Ada dua buah lagu pilihan yang
dimainkan oleh teater Imambonjol pada Festival Musikalisasi Puisi yang
diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. Teater
Imambonjol memegang nomor lot tampil 10 pada Festival Musikalisasi Puisi
berlangsung di gedung Teater Utama Taman Budaya Sumbar pada Sabtu, 19 September
2015
Lagu pertama berjudul Pada Suatu
Hari Nanti, karya Sapardi Djako Damono yang di aransemen oleh mereka (teater
Imambonjol) sendiri. Teks Puisi yang ini merupakan puisi pilihan atau puisi
bebas dalam naskah puisi yang diperlombakan pada saat festival musikalisasi
tersebut. Meskipun puisi yang sama 'pada suatu hari nanti' ini pernah di
aransemen oleh musik Sapardi Djoko Damono. Tanpa ada penyamaan terhadap
aransemen yang telah dipatenkan oleh Sapardi Djoko Damono, namun teater
Imambonjol kembali mendaur ulang komposisi musik dan meng-aransemennya kembali
dengan barna yang baru. Meskipun puisi yang sama telah di bentuk pola dan
komposisi musik oleh Sapardi Djoko Damono. Kali ini, Teater Imambonjol telah
menemukan pola penggarapan dan arensemen serta pomposisi musik balada dari
'wajahnya' (Ciri Khas Teater Imambonjol) sendiri.
Pola penggarapannya sendiri
dimulai dari kepekaan mereka terhadap apa yang mereka dengar, mereka rasakan
dan mereka lihat. Sehingga memberikan pengaruh pada aransemen musik yang
diciptakan Teater Imambonjol. Kemudian kekuatan aransemen musik tersebut di
dukung oleh kekuatan teks terhadap puisi yang digarap mejadi lagu. Pilihan teks
puisi yang digarap menjadi lirik sebuah lagi akan memambah kekuatan irama musik
yang di aransemen oleh Teater Imambonjol.
Aransemen musik itu terlihat pada
pilihan alat musik yang dimainkan oleh Teater Imambonjol menjadikan sebuah
puisi yang musikal. Gitar ritem dimainkan oleh Danul Quita, gitar akustik
dimainkan oleh Yoki Surya. Viol dimainkan Rendi Hakimi Sadri, kemudian alat
tiup dimainkan oleh Nanda hidayat, Vocalis oleh Fitra Yanti dan gendang (jimbe)
dimainkan Rafki Asbar.
Kemudian, dalam menciptaan
komposisi musik, terater Imambonjol memulai dari tempo musik 4/4. Pada saat
penyajiannya dikemas dengan pola musik yang dinamis. Penggarapan musik teater
Imambonjol pada tempo dan Barr kedua ritem gitar diisi dengan melody gitar yang
sederhana sehingga melahirkan efek pada suasana hati yang riang. Sahutan alat
tiup yang berpadu dengan gitar akustik saling mengisi tempo musik yang sedang
berlangsung.
Interlute yang dikemas demikian
rupa sehingga dinamis. Tempo musik yang dimunculkan pun ada unsur ritem dan
tempo musik rege yang lagi hits. Meskipun demikian, namun musik balada yang
tetap menjadi unsur dalam penggarapan aransemen musik teater Imambonjol.
Perpaduan alat tiup memberikan
keceriaan terhadap imajinasi masa lalu pada areal persawasan. Efek yang
dimunculkan alat tiup tersebut seakan menghantarkan imajinasi pada ruang
anak-anak yang berlarian di pematang sawah. Hal ini disesuikan dengan pemahaman
dan interpretasi terhadap puisi. Kemudian interpretasi puisi tersebut
dituangkan dalam musik dan irama.
Kemudian, alat musik tiup
seruling meskipun alat tiup seruling merupakan alat musik lokal Sunda, namun
pengolahan aransemen musik memberikan warna efek alat tiup jenis flud, sehingga
menghantarkan imajinasi yang musikalitas. Seakan warna lokal musikalitas
kedaerahan 'tenggelam' dalam aransemen lagu teater Imambonjol.
Musik dan puisi saling mengisi
ruang dari kekuatan syair untuk menciptakan suasana baru pada penggarapan
aransemennya. Terlihat dari penggarapan lagu kedua yang dimainkan Teater
Imambonjol berjudul Beranta Indra karya Bung Hatta. Teks puisi yang dipilih ini
sebagai puisi wajib pada festival tersebut. Pemilihan teks puisi yang kuat
memberikan personifikasi terhadap irama musik.
Perpaduan guitar, viol dan
cello menambah perbaduan idiom musikal
yang dinamis. Kolaborasi berbagai alat musik ini menjadi warna tersendiri.
Musik dilahirkan untuk mengisi ruangan dan kekuatan pada teks puisi. Sehingga
musikalisasi puisi dapat tercapai untuk memenuhi aransemen musik.
Bass guitar yang memberikan
estetik musik tradisi lokal pada warna musik tradisi lokal Jawa. Polivoni musik
yang lahir dari musik dimainkan dalam penggarapan musik teater Imambonjol lebih
tertata. Musik yang dimainka memberikan ruang imajinasi dan menghantarkan
penikmatnya pada transenden pada ruang imajinasi. Kemudian pemain yang memaikan
musik dipentas lebih enjoy dengan tampilannya.
Dinamika yang disesuaikan dalam
estetika musik mampu menghartakan imajinasi penonton pada suasana. Atau bisa
dikatakan masuk dalam 'dunia' lain. Ada warna kejawen dari musik tradisional
pulau jawa. Meskipun ada warna tradisional Jawa yang dimainkan teater
Imambonjol namun tidak terkesan tempelan. Musik tradisional Jawa tersebut
menyatu dalam simponi.
Stakato musik dan vokal
bermunculan dalam lagu. Penggarapannya muncul berdasarkan warna dan pemahanan
dari sebuah puisi yang di tulis penyair. Teks puisi dalam analognya memberikan
pesan yang persuasif. Kemudian pembacaan terhadap puisi melalui musikalitas
puisi menjadi lokus pada pesan dari penyair yang memiliki puisi. Pola
penggarapan musik diberikan dua barr ritem, kemudian setelah barkedua di isi
dengan melody untuk memberikan dinamisasi lagu. Sehingga interlut musik
mencapai pada hantaran simponi yang lebih musikal.
Dewan Juri Muhammad Ibrahim
Ilyas, Sekri Budiman dan Muhammad Hafiz memberikan catatan-catatan kepada
seluruh peserta yang berhadir dalam pertunjukan Festival musikalisasi puisi.
"Menyaksiskan 13 peserta dalam lomba musik puisi sumbar, secara umum ada
peningkatan dan upaya baru dalam menampilkan puisi dan musik. Pareal peserta
Musik dalam puisi. Puisi dalam musik. Kemudian, keputusan juri mematuhi juklak
juknis yang telah di berikan oleh panitia. Ada beberapa catatan-dan kesalahan
dalam bermain musik serta interpretasi puisi. Sehingga ada peserta yang
melakukan pengulangan dalam baris-baris tertentu dalam puisi. Kemudian ada yang
menambahkan dan bahkan menghilangkan dalam lirik puisi saat bermain
musik," kata Muhamad Ibrahim Ilyas.
Dia menyebutkan iven musikalisasi
puisi ini diharapkan menjadi iven tahunan bagi penyelenggara Taman Budaya
Sumbar. "Para peserta direkomendarikan untuk tampil pada iven tahunan dan
mejadi program taman budaya. Kemudian, perserta terbaik bisa memiliki ruang
berkarya dan berproses kreatif. Sehingga para peserta bisa berkolaborasi musik
untuk tampil di taman budaya untuk konser," sebutnya