Monday, March 20, 2017

Antisipasi Bencana Longsor Perkuat Koordinasi dan Komunikasi

Andy Rastikan
Penanganan Bencana daerah kota Sawahlunto, provinsi Sumatera Barat, perlu adanya upaya peningkatan kewasapadaan dari semua komponen yang terlibat. Sebab, Sawahlunto merupakan daerah dengan kondisi alam yang berbukit dan berpotensi rawan akan bencana longsor. Maka, semua komponen ikut serta untuk menanganan bencana dan aktisipasi bencana longsor.

Sawahlunto potensi besar bencana longsor akan membawa dampak buruk yang merugikan masyarakat. Maka, perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dalam penanggulangan bencana. Kemudian tanggap darurat diperlukan sebagai langkah untuk melakukan penanganan bencana.

"Maka dalam penanggulanan bencana tersebut perlu adanya sistem koordinasi dan komunikasi untuk dengan semua sektor. Untuk hal-hal yang bersifat imergensi tersebut perlu dilakukan koordinasi dan komunikasi. Karena bencana merupakan hal yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat maka perlu adanya penanganan cepet," ujar Andy Rastika, Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Sawahlunto, kepada Penulis Senin, 20 Maret 2017

Ia menyebutkan bahwa Kota Sawahlunto berpotensi longsor maka untuk penanganan bencana yang dikakukan dengan penanganan dibekali dengan peralatan alat berat. Karena, dalam dua minggu belakangan curah hujan tinggi dan mengakibatkan longsor serta jalan terban.

"Curah hujan yang tinggi tersebut, maka dalam penanganan tersebut perlu reaksi cepat dilakukan dengan cara menghimbau masyarakat untuk selalu tingkatkan kewaspadaan bencana longsor. Kemudian, bagi daerah yang terdampak longsor tersebut penanganan bencana jangka menengah," ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam hal mengurangi resiko bencana longsor maka pada daerah rawan longsor pemerintah telah melarang adanya pembanguan di areal rawan longsor. Maka, untuk pengawasan tersebut, agar masyarakat tidak membangunan mengawasi IMB. 

"Bagi masyarakat yang ingin membangun maka perlu ada IMB. Hal ini juga sebagai langkah pemerintaj dalam penanganan resiko bencana. Maka perlu analisa secara teknis atas bangunan dari masyarakat dengan memberikan spesifikasi bangunan yang harus diberikan kepada masyarakat," paparnya.

Selanjutnya, kata dia, upaya yang dilakukan dalam penanganan bencanan dengan memberikan pendidikan kebencanaan. Hal ini sebagai langkah antisipasi dini yang menjadi tanggungjawab masyarakat. Maka, dengan memberikan pemahanan kepada masyarakat tersebut sebagai langkah antisipasi bencana banjir dan longsor.

"Edukasi diberikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan yang memungkinan akan berdampak buruk terjadinya genangan air karena tersumbatnya riol. Penanganan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dampak banjir, karena tingginya cirah hujan maka akan bertambah pula debet air," katanya.

Indra, Kabid Pencegahan, Kesiapsiagaan, Kedaruratan dan Logistik, (Kabid KKL) Kesbangpol dan Penanggulanan Bencana Daerah mengatakan bahwa ada 20 titik longsor yang terjadi hingga 19 Maret. "Januari ada empat kasus bencana longsor, kemudian bulan Februari ada 1 titik longsor dan bulan Maret ada 14 titil lonsor," katanya.

Ia menyebutkan bahwa Kota Sawahlunto pada umumnya rawan bencana longsor tingkat sedang secara nasional. Potensi longsor tersebut terjadi pada zona merah pada empat kecamatan. "Kecamatan Barangin, potensi Saringan, Lumindai, kemudian, Kecamatan Lembah Segar, potensi lonsor di Air Dingin, Kecamatan Silungkang, potensi longsor Muara Kalaban. Titik rawan bencana longsor tersebut diharapkan masyarakat selalu waspada," katanya

No comments:

Post a Comment