Wednesday, December 16, 2015

Semua Pihak Berperan Pencegahan HIV/AIDS



Impessa Dance Company berjudul 9 Perjanjian Darah Koreografer Joni Andra, tampil Kaba Festival 2 Ladang Tari Nan Jombang. Pertunjukan berlangsung gedung Manti Manuik Balaibaru pada Jumat, 11 Desember 2015 malam.

Laporan: Julnadi Inderapura, Padang

Menyimak Kaba Festival tahun lalu, Impessa Dance Company mengangkat tema yang sama dalam pertunjukannya malam ini. Koreografer Impessa Dance Company Joni Andra pada pertunjukannya tahun lalu, dukungan artistiknya menggunakan kursi goyang.

Kursi tersebut untuk di ekplorasi dalam pertunjukan sebuah tarian yang berlangsung di gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari nan Jombang pada tahun silam. Maka, personifikasi kursi goyang tersebut menjadi simbol dari kasih sayang. Penggambaran tokoh Giyan, seseorang yang mengidap penyakit HIV/AIDS terkucilkan di tengah lingkungan beradanya. Padahal penyakit tersebut tentu tidak diharapkan oleh Giyan.

Namun, penyakit HIV/AIDS tersebut didapatkan Giyan sejak dalam kandungan. Ibu Giyan lah menurutkan penyakit tersebut. Giyan menanggung akibatnya sehingga harus berjuang melawan penyakit. Sebab, Giyan anak yang tidak berdosa karena masih kecil itu sangat membutuhkan kasih sayang. Namun, karena alasan penyakit HIV/AIDS tersebut Giyan kucilkan. Koreografer Impessa Dance Combani menjabarkan dalam tariannya dengan dukungan metafor kursi goyang sebagai simbol kasih sayang.

Konsistensi Joni Andra untuk mengangkat tema yang lebih urban dalam tariannya itu, mampu menggugah mainset penonton pada tatanan nilai. Bahwa, Joni Andra membuka diri untuk memperjuangkan penderita HIV/AIDS dengan pemberlakuan yang sama, sehigga tidak ada perbedaan, intimidasi terhadap HIV/AIDS. Sebab, penderita HIV/AIDS juga butuh kasih sayang serta perhatian yang sama di tengah kehidupan sehari-hari. Sehingga, perhatian dan kasih sayang itulah penderita HIV/AIDS bisa berumur lebih panjang, karena ada motivasi dilingkungannya sendiri.

Selanjutnya, Kaba Festival 2, Jumat, 11 Desember 2015 Impessa Dance Company kembali mengangkatkan tema HIV/AIDS. Tema yang sama dengan tahun lalu. Hal ini tentu menarik untuk di simak dari segi artistiknya, baik dari musik, tata cahaya serta alur tarina serta properti dalam pertunjukan "9 Perjanjian Darah" tersebut.

Kaba Festival tahun ini, dukungan artistik Joni Andra terus mengalami perkembangan. Joni Andra memperketat penguatan dukungan artistik dalam pertunjukannya dengan menghadirkan tiga buah tong (drum) di pentas. Tiga buah drum di atas panggung tersebut terselip pesan, ninik mamak, alim ulama dan cadiak pandai harus berperan dalam upaya pencagahan HIV/AIDS. Tiga buah drum tersebut disimbolkan dalam petatah petitih minang "tali tigo sapilin, tungku tigo sajarangan,".

Joni Andara dalam peristiwa tariannya telah membuka ruang imajinasi penonton untuk menelaah astistik yang dimainkan. Personifikasi tong yang dipukul oleh penari untuk melahirkan musik perkusi di atas pentas. Namun, pukulan itu seperti bulan tabuh sebagai penanda. Bahwa, persoalan HIV/AIDS juga harus menjadi pembahasan dan Kajian oleh Alim Ulama, Cadiak Pandai serta Ninik Mamak.

Kemudian tong tersebut juga memberikan penada pekaba bahaya seperti kentongan pos jaga di kampung-kampung. Selanjutkan, eksplorasi musik dengan melahirkan bunyi musikalitas yang sunyi di atas pentas. Musikalitas dan tarian itu seakan mengisahkan tungku tigo sajarangan yang tidak lagi bersuara dalam pencegahan HIV/AIDS di tengah masyarakat. Joni Andra begitu rapi  menjaga dan menata artistik pertunjukan yang di rancangnya itu. Sehingga kegamangannya dan kegelisahannya melihat budaya minang hari ini tergambar dalam pertunjukan tersebut.

Ratu Selvi Agnesia seorang pengamat teater menyebutkan pertunjukan Impessa Dance Company Koregrafer Joni Andra ini gagasannya sungguh menarik dan mengejutkan. Karena tema yang berhubungan dengan HIV/AIDS itu merupakan tema lebih dikenal oleh masyarakat. Kemudian, hubungan homosek sual dengan lawan jenis juga persolaan lebih dekat dalam kehidupan sehari-hari. 

Ratu Selvi Agnesia memberikan penggambaran terhadap pertunjukan Joni Andra. Ratu Selvi Agnesia memberikan sebuah tafsiran terhadap tong tersebut dimetaforakan sebagai kondom atau (alat kontrasepsi). Ratu Selvi Agnesia menilai bahwa potensi tarian tersebut tidak hanya didasari sebagai semua penarinya Impessa Dance Company adalah laki-laki. Namun, hubungan lawan jenis tersebut telah tercermin dalam gerakan-gerakan tarian Koreografer Joni Andra.

Pertunjukan tersebut menurut Ratu Selvi Agnesia sangat "mengejutkan". Sebab mereka (penari) menggunakan teknik-tenik tari yang cukup mengejutkan dengan gerakan yang energik. Karena, pertunjukan tari di Jakarta sendiri, bagi Ratu Selvi Agnesia tidak ditemukan teknik tari dengan energi yang luar biasa tersebut. Meskipun latar belakang penari-penari yang dimiliki Joni Andra tersebut beragam. Penarinya bukan berasal dari akademisi tari. Tapi, mereka adalah orang seperti masyarakat umumnya, seorang pekerja, pedagang kaki lima. Namun sangat menarik sekali dengan teknik tariannya begitu bagus. Apalagi mereka mengangkat tema yang dekat dengan masyarakat kehidupan masyarakat, yakni tema urban tetang HIV/AIDS. Hal tersebut menjadi kelebihan dalam pertunjukan yang baru saja berlangsung.

Disamping itu, Ratu Selvi Agnesia juga mengurai sisi kelemahan pertunjukan "9 perjanjian darah" Koreografer Joni Andra tersebut. Ratu Selvi Agnesia berpandangan bahwa pertunjukan tersebut masih terdapat kekurangan. Ratu Selvi Agnesia melihat kekuran tersebut pada perpindahan dari peristiwa atau penyampaian pesan dari pragmen satu ke pragmen yang lain tidak jelas. Sehingga mempengaruhi terhadap drama turgi tarian yang ingin disampaikan oleh Koreografer, termasuk pola lantai yang masih kacau. Kemudian ditambah pula dengan insiden lampu yang mati, sehingga tata cahaya pertunjukan pun mati.

Ratu Selvi Agnesia mengakui bahwa pertunjukan ini sesungguhnya menjadi pertunjukan yang menarik untuk sebuah tontonan. Pertunjukan tersebut menurutnya sebuah konsep lokal sangat menarik untuk di cermati. Tatapi juga akhirnya tidak terlalu jelas apa yang akan disampaikan dalam tarian tersebut.

Sesunggunya yang paling menarik adalah potensi Kaba Festival ini. Bagaimana kita memaknai tradiri tersebut sebuah sadisme. Tradisi tersebut selalu mengalami perkembangan, dalam arti persoalan-persoalan minang yang sangat tradisi itu dibahas kepermukaan. Bagaimana ABS-SBK tersebut sebagai acuan. Kemudia, bagaimana masyarat minang selalu beraspora, sehingga orang minang yang menjadi kosmopolitan berfikiran luas dan lebih terbuka.

Menurut Ratu Selvi Agnesia, bahwa Kaba Festival ini menariknya adalah mempunyai potensi untuk membongkar persoalan minang yang kosmopolitan.

Sementara itu, Budayawan Sumbar Darman Moenir menyebutkan bahwa diminang kabau ada ungkapan, 'adat dipakai baru, kain di pakai urang'. Nah, inilah sebuah kreatifitas. Pencapaian-pencapaian koreografer tersebut susuai dengan falsafah minangkabau itu sendiri.

Dia menilai selama ini gerakan silat dan gerakan randai telah dimodifikasi sedemikian rupa. Sehingga jadihlah wujud tarian yang manarik untuk di mikmati. Hal itu merupakan capaian-capaia yang luar biasa dari kreator seni. Pertunjukan yang patut di apresiasi.

Melihat perkembangan musik dan tari saat ini, perkembangannya dimasa depan akan lebih pesat lagi. Jika dibandingkan dengan musik Ipsi di timur tengah, atau tari apece di Amerika Serikat. Hal itu di garap oleh koreografer dan musisi sangat luar biasa. Hal itu, telah ada di minangkabau dan sangat luar biasa pertumbuhan serta perkembangannya.

Kaba Festival ini telah menjadi inven Internasional. Impessa Dance Company dengan umurnya yang masih muda dengan penari-penari, sebelumnya mencintai tari brigdenc barat. Saat ini Joni Andra telah menemukan penarinya dengan tubuh lokal minang itu sendiri. Sehingga dalam pertunjukan mencerminkan gerkan tradisi minang itu sendiri.

Meskipun Kaba festival, bersentuhan secara langsung antara Joni Andra dengan Efi Mefri. Namun, kedua koreografer ini memiliki ciri Khas masing-masing. "Joni Andra adalah Joni Andra. Eri Mefri adalah Eri Mefri," tegasnya

No comments:

Post a Comment