Wednesday, December 30, 2015

Musik Tradisi Sakral Sarompak

Parewa Limo Suku menampilkan Komposisi musik berjudul Dekgarah Cakak Tumbuah Komposer Irmun Krisman, pada Kaba Festival 2 di Gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu, 12 Desember 2015 malam.

Laporan : Julnadi Inderapura, Padang

Parewa Limo Suku
Sorak-sorai MC di sela-sela lagu minang itu menginformasikan penonton agar masuk dalam gedung pertunjukan Manti Manuik Ladang tari nan Jombang. Pertunjukan akan dimulai. Calon penonton masih berpangku tangan berdiri diluar gedung karena baju mereka lembab akibat hujan rinai.

Jarum jam menunjukan pukul 19.50. Penonton berbondong-bondong masuk gedung pertunjukan. Sebab, sebentar lagi pertunjukan dimulai. Setelah semua penonton masuk dan duduk ditempat masing-masing, lampu ruangan dimatikan satu persatu. Sehingga ruangan gedung pertunjukan gelap gulita.

Pertunjukan Parewa Limo Suku menampilkan Komposisi musik berjudul Dek garah Cakak Tumbuah Komposer Irmun Krisman dimulai. Sesaat setelah MC menyebutkan "selamat menyaksikan".

Lampu panggung perlahan menyala seiring bunyian alat musik kecapi Payakumbuh. Pandangan penonton mengarah ke panggung menyaksikan pemain memainkan alat masik. Selanjutnya, musik saluang pun perlahan mengisi iringan kecapi. Sehingga, pendengaran harmonisasi mulai muncul di atas pentas.

Hati penonton mulai terketuk. Imajinasi penonton terhanyut saat mendengarkan musik. Ada ruang lain yang hadir saat mendengarkan komposisi musik tersebut. Selang-seling bunyi talempong dan dendang yang mendayu-dayu membuai emosi penonton. Rasa takut dan cemas saat sarat terasa saat pertunjukan berlangsung. Sebab sair dendang yang disampaikan pun terasa komunikatif serta mudah dimengarti.

Campur aduk segala emosi, bahagia, riang, sedih, sakit muncul pada pertunjukan musik Parewa Limo Suku. Sebab, musik tradisi Sarompak memang disiapkan untuk itu.

Komposer Irmun Krisman dalam komposisi musiknya mencoba mengangkat salah satu pertunjukan musik tradisional Minangkabau. Musik tersebut keberadaannya di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Payakumbuh yakni kesenian Sarompak.

Sarompak itu sendiri merupakan musik tradisi sakral untuk yang dimaikan oleh masyarak untuk kepentingan tertentu. Sarompak tersebut terdapat unsur megik didalamnya. Sarompak biasanya digunakan masyarakat minang untuk menguna-gunai seseorang terutama bagi kaum perempuan. Hal itulah yang menjadi inspirasi bagi Komposer Irmun Krisman untuk memulai karyanya.

Komposisi musik tersebut mengisahkan tentang pergaulan anak muda yang penuh senda gurau dalam kesehariannya. Kemudian dalam pergaulan tersebut ada hasrat ini memiliki dan dicintai oleh lawan jenisnya. Namun, rasa suka dan cinta seseorang ditolak, malahan dibalas dengan cacian, hinaan yang didapatkan.

Hal itulah yang kemudian menjadi dendam dan kebencian. Sehingga ada keinginan seorang lelaki untuk memiliki dan sencintai seorang perempuan tersebut dengan mengguna-gunai untuk mendapatkan perempuan tersebut. Begitu pula seorang perempuan, jika tidak ada "sesuatu hal" yang ada pada lelaki, perempuan juga tidak akan tertarik pada laki-laki untuk mencintainya.

Irmun Krisman menyebutkan sebelumnya, sarompak ini dimainkan oleh tradisi, menggunakan alat musik saluang sebagai media, dendang sebagai penyampaian rastra. Jadi, dendang tersebut merupakan sebagai jampi-jampi atau mantra. Hal itulah dalam penyampaian sastranya mengundang jin dalam dendang. Sarompak tersebut dimainkan dengan saluang sebagai media serta dendang.

Komposisi musik Irmun Krisman menambahkan beberapa unsur yang akan muncul didalamnya. Sebab, komposisi musik tersebut adalah perpaduan. Pertunjukan sarompak menjadi benang merah sebagai dasar, tetapi tidak tertutup kemungkinan apabila hanya Sarompak yang dimainkan, tentu tidak akan lahir kreativitas didalam komposisi musik pada garapan. Maka, totonan pun menjadi tidak bagus dan tidak enak untuk di nikmati.

Sebab, serompak dulu-kala tidak untuk dipertontonkan. Karena serompak dipergunakan untuk ritual-ritual tertentu saja. Sesungguhnya serompak tersebut tidak boleh dikembangkan. Apalagi ditiru. Makanya dalam karya tersebut tidak untuk meniru dan ditiru. Namun begitulah adanya.

Pertunjukan komposisi musik tersebut memberikan pesan mendalam bagi penonton terutapa kamum perempuan agar lebih hati-hati dalam bersikap dan pergaulan sehari-hari. Meskipun saat ini teknologi ilmu pengetahuan telah berkembang dan lebih maju, perlu juga menjaga etika dan tingkah-laku cara bergaul.

Menurut Irmun Krisman, terjadinya pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan saat ini, berawal dari pergaulan. Misalkan dalam cara berpakaian seorang perempuan semestinya tidak mengundang hal tegatif. Maka, akan timbul keingin untuk memiliki dan menikmati. Sebab, saat ini kehidupan lebih berbeda dibandingkan zaman dulu-kala. Saat ini jika ingin memiliki banyak unsur paksaan dan kekerasan.

Namun, jika dibandingka dizaman dulu-kala esensinya sama. Hanya saja zaman dulu caranya lebih halus dengan menggunakan sarompak. Saat ini, lebih banyak paksaan dengan menodong dan munutup mulut serta terjadi pemerkosaan.

Irmun Krisman mengakui para pemain musik merupakan anak SMK7/SMKI. Mereka merupakan memain pemula, siswa kelas 10 yang belum mengenal alat-alat musik minang. Namun, kemampuan serta talentanya dan keinginan keras untuk maju, akhirnya siswa tersebut bisa mentas di Kaba Festival 2 ini. Pemain musik tersebut adalah Hasan Basri Durin, Maidio Saputra, M Findo Ramadeno, Septrizal, Muharamzam Putra, Nadya putri, Mella Aprillia.

No comments:

Post a Comment