Sunday, February 8, 2015

Nan Jombang Dance Company Tampil di Malay Culture Festival Singapura


Nan Jombang Dance Company
Grup Tari Nan Jombang Dance Company tampil ke Singapura “Malay Culture Festival” yang merupakan festival kebudayaan melayu pertama yang digelar di Malay Heritage tersebut.

Laporan: Julnadi Inderapura, Padang
 
Nan Jombang Dance Company akan menampilkan tiga buah produksi tari dalam Malay Culture Festival yang diadakan di Singapura. Tari yang akan ditampilkan adalah Rantau Berbisik, Sarikaik, dan Sang Hawa seperti yang disampaikan oleh Eri Mefry Maestro tari Sumatera Barat sekaligus pendiri Nan Jombang.

Dia mengatakan Nan Jombang akan tampil sebagai pertunjukan pembuka dalam festival kebudayaan melayu pertama digelar di Malay Heritage. “Nan Jombang diminta sebagai penampil perdana sekaligus pembuka dalam acara festival kebudayaan melayu pertama yang digelar di Malay Heritage Center tersebut. ” katanya.

Dia menjelaskan festival ini adalah baru pertama kali diadakan, menurutnya dari data panitia pelaksana, Nan Jombang merupakan grup seni satu-satunya yang mewakili Indonesia. Nan Jombang akan tampil pada tanggal 17 dan 18 Oktober 2014 pukul 8.30 waktu setempat.

“Nan Jombang Dance Company merupakan kelompok kesenian yang telah malang melintang di panggung pertunjukan dunia. Sebelumnya Nan Jombang telah melakukan tur luar negeri dan menelurkan sejumlah karya kelas dunia. Australia, Amerika dan sejumlah negara lain telah mencicipi pertunjukan tari dari grup ini. Karya tari nan jombang tidak pernah lepas dari akar budaya Minangkabau.” Sebutnya.

Dalam festival internasional kali ini, Nan Jombang akan menampilkan tiga tari karya sang koreografer Eri Mefry “Rantau Berbisik”, “Sarikaik”, dan “Sang Hawa”. Rantau Berbisik akan ditampilkan pada malam pertama. Sedang dua karya lainnya akan ditampilkan secara beruntun pada malam kedua.

“Tiga tari ini sengaja diminta langsung oleh pantia pelaksana, Nan Jombang akan tampil tunggal pada dua malam tersebut. Pada malam kedua tari Sarikaik akan langsung disambut oleh Sang Hawa.” ujar Eri.

Eri menjelaskan tari yang berjudul Rantau Berbisik merupakan tari yang diproduksi pada tahun 2008. Tari yang berdurasi sekitar 60 menit ini ditampilkan oleh lima orang penari. Eri menjelaskan Rantau Berbisik lahir dari pengamatannya, keresahannya menyaksikan fenomena rantau dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rantau Berbisik mebceritakan bagaimana rantau menjadi jalan keluar persoalan ekonomi dan juga social bagi masyarakat Minang. Di dalamnya terdapat suka duka kehidupan perantau. Bagaimana orang kampung yang ditinggalkan tidak mau tahu susahnya hidup diperantauan.

“Rantau Berbisik berisi rintihan para perantau,” tutur Eri

Sedangkan “Sarikaik” kata Eri adalah respon terhadap pergolakan zaman. Tari ini adalah tanggapan dari perubahan kultur budaya minangkabau dalam bermasyarakat. Diproduksi pada tahun 2000 Sarikaik bercerita tentang masyarakat yang berkumpul untuk kemudian bersengketa. Padahal, Eri menjelaskan, dalam budaya Minangkabau orang berkumpul untuk menyelesaikan sengketa, bukan sebaliknya.

“Sarikaik dimainkan oleh empat orang penari dan nanti pada pertunjukan akan langsung disabut dengan tari Sang Hawa,” katanya.

Sang Hawa berisi kegundahan Eri sebagai Minangkabau yang membaca pergerakan zaman. Masyarakat Minang hari ini, katanya, telah banyak kehilangan nilai keluarga. Matrilini dipahami dengan cara yang salah. Perempuan di Minangkabau adalah Ibu, pokok dari segala kelahiran. Sedangkan Ayah adalah pelindung. Budaya Minangkabau, kata Eri lagi, sejatinya paham memadukan keduanya. Zaman ini perempuan sibuk meneriakan emansipasi. “Ibu adalah bumi dan ayah adalah langit begitu filosofi Minangkabau. Hanya di Minangkabau matrilini dan patriarki bawaan Islam terjalin padu. Sang Hawa juga bercerita itu,” jelas Eri.

Ketiga tari tersebuat akan ditampilkan secara beruntun pada 17-18 Oktober 2014 di Malay Center Heritage pada pukul 8.30 waktu Singapura. Malam tanggal 17 akan ditampilkan Rantau Berbisik dan kemudian malam berikutnya tanggal 18 akan tampil dua tari sekaligus Sarikaik dan langsung disambut dengan tari Sang Hawa.

Eri Mefry berharap kelompok kesenian di Sumatera Barat berkembang dengan proses yang positif. Untuk itu dibutuhkan perhatian dari banyak pihak khususnya pemerintah. Dia menekankan pemerintah cukup memperhatikan dan membantu proses kreatif saja. Jika proses yang dijalani benar dan tiada putus, karya yang berkelas dunia tentu bisa dihasilkan.

“Pemerintah cukup memberi perhatian dan bantuan untuk proses kreatif dan hanya pada kelompok seni yang terus berproses,” ujarnya.

Penari yang akan tampil, kata Eri lagi, sebanyak lima orang. Angga Djamar, Rio Mefry, Intanni Eby, Maulidya Oktarini, dan Gitra M. Penata cahaya dipegang oleh Aidil Usman.

“Kami bertujuh akan berangkat besok (Selasa, 14 Oktober) dan kembali ke Padang Minggu 19 Oktober. penampilan di Singapura ini adalah pembukaan dari serangkaian tur dunia yang akan dijalani oleh Nan Jombang Dance Company dalam beberapa tahun ke depan. Di Malay Culture Festival, Selain Tampil Nan Jombang Juga Menjadi Master Class. Tambahnya.

Angga Djamar Manager Nan Jombang Dance Company mengatakan grup tari Nan Jombang akan memberikan workshop tari dalam program Master Class. Master Class merupakan salah satu program dalam Malay Culture Festival.
“Selain menampilkan pertunjukan tari pada 17-18 Oktober, kami juga akan memberikan workshop tari di festival tersebut.  selain menampilkan tari festival kebudayaan melayu ini juga menampilkan berbagai produk budaya lainnya. Nilai budaya melayu menjadi inti dari keseluruhan festival. Nan Jombang merupakan grup seni yang mewakili Indonesia dalam festival tersebut. katanya.
Dia melanjutkan, Nan Jombang secara mandiri telah menampilkan hasil proses kreatif sebagai kelompok tari di berbagai negara. Tampil di Singapura ini atau di negara manapun merupakan buntut panjang dari sebuah proses kreatif.

“Sebuah kelompok kesenian tidak boleh menjadikan tampil di luar negeri sebagai tujuan. Proses adalah kunci dari segalanya. Proses yang terus menerus. Latihan tanpa putus akan berunjung pada kualitas. Dan dunia mencari itu,” katanya.

Nan Jombang Dance Company telah malang melintang di panggung pertunjukan dunia dengan proses yang panjang. Sebelumnya Nan Jombang telah melakukan tur luar negeri dan menelurkan sejumlah karya kelas dunia

No comments:

Post a Comment