Oleh: Julnadi Inderapura
Sebanyak 11 jenis pakaian tradisional Minangkabau yang hampir punah
diperagakan oleh tokoh Perempuan Sumatera Barat pada Malam Apresiasi Seni
Budaya sebagai Peragaan Simbol Tradisional Minangkabau dan Peluncuran Album Sumatera Barat Talenta. Pakaian tradisional tersebut diperagakan oleh tokoh perempuan
minang, seperti, Emma Yohana, Betti Sadiq, Haslinda, Corrie Saidan, Sastri Yunizarti
Bakry dan Vita Indra Catri.
Kegiatan tersebut berlangsung di Ballroom Hotel Mercure, Sabtu, 21 Februari 2015. Pada
malam apresiasi seni buaya tersebut mempragakan Pakaian adat Minangkabau yang
memikat pengunjung. Pesonanya mampu ‘menyedot’ mata pengunjung yang
datang dalam Aksi memukau perempuan minang berlenggak lenggok di atas catwalk
malam itu. Mereka membawakan pakaian adat minang yang sudah hampir punah.
Kemudian, pada kegiatan itu pula, alumni Sumbar Talenta memperagakan
pakaian pengantin minang. Disela-sela peragaan busana tersebut, para tamu
undangan pun disuguhkan dengan suara merdu para alumni Sumbar Talenta.
"kegiatan ini sengaja mengemas acara 34 tahun Himpunan Wanita Karya (HWK)
dan satu dekade Sumbar Talenta ini dengan peragaan simbol pakaian tradisional
minangkabau sekaligus peluncuran album Sumbar Talenta," kata Efrida Aziz
ketua penitia.
Dia melanjutkan pakaian yang dipakai perempuan minang tersebut sudah hampir
punah. "Ada bermacam-macam pakaian tradisional yang ada, namun kami hanya
mengangkat beberapa saja," lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repoblik Indonesi, Betti Shadiq Pasadigoe
mengenakan pakaian Adat Sungayang, Tangkuluak Balapak. Ia mengakui pakaian
tradisional Minangkabau hampir punah. "Saya menginginkan pakaian
tradisional hendaknya bisa dilestarikan. Sekarang ini pakaian tersebut sudah
hampir punah. Kalau pun ada hanya modifikasi saja. Kadang-kadang modifikasi
keasliannya sudah tidak tampak lagi," katanya.
Dia menjelaskan di daerahnya Kabupaten Tanah Datar pakaiannya bervariasi. Masing-masing
nagari memiliki pakaian adatnya. Salah satunya, Tangkuluak Balapak, Loka-loka
dan takuluak bugih.
Sementara itu, Anggota DPD RI, Emma Yohana juga turut serta memperagakan
pakaian adat dengan bangga mengenakannya. "Saya memperagakan pakaian ini
bertujuan melestarikan dan memotivasi generasi muda mengenakan pakaian adat
Minangkabau yang sudah hampir punah. Memberikan contoh dan dorongan kepada
mereka agar mengenal budayanya," katanya.
Emma Yohana mengaku sedih ketika anak muda hanya mengenali pakaian adatnya
saat perayaan saja, seperti pernikahan ataupun batagak panghulu. Padahal
menurut Emma Yohana, majunya suatu negara itu karena mereka bisa memelihara
budayanya. Jadi, sebagai orang Minangkabau yang mempunyai adat, budaya dan
seni, sudah saatnya melestarikannya. Ahli Hukum Indonesia, Halius Hosen yang
tampak hadir dalam di malam itu, memberikan apresiasi kepada Himpunan Wanita
Karya (HWK) yang telah mengemas acara ini sedemikian rupa.
Menurutnya, kegiatan Kemilau ranah Bundo ini dikemas menarik dan sukses.
"Saya sangat suprise sekali dengan kegiatan ini. Penampilan ibu-ibu HWK
dan Talenta benar-benar mencerminkan budaya minang yang luar biasa dan patut
menjadi kebanggaan kita semua. Kemudian kegiatan ini agar berkembanga
terus," katanya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Kebijakan HWK Sumatera Barat, Nevi
Irwan Prayitno. "Kami menyambut baik dan memberikan apresiasi kegiatan
yang dilaksanakan HWK dalam menyambut satu dekade Sumbar Talenta,"
jelasnya.
Menurutnya, HWK melalui ajang talenta dapat berkontribusi dalam
mempromosikan pariwisata Sumbar. Sementara itu, Ketua HWK Sumbar, Sastri
Yunizarti Bakry pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pelaksanaan ini. "Semangat ibu-ibu HWK dan
anak-anak talenta telah menginspirasi kita selalu menunjukkan eksistensi. Kami
mengemas Malam Kemilau Ranah Bundon Puncak 10 tahun Sumbar Talenta dengan drama
musikal perpaduan teater, gerak tari, musik dan lagu. Tak hanya itu peragaan
pakaian adat Minangkabau," katanya
No comments:
Post a Comment