Pertunjukan Komunitas Seni nan
Tumpah berjudul Lomba Keharmonisan Rumah Tangga Naskah Karta Kusumah Sutradara
Andre Pratama mentas Gedung Teater Utama UPTD Taman Budaya Sumbar pada Rabu, 23
desember 2015 malam.
Laporan : Julnadi Inderapura
Pertunjukan yang melibatkan
penonton secara langsung dan tak langsung untuk menjadi pemain dalam
pertunjukan tersebut. Tata cahaya mengarah pada penonton sehingga penonton
terlibat sebagai pemain tak langsung di atas pentas. Tata cahaya yang dikonsep
ini memberikan ruang imajinasi bagi penonton untuk berlibat secara langsung
dalam ruang pertunjukan.
Ketika cahaya lampu pentas
diarahkan pada penonton yang menyilaukan mata. Dalam kesempatan tersebut
pertunjukan yang dibagi dalam beberapa babak. Pemisahan babak satu ke babak
selanjutnya pada pertunjukan itu disisipkan dengan tanda lampu penonton
dinyalakan. Hal ini menjadi tata konsep cahaya baru bagi pertunjukan bagi
Komunitas Seni nan Tumpah sepanjang perjalananya.
Sesuatu yang menarik dalam
pertunjukan dipentaskan Komunitas Seni nan Tumpah. Sebab tidak ada pembatasan
ruang pemisah antara pemain dan penonton pertunjukan. Penonton secara sadar
menjadi pemain yang dibutuhkan dalam pertunjukan. Penonton menjadi lingkungan
sosial yang ikut serta mendukung pertunjukan. Keberadaan penonton tidak hanya
menjadi penonton masif, namun keterlibatan dari tata cahaya yang dihadapkan
pada penonton, sehingga penonton menjadi pemain tak langsung dalam pertunjukan
tersebut.
Penonton secara sadar datang
menyaksikan pertunjukan, sehingga penonton berupaya mencari tempat duduk yang
ideal menurut perspektif ruang diinginkan untuk menyaksikan pertunjukan. Namun
situasi menjadi berubah saat peralihan adegan bagi pertunjukan oleh pemain
(aktor) di pentas. Penonton pun keterlibatannya menjadi sesuatu hal yang
diperhitungkan.
Penonton pada dasarnya menjadi
kebutuhan bagi sebuah pertunjukan. Sebab, adanya penonton dipastikan saat itu
sedang perlangsung peristiwa pertunjukan. Kadangkala, jika pertunjukan sedang
berlangsung tanpa adanya penonton maka, hal itu masih dalam tatanan konsep
proses kreatif. Artinya peristiwa pertunjukan tersebut masih dalam jenjang
latihan, untuk menuju peristiwa pertunjukan lebih utuh yang dilengkapi oleh
penonton.
Penonton menjadi pemain saat
pertunjukan berlangsung. Penonton menjadi aktor sembari duduk di kursi penonton
yang telah tersedia. Penonton menjadi pelaku pada arahan lampu panggung yang
menyala mengarah pada penonton. Penonton menjadi aktor aktif saat lampu
penggung menyala dan diarahkan pada penonton. Keterlibatan penonton sebagai
pemain menghadirkan suasana seperti berada ditengah pasar. Bisikan serta
suara-suara pun bermunculan pada penonton.
Kemudian, setting panggung
minimalis fungsional itu, terus mengalami perkembangan. Proporti yang ada di
atas penggung hadir lebih sederhana. Berbeda dengan pertunjukan Komunitas Seni
nan Tumpah sebelumnya dalam penggarapan naskah-naskah Arifin C Noer.
Pertunjukan realis itu, dilengkapi dengan setting panggung yang realis pula.
Namun, pertunjukan Komunitas Seni
nan Tumpah berjudul Lomba Keharmonisan Rumah Tangga Naskah Karta Kusumah
Sutradara Andre Pratama, telah 'keluar' dari konsep yang di bangun Komunitas
Seni nan Tumpah sebelumnya. Komonitas Nan Tumpah telah baju dan berkembang
konsep setting panggungnya.
Komunitas Seni Nan Tumpah ini
terus mengalami pergeseran konsep dalam setting panggung. Pertunjukan yang
berlangsung dengan setting panggung minimalis. Setting penggung multi fungsi
yang beberapa boks berbahan kayu. Boks menjadi identitas lokalitas kehidupan
yang keras.
Penjabaran dari boks tersebut
telah difisualkan dalam pertunjukan. Boks tersebut berubah-rubah dari fungsi
sesungguhnya. Boks itu diinterpretasikan menjadi susuatu yang lebih hidup
diatas pentas. Boks tersebut penggunaan lebih kreatif oleh para aktor. Boks
tersebut dipragakan berupa permainan puzzle. Penyusunan boks itu menjadi
setting panggung yang selalu berubah-rubah. Sehingga boks tersebut menjadi lebih
multi fungsi.
Penyusunan boks tersebut
terkadang menjadi perabotan rumah tangga. Menjadi dipan (tempat tidur),
televisi, meja kerja, pustaka dan segala macam jenisnya disesuaikan dengan
kebutuhan pertunjukan. Kesederhaan itu menjadi konflik bagi keluarga demi
pekerjaan. Konflik mendasar suami yang sibuk dengan pekerjaan, sementara istri
sibuk pula dengan karir. Kesibukan pekerjaan masing-masing menjadi pemicu
konflik rumah tangga itu terjadi. Tambah pula tidak didukung dengan pendapatan
yang tidak berimbang. Hal itu sepertinya menjadi perseteruan jender.
Karena sibuk bekerja, sehingga
ada yang telupakan. Pekerjaan itu tentu telah disesuaikan dengan hasil. Namun
hasil dari sebuah pernikahan adalah keturuanan. Karena suami pekerja keras,
istri menjadi wanita karir sehingga belum sempat memikirkan keturunan, sebagai
hasil dari sebuah pernikahan. Konflik yang tak berujung itu danpa ada penyelsaian.
Sutradara pun tidak menghadirkan spektakel dari konflik yang dibangun dalam
pertunjukannya.
Sutradara belum memaksimalkan
pertunjukan dalam menata konflik dalam alur naskah digarap. Pertunjukan menjadi
anti klimaks dan terkesan hambar, sehingga pertunjukan yang dipentaskan tanpa
menyelipkan lakudramatik kongkrit di atas pentas. Puncak konflik yang ingin
dihadirkan tenggelam oleh permanian para aktor membahas keluarga masing-masing.
Kemudian, menggabaran tokoh dalam
naskah "Lomba Keharmonisan Rumah Tangga" Naskah Karta Kusumah. Setiap
hari disibukan dengan pekerjaan. Dunia yang semakin kapitalis yang hedonis.
Sehingga untuk peluang memikirkan keluarga pun terabaikan. Dunia pekerjaan yang
semakin sibuk sehingga keharmonisan rumah tangga perlahan di kuras oleh
pekerjaan. Waktu bersama yang seharus dengan keluarga telah diambil oleh dunia
kerja. Konflik pun terjadi antara istri dan suami, karena kesibukan bekerja
sehingga perasaan cinta pun harus terbagi dengan pekerjaan.
Konsep pertunjukan realis itu
dengan setting peristiwa tahun 1990-an. Sutradara Andre Pratama menginginkan
gambaran terhadap apa yang di amati dan dicermati. Sehingga pendekatan sosial
kemasyaratan kekinian diangkat ke atas pentas. Dunia pekerjaan yang semakin
pelik telah mulai menghukum ruang kebersamaan.
Kesibukan dunia pekerjaan telah
memberikan jarak yang teramat jauh antara keluarga dan pekerjaan demi
terjalinnya kasih sayang antar sesama. Terutama istri pada suami atau
sebaliknya, suami kepada istri. Sehingga kedua keluarga pelakon dalam
pertunjukan tersebut, cinta-kasih sayang hanya sebuah permainan. Sehingga untuk
melengkapai hari bahagia mereka menghabiskannya dengan cara bermai-main serta
candaan. Dalam kepura-puraan cinta kasih sayang itu seakan ciptakan
masing-masing keluarga. Namun sesungguhnya cinta dan kasih sayang itu lebih
tinggi pada dunia pekerjaan.
No comments:
Post a Comment