
melarikan diri sehingga para tahanan dengan masa tahanan 10 tahun hingga 20
tahun tersebut dirantai. Kemudian disamping orang rantai juga ada buruh kontrak
dan penempatannya pun dibagi. Sebagian bekerja di daerah Sugar dan sebagian
lagi Sei Durian untuk mengambil batu bara.
Meskipun
para tahanan atau pekerja paksa tersebut tetap dibayar upahnya. Hanya saja upah
yang diterima tidak minim dan tidak sebanding. Para pekerja paksa tersebut
mendapat upah dari pemerintah Kolonial Belada di bayar 7 sen. Namun, upah yang
diterima oleh pekerja paksa hanya 5 sen karena ada pemotongan biaya penjara
yang dibebankan.
Sementara
itu, untuk pekerja kontrak dibayar penuh oleh pemerintah yakni 7 sen. Kecuali
bagi pekerja paksa hanya dibayarkan 5 sen sesuai ketentuan. Hanya saja pekerja
paksa tersebut juga diberikan kesempatan untuk bekerja jika ingin bekerja
apabila masa tahanannya dan hukumannya telah habis. Maka statusnya pun akan
menjadi pekerja kontrak. Kemudian ada pula keperja paksa tersebut pulang
kekampung halamannya. Kemudian ada pula yang melarikan diri dimasa tahanannya
belum habis.
Kemudian,
penjara para tahanan tersebut hingga saat ini masih ada di Balai Diklat Tambang
khusus pejara orang rantai. Penjara tersebut terdiri dari dinding kaca dengan
tinggi diperkirakan 7 meter hingga 12 meter. Sehingga tahanan tidak bisa
bersandar memanjat untuk melarikan diri. Sebab dinding tersebut terdiri dari
bling kaca yang ditempel.
Biaya
masuk wisata tambang tersebut pengunjung dibebarkan biaya Rp 8.000 perorang.
Kemudian pengunjung sebelum masuk lobang, diberikan perlengkapan untuk sefti.
Pengunjung harus memakai spatu bot tambang dan menggunakan helm. Pengunjung
diharuskan memakai helm karena standar orasional prosedur (SOP) masuk tambang
harus ada. Sebab dalam lubang tambang banyak terdapat penyanggah yang rendah
sehingga besar kemungkinan kepala pengunjung akan terbentur. Untuk pengamanan
kepala agar tidak terbentur pengunjung diharuskan memakai helm.
Meskipun
sebelumnya pengunjung dilengkapi dengan baju untuk mesuk objek wisata tambang,
terkadang karena baju tersebut sering gonta-ganti dan dipakai banyak orang
sehingga banyak pengunjung yang tidak mau mengenakan pakaian wisata tambang
tersebut. Kemudian, untuk masuk wisata tambang pengunjung tidak diperbolehkan
membawa korek api dalam tambang untuk antisipasi sefti. Selain itu, pengunjung
juga tidak dibenarkan membawa makanan kecuali air mineral.
Namun,
tidak tertutup kemungkinan bagi pengunjung yang ingin memakai pakaian wisata
tambang tersebut karena pakaian tetap tersedia. Sementara itu, daya minat
wisatawan masuk ke wisata tambang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Pengunjung rata-rata setiap bulan berjumlah 1300 orang pengunjung.
Hingga mencapai 2000 orang pengunjung jika hari libur. Pengunjung didominasi
dari wisatawan lokal, luar kota dan manca negara bahkan wisatawan luar negeri,
seperti Belanda, Vietman, Malaysia.
Wisatawan
Belanda tersebut berwisata ke lubang tambang mbah Soero tidak melakukan riset
melainkan untuk mengingat kembali kenangan semasa kakek-neneknya pernah di
tambang. Jadi, turis tersebut mendapatkan pengetahuan tentang tambang dari
kakek-neneknya. Ada sebagian foto-foto tempo dulu yang ada di musium merupakan
hibah darinya.
Yendra
Fitri, Kepala Kantor Museum Goedang Ransoem menyebutkan bahwa lubang mbah suro
tersebut merupakan lubang tambang bawah tanah yang pertama di Sawahlunto pada
masa penambangan batu bara periode awal dan termasuk di terowongan Sugar (Tunel
Soegar). Sebetulnya penamaannya berasal dari lubang Sugar. Untuk nama lubang
mbah Soera, diidentikkan dengan Soegar, berada di Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto. Jadi
dulu Kolonial Belanda tidak kenal dengan Lembah Sugar.
"Jadi
lubang mbah Soero tersebut merupakan nama lubang yang pernah ditutup pada zaman
Belanda. Lubang tersebut ditutup karena ada anggapan bahwa ada kandungan gas.
Setelah ada identifikasi terlebih dahulu ternyata gas metan tersebutk tidak
terindikasi. Mungkin ada alasan tersendiri bagi Kolonial Belanda untuk
menutup lubang tersebut. Maka ditahun 2007 mulai dibuka, dibersihkan dan
direvitalisasi sehingga bisa di kunjungi," katanya.
Kemudian
dari segi pengunjung dua tahun belakangan target PAD yang ditetapkan dan
melebih target. Jika di persentasekan mencapai 198 persen. Maka jika kunjungan
pertahun di rata-ratakan perhari pengunjung sebanyak 300 orang. Memang ada pada
hari libur hanya beberapa orang tertentu perhari 75 orang. Jika hari libur bisa
mencapai 600 orang perhari.
"Pendapatan
ditarget Rp80 juta kemudian dianggaran perubahan dinaikan lagi menjadi Rp120
juta. Namun pencapaian Rp198 juta pada tahun 2015 lalu. Jadi, untuk lubang mbah
suro dan gudang ransum tersebut tidak perlu eksplor lagi, semua orang sudah
mulai mencari. Sementara PAD tahun 2016 sebesar Rp125 juta. Hingga bulan
Agustus ini PAD kita telah menjacai 75 persen target," tuturnya.
Ia
menjelaskan program kedepan telah dianggarkan besmen penataan eterior dan suasana
dengan pemanfaatan multi media. 2017 peralatan dilengkapi, khususnya gudang
ransung dengan disain pengunjung terlebih dulu masuk ke besmen untuk dibawa ke
suasana seakan-akan berada di dalam tambang. Pengunjung diarahkan ke bawah
seperti serasa ditambang, nanti akan memakai alat multi media. Kemudian apa
bila disentuh maka akan muncul informasi dan sejarah Sawahlunto, sejarah
tambang, profil kota Sawahlunto. Peralatan multi media tersebut akan diletakkan
pada spot-spot tertentu.
Untuk
penataan interior menghabiskan anggaran Rp1 Miliar, kemudian tahun 2017
dianggarkan sebesar Rp4,5 Miliar untuk pengadaan multi media. Jadi akan
diwujudkan pada besmen adalah geleri pustaka yakni seluruh perpustakaan dan
galeri kota Sawahlunto akan ditampilkan di multi media maupun berbentuk
bangunan. Kemudian pada lantai atas akan dibuat susana menjadi tiga dimensi,
mengan membuat animasi. Jika dihidupkan alat multi media seakan-akan pengunjung
berada dimasa zaman Kolonial Belanda sedang ada aktifitas memasak, seakan-akan ada
uap panas. Selanjutnya, pada lantai paling atas akan dibangun maket-maket dan
miniatur kota Sawahlunto.
Lubang
Mbah Souro direncanakan akan ada penggalian dengan penjang lubang mencapai
Masjid Nurul Islam Mudiak Aia. Kemudian, setelah dilakukan kajian terhadap
lubang tambang melalui penggalian lubang saja. Namun dilengkapi dengan peta
lubang tambang dari peninggalan Kolonial Belanda, kemudian zaman PT Bukit Asam
tidak ada peta yang menggambarkan lubang tambang mbah seoro tersebut sampai ke
masjid.
Nah,
namun karena penasaran di masjid ada banker diperkirakan ada semacam terowongan
diperkirakan akan menyambung ke lubang mbah soero. Setelah melihat dari peta
dan penggalian tidak ada tanda-tanda yang membuktikan bahwa lubang tersebut
sampai di masjid. Lubang tersebut hanya mentok sampai di gereja. Jika dilihat
berdasarkan teknisnya maka lubang yang ditutup tersebut jika dipukul tidak
menimbulkan gaoung bunya yang menandakan ada lubang tambang. Kemudian setelah
dilakukan penggalian, ternyata ada seruntuhan. Mungkin saja inilah salah satu
alasan bagi Kolonial Belanda menutuplubang tambang tersebut karena ada runtuhan.
Kemudian,
direncanakan ada penambahan lobang tambang yang dibuka untuk umum bagi
wisatawan, namun hanya bagi kalangan tertentu saja. Jika lubang tambang
tersebut direvitalisasi maka untuk lansia dan anak-anak dimungkinkan tidak
diperbolehkan. Jika tambang yang panjang 100 meter panjang akan dikembangkan
tersebut hanya diperbolehkan sekedar untuk studi dari segi pertambangan,
kemudian aktifitas tambang, hal itu menjadi rencana awal dan manual. Namun
setelah dilakukan konsultasi apa yang direncanakan kepada konsultan yang
menangani mulit media, maka tahun depan tidak dimungkinkan untuk dibuka level 2
karena lobang masih banyak mengandung air. Berdasarkan pengalaman yang ada
diwisata tambang negara luar, untuk pemasangan alat hanya bisa enam alat.
Sementara
itu, lubang mbah Soero ini bisa dipasangkan alat sebanyak tiga buah alat dengan
pemasangan barkot di lubang. Sementara alat yang lain dibawa oleh pengunjung,
jaka adat tersebut bersentuhan dengan alat yang dilobang akan keluar sejarah
lobang, seperti suasana lori penambang yang lewat dan akan menabrak pengunjung
atau suasa bunyi-bunyi tambang. Meskipun sebelumnya pernah direkam dan
dibuatkan suara penambang secara manuar namun tidak pernah dibuatkan suara
tambang tersebut secara manual namun tidak menyatu.
Jika
nanti telah terpasang alat tersebut, maka kita tidak membutuhkan banyak tenaga
karena suasana dan alat yang dipakai telah bisa menginformasikan. Jika perlu
peralatan tersebut terbagi kedalam dua bahasa, jika tamunya bule bisa memakai
alat yang berbahasa inggris. Jadi, wisatawan tidak membutuhkan informasi dari
gaet. Karena kemampuan untuk memahami seluruh sejarah tambang dan kapasitas tenaga
yang dimilikipun akan lebih susah. Sebab, jika telah dua kali gaet masuk lubang
tentu untuk ketiga dan keempat kali tidak memungkinkan karena sangat menguras
tenaga.
Kemudian,
jika memakai alat tersebut pengunjung akan bisa lebih ditambang untuk menggali
informasi dari multi media tersebut, jika pengunjung menginginkan informasi
lebih banyak.
Di
kota Sawahlunto diperkirakan ada sebanyak 40 ribu jita ton lagi baru bara di
kota Sawahlunto. Berdasarkan infomasi dari PTBA batu bara tersebut berada pada
tambang bawah dalam. Jika dikaji dengan biaya operasional dan biaya produksi
tidak menguntungkan bagi perusahaan makanya menurut informasi pada tahun 2019
mereka akan menututup tambangnya di kota sawahlunto. Mungkin mereka akan fokus
untuk menjaga aset yang ada. Sementara itu, aset masih dikuasai oleh PTBA,
karena aset yang manfaatkan pemko saat ini berstatus ada yang sewa pakai dan
ada sewa pimjam pakai.
Halimah,
40, Oktarina dan Desi Yani, pengunjung dari Padang mengaku dirinya sendang bisa
masuk kelubang mbah soero. "Kita diberikan pengetahun dan penjelasan
tentang sejarah tambang melalui pemandu. Sebelum masuk tambang kita dipinjamkan
sepatu bot dan helm untuk mengamankan kepala. Serasa menjadi pekerja tambang
jadinya," ungkap Halimah.
Ia
mengaku baru pertamakali manikmati wisata tambang mbah soero. "Kita masuk
tambang ini karena penasaran seperti apa bentuk didalamnya. Ternyata dalam
tambang tersebut dinding lubangnya adalah batu bara yang masih utuh. Kita
masuk hanya pada level 1 saja kedalaman 30 meter," akunya.
Sri
Neni, Alex dan Thu,45, merupakan wisatawan dari Vietnam mengatakan bahwa dirinya
menikmati wisata tambang. "Puas, indah sekali," sebut Thu dengan
bahasa Indonesia. Thu merupakan pekerja tambang dinegaranya, ia sedang liburan
dengan keluarga menikmati keindahan kota tambang.
Tingginya
daya minat wisata tambang kota Sawahlunto memberikan dampak positif pertumbuhan
ekonomi masyarakat disekitar lokasi tambang Mbah Soero. Banyaknya pengunjung
datang berwisata dapat mendongkrak perekonomian pedagang disekitar lokasi
obejek wisata karena wisatawan banyak berbelanja.
Darman
Syah, 70, menyebutkan bahwa banyaknya pengunjung yang datang kemusium juga
berpengaruh pada pendapatan. "dengan banyaknya wisatawan hadir kemuseum
ini, juga menambah penghasilan saya. Pengunjung banyak yang berbelanja saat
datang ke musium," katanya.
Apalagi
saat hari libur, ungkap dia, pengunjung datang berombongan menggunakan bus
pariwisata. Mereka juga singgah untuk berbelanja membeli minuma. "Semoga
selanjutnya bisa seperti ini terus hingga dapat menambah perekonomian kami yang
berdagang disekitar sini," harapnya.
No comments:
Post a Comment