Wednesday, October 21, 2015

10 Oktober Hari Kesehatan Jiwa se- Dunia, Siapa Peduli Terhadap Ganggua Jiwa?

10 Oktober Hari Kesehatan Jiwa Se Dunia
"Dengan rumput liar, jemari tangan kita melekat jadi satu, Pipiku merengkah jadi apa, Pimpi hitam rembulan hidupku, Sayang, bila hanya angin yang mengerti, lama, aku pelajari satu puisi, bila hanya anging yang mengerti, Demi terjalin cinta kita, Sayang bila hanya angin yang mengerti, lama aku pelajari satu puisi, Oh burung yang bernyanyi demi cinta Kenapa kau meski ragukan kasih kita,"

Begitulah penggalan syair lagu yang dinyanyikan lelaki paruh baya itu, saat penulis menghampirinya. Saat itu sekira pukul 13.00 hari Kamis, 8 Oktober 2015, lalu. Kendaraan lalu lalang dengan kepulan asap mobil tua dari knalpot semi resing itu. Matahari pun enggan tersenyum dan masih bersembunyi dari kabut asap yang menyelimuti kota. Beberapa penumpang angkot dan pengendara mengenakan masker untuk menjaga kesehatan.

Siang itu, di Jalan Perintis Kemerdekaan Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur, Padang Sumatera Barat persis didepan kantor Dinas kesehatan, seorang lelaki tua duduk 'malepok' (duduk bersila) di tanah tanpa peduli semut-semut di sekitar akan menggigit. Lelaki tua itu melipat kakinya sebelah kanan, sementara ditumpukan lututnya sebelah kiri sembari bersandar dibatang pohon di kawasan kelurahan Jati.

Lelaki tua itu duduk bersendiri bersandar dibawah pohon yang rindang. Lelaki tua yang memutih uban dirambutnya kusut, serta terlihat tidak rapi. Telapak kaki telah tebal dan tumit kakinya yang merengkah seperti tanah sawah kekeringan dilanda kemarau. Kaki lelaki itu tampak kumal karena debu jalanan, kemudian kuku kaki dan tangannya yang panjang serta hitam tanpa ada perhatian sedikitpun dari orang disekitarnya.

Lelaki tua itu, sebut saja Mr X berumur sekira 50. Ia tampa makai baju sehingga tulang dadanya tampak timbul dan dapat dihitung. Kulitnya yang telah keriput serta terlihat kurus kering. Setiap persendian badannya meruncing seperti 'tengkorak' karena hanya kulit pembalut tulang.

Tatapan matanya yang sayu dan kosong, air mukanya yang basah, kumis dan jenggot telah memanjang serta menyatu menutupi mulutnya. Kepalanya yang teleng ke arah kanan seperti orang kelelahan bekerja keras. Bahunya tampak turun naik saat menghela nafas. Sementara baju warna putih yang telah lusuh itu ditelakkan pada tas dengan posisi mengembang disamping kiri tempat duduknya. Lelaki tua itu, duduk ditanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya. badannya yang bersih meskipun ada bekas-bekas goresan di punggungnya.

Meski tanpa berbaju, namun tidak ada sedikit pun penyakit kulit yang tampak melekatnya dibadannya. Memang diakui badannya agak berbau amis. Serta bercampur dengan baun limbah sungai yang ada disekitar, ditambah pula bau sisa sampah yang telah mengering tidak berada jauh disampingnya.

Ia kemudian sesekali menyanyikan untuk menghibur dirinya. Dia asyik dengan dirinya sendiri meskipun telah ada usaha penulis menghampiri dan mengajak komunikasi. Namun dirinya tetap saja asyik sendiri dan terus bernyanyi. Suaranya yang merdu. Ia memang pintar menyanyi dengan lantunan irama serta nada yang pas, serta syairnya pun tidak tertinggal satu baris pun.

Fireter yang digenggam di tangan kanannya yang digunakan sebagai mikrofon. Kemudian mesin penghitung yang terletak di hadapannya dianggap sebagai ekualizer mesin pengeras suara. Hal itu terlihat dari caranya berimajinasi dengan mengotak-atik mesin penghitung tersebut. Tali andytaky yang melintang dan speaker aktif ukuran mini rongrokan sebagai pengeras suara, sebuah hanphond nokia 8210 layarnya telah pecah sehingga tampak biru tampilannya di genggaman tangan kirinya. Selanjutnya, dihadapannya ada botol aqua yang berisi air putih. Botor dengan tutup yang terbuka di kerumuni lalat warna-warni.

Sesekali ia menghalau lalat tersebut dan berulang-ulang dengan mengibaskan tangannya. Kemudian ia merapikan celana panjangnya warna abu-abu pada bagian tutut. Itu pun dilakukan secara berulang-ulang pula hanya selang beberapa menit setelah lagunya jeda, perbuatan yang sama dilakukan kembali secara berulang-ulang.

Selanjutnya dirinya menyangikan lagu Ebit G Ade yang berjudul 'Berita Pada Kawan'. Dirinya menyanyikan secara merdu. Waktu-waktunya dihabiskan dengan bernya sendiri dengan lantunan yang sangat merdu. Meskipun diajak komunikasi, lelaki itu tetap diam dan tampa merasa terganggu. Ia tetap bernyanyi dengan lilik lagu yang melekat dalam ingatannya.

Fitria,30, warga yang berdiri menggu angkot trotoar menuju pasarraya mengatakan bahwa dirinya melihat pak tua (Mr X) di jalan perintis tersebut sejak sepekan lalu. "Saya melihat pak tua itu sejak seminggu yang lalu. Lelaki itu selalu duduk bawah pohon tersebut. Saya tidak pernah melihat keluarganya untuk menjempaut. Kemudian dinas sosial pun sepertinya tidak bergerak menangani orang sepertinya," katanya.

Dia mengaku tidak mengatahui penyebab gangguan jiwa. "Saya tidak mengetahui asal dan kampung halaman pak tua tersebut, karena saya tidak kenal. Saya melihat baru seminggu yang lalu. Ia tetap saja di situ. Namun tidak pernah mengganggu orang. Pak tua tersebut setiap hari selalu berada bawah pohon rindang itu. Pohon yang sama," akunya sembari pamit menaiki angkot.

Ditempat terpisah, diteras ruko di jalan simpang Hiligoo Kelurahan Pondok Kacamatan Padang Selatan juga tampak dua orang lelaki sedang duduk saling berjauhan. Seorang lelaki tua yang kurus asik bicara sendiri sembari membongkar semua isi yang ada dalam kantong plastik berwarna biru yang dibawanya. Setelah membongkar semua isi kantong yang ada dalam kantong kresek tersebut lelaki paruh baya itu kemudian memasukkan kembali dalam kantong asoi. Semua isi dalam kantong asoi tersebut adalah koran-koran bekas.

Saat Panulis mencoba mendekati lelaki paruh baya tersebut, lelaki itu mulai menjaga sikap dan was-was. Barangkali saja lelaki itu merasa terganggu, atau takut di curi barang yang dibawanya. Dengan lagak yang serius, lelaki tersebut berpura-pura membaca koran bekas yang ada digenggamannya. Lelaki itu tampak termenung saat melihat tulisan-tulisan yang ada di koras bekas tersebut. Entah apa yang difikirkannya. Hanya selang beberapa menit saja lelaki tersebut menyudahi waktu bermenungnya.

Selanjutnya lelaki itupun kembali kasak kusuk dengan mengecek seluruh isi kantong kresek miliknya. Usai membolak baliknya semua isi yang ada lelaki itupun kembali memasukkan koran kedalam kantong kresek yang masih tersisa.

Lelaki tua yang mengenakan baju biru laut yang telah memudar. Sementara pada bagian bahu serta pundak baju yang dipakai lelaki tua tersebut sangatlah kotor. Karena kantong kresek tersebut saat berjalan selalu berada dipundaknya. Lelaku tua tersebut mengenakan celana hitam dan memakai sendal jepit belang. Lelaki itu tampak rapi, namun tetap saja kumal. Kakinya yang kotor dan berdebu, kemudian disela-sela jemarinya tampak menghitam. Entah berapa hari lelaki itu tidak pernah mandi, sehingga kaki dan kuku jari kakinya pun menghitam.

Wajah lelaki tua itu tampak memerah, karena kabut jalanan. Sementara rambutnya jarang sehingga tampak seluruh kulit kepala mulai dari ubun-ubun hingga pada pusar belakang bagian atasnya kepalanya. Lelaki tua itu, mengenakan baju berkerah yang menutupi kuduknya. Sementara gewang baju yang tak lengkap pada bagian dada selalu menganga. Sehingga terlihat ulu hatinya yang mencekung saat duduk.

Sementara lelaki tua yang berlagak seperti preman itu, tampak duduk termenung. Lelaki yang bergenggot dan berkumit menutupi kedua bibirnya memperhatikan lalu-lalang kendaraan. Selali yang menjuntaikan kakinya ketanah, sementara tangan bagian kanan di tumpu pada lutut bagian kanan. Lalaki yang mengenakan jam tangan yang telah mati pada tangan kiri. Kemudian dijemarinya di lengkapi asesoris cincin batu akik. Dua buah batu akik di jemari kanan, kemudian tiga buah batu akik pada bagian kiri. Kemudian pergelangan tangan kanan dilengkapi dengan gelang yang berbuat dari tali dan akar kayu.

Lelaki itu mengenakan baju kaos berwarna cokelat, kengenakan topi santai berwarna biru. Lelaki tersebu mengenakan celana trening dengan bergaris merah pada bis pinggir. Lelaki itu membawa tas baju diletakkan disebelah pantat kirinya. Sementara dihadapannya ada kantorng kresek warna kuning dibiarkan tergolok di ujung jemarikakinya. Tidak hanya itu saja, lelaki itu pun menduduki pipa besi yang dibalut dengan karet. Sementara pada ujung pipa tersebut ditambak pula dengan besi bagunan yang telah dipipih ujungnya dan tampak tajam.

Paras wajahnya yang keras dan sangar itu selalu bermenung seraya berfikir. Ia sepertinya menatap kendaraan lalu lalang, serta diselingi pluit polantas yang mengurai kemacetan. Tidak ada sedikit senyum yang terpancar dari wajah Mr Y ini, dengan tampilan serta bawaannya sedikit keras. Namun lelaki itu tidak pernah mengganggu dan menggertak siapa saja yang berjalan dihadapannya.

No comments:

Post a Comment