Monday, February 23, 2015

PAKAIAN TRADISIONAL HAMPIR PUNAH DIPRAGAKAN


Oleh: Julnadi Inderapura
Sebanyak  11 jenis pakaian tradisional Minangkabau yang hampir punah diperagakan oleh tokoh Perempuan Sumatera Barat pada Malam Apresiasi Seni Budaya sebagai Peragaan Simbol Tradisional Minangkabau dan Peluncuran Album Sumatera Barat Talenta. Pakaian tradisional tersebut diperagakan oleh tokoh perempuan minang, seperti, Emma Yohana, Betti Sadiq, Haslinda, Corrie Saidan, Sastri Yunizarti Bakry dan Vita Indra Catri.

Kegiatan tersebut berlangsung di Ballroom Hotel Mercure, Sabtu, 21 Februari 2015. Pada malam apresiasi seni buaya tersebut mempragakan Pakaian adat Minangkabau yang memikat pengunjung. Pesonanya mampu ‘menyedot’ mata pengunjung  yang datang dalam Aksi memukau perempuan minang berlenggak lenggok di atas catwalk malam itu. Mereka membawakan pakaian adat minang yang sudah hampir punah.

Kemudian, pada kegiatan itu pula, alumni Sumbar Talenta memperagakan pakaian pengantin minang. Disela-sela peragaan busana tersebut, para tamu undangan pun disuguhkan dengan suara merdu para alumni Sumbar Talenta. "kegiatan ini sengaja mengemas acara 34 tahun Himpunan Wanita Karya (HWK) dan satu dekade Sumbar Talenta ini dengan peragaan simbol pakaian tradisional minangkabau sekaligus peluncuran album Sumbar Talenta," kata Efrida Aziz ketua penitia.

Dia melanjutkan pakaian yang dipakai perempuan minang tersebut sudah hampir punah. "Ada bermacam-macam pakaian tradisional yang ada, namun kami hanya mengangkat beberapa saja," lanjutnya.

Hal senada juga disampaikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Repoblik Indonesi, Betti Shadiq Pasadigoe mengenakan pakaian Adat Sungayang, Tangkuluak Balapak. Ia mengakui pakaian tradisional Minangkabau hampir punah. "Saya menginginkan pakaian tradisional hendaknya bisa dilestarikan. Sekarang ini pakaian tersebut sudah hampir punah. Kalau pun ada hanya modifikasi saja. Kadang-kadang modifikasi keasliannya sudah tidak tampak lagi," katanya.

Dia menjelaskan di daerahnya Kabupaten Tanah Datar pakaiannya bervariasi. Masing-masing nagari memiliki pakaian adatnya. Salah satunya, Tangkuluak Balapak, Loka-loka dan takuluak bugih.

Sementara itu, Anggota DPD RI, Emma Yohana juga turut serta memperagakan pakaian adat dengan bangga mengenakannya. "Saya memperagakan pakaian ini bertujuan melestarikan dan memotivasi generasi muda mengenakan pakaian adat Minangkabau yang sudah hampir punah. Memberikan contoh dan dorongan kepada mereka agar mengenal budayanya," katanya.

Emma Yohana mengaku sedih ketika anak muda hanya mengenali pakaian adatnya saat perayaan saja, seperti pernikahan ataupun batagak panghulu. Padahal menurut Emma Yohana, majunya suatu negara itu karena mereka bisa memelihara budayanya. Jadi, sebagai orang Minangkabau yang mempunyai adat, budaya dan seni, sudah saatnya melestarikannya. Ahli Hukum Indonesia, Halius Hosen yang tampak hadir dalam di malam itu, memberikan apresiasi kepada Himpunan Wanita Karya (HWK) yang telah mengemas acara ini sedemikian rupa.

Menurutnya, kegiatan Kemilau ranah Bundo ini dikemas menarik dan sukses. "Saya sangat suprise sekali dengan kegiatan ini. Penampilan ibu-ibu HWK dan Talenta benar-benar mencerminkan budaya minang yang luar biasa dan patut menjadi kebanggaan kita semua. Kemudian kegiatan ini agar berkembanga terus," katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Kebijakan HWK Sumatera Barat, Nevi Irwan Prayitno. "Kami menyambut baik dan memberikan apresiasi kegiatan yang dilaksanakan HWK dalam menyambut satu dekade Sumbar Talenta," jelasnya.

Menurutnya, HWK melalui ajang talenta dapat berkontribusi dalam mempromosikan pariwisata Sumbar. Sementara itu, Ketua HWK Sumbar, Sastri Yunizarti Bakry pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan ini. "Semangat ibu-ibu HWK dan anak-anak talenta telah menginspirasi kita selalu menunjukkan eksistensi. Kami mengemas Malam Kemilau Ranah Bundon Puncak 10 tahun Sumbar Talenta dengan drama musikal perpaduan teater, gerak tari, musik dan lagu. Tak hanya itu peragaan pakaian adat Minangkabau," katanya

No comments:

Post a Comment