|
Top Five Festival Randai se Sumatera Barat 2016 |
Malam nan cerah.
Bulan pun tampak di langit kota Sawahlunto. Perlahan menghilang di tutup awan.
Orang-orang berduyun-duyun berjalan kaki menuju galanggang. Ibu-ibu baya
memakai sendal jepit membimbing anaknya menuju gelanggang. Orang-orang
menyiapkan diri menyaksikan pertunjukan randai, di terminal Talawi, Sabtu, 17
Desember 2016 malam.
Orang-orang
berkerumun berdiri menyaksikan pertunjukan randai Top Five Festival Randai seSumatera Barat, Kota Sawahlunto. Maka, ditengah kerumunan orang-orang
(penonton) randai pun berlangsung (tampil), sehingga penonton dan hadirin yang
berhadir 'tapuhunkan sambah manyambah sarato dunsanak, sarato hadirin nan basamo
dari pemain Randai.
Ada lima group randai
yang tampil pada iven tersebut. Lima group randai tersebut merupakan pemenang
festival randai tingkat Provinsi yang dilaksanakan beberapa bulan lalu sehingga
melekat dengan tema Top Five Randai Festival se Sumatera Barat, Kota
Sawahlunto.
Beragam corak dan
warna yang hadir dalam seni tradisi randai tersebut. Pemain membawa cerita kaba
minangkabau sarat dengan pesan pesan moral nan menyentuh. Kemudian, pelajaran
etika dan estetika serta adat istiadat, bertutur kata santun dan sopan pun
diperlihatkan olah pemain randai. Sungguh ini merupakan seni tradisi yang harus
dipertahankan.
Maka, Kekayaan makna
yang terkandung dalam seni tradisi randai tersebut agar lebih di tertata dengan
baik agar tidak keluar dari nilai tradisi randai itu sendiri di minangkabau.
Sehingga ada beberapa hal yang harus di persiapkan oleh pelaku seni tradisi
randai.
Zulkifli, Akademisi
Institut Seni Indonesia (ISI) Pandangpanjang mengatakan bahwa dalam Seni
tradisi randai ada dialog dan ekting menjadi unsur yang tidak boleh
ditinggalkan. Menurutnya, Ada empat unsur dalam seni tradisi yang tidak boleh
ditinggalkan. Pertama dialog, Kedua ekting, ada yang menyebutnya 'ma adu kato
dan malapehkan kato'. Ketiga, 'gurindam' atau cerita yang dinyanyikan, Keempat
tapuak gelombang.
Keempat hal pokok
tersebut tidak boleh ditinggalkan atau di-tiada-kan dalam bermain randai dan
sangat mungkin untuk dikembangkan. Sehingga pengembangan tersebut menjadi daya
tarik tersendiri untuk dinikmati. Kemudian, guru randai akan mempunyai
tantangan tersendiri untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengonsep gerakan
randai.
Selanjutnya, terang
dia, cerita (kaba/naskah) randai pada prinsipnya diceritakan dalam dua bentuk,
yakni dalam bentuk dialog dan dalam bentuk nyanyian atau dendang (cerita yang
dinyanyikan). Maka, nyanyian yang bercerita itulah yang disebut gurindam dalam
randai. Oleh sebab itu, kemampuan untuk berdialog dan kemampuan untuk
berdendang dan menyampaikan cerita sangat berpengaruh untuk kemulusan apa yang
disampaikan oleh si pencerita (pedendang).
Lebih jauh
dikatakannya, dalam peristiwa randai akhir-akhir ini dendang (nyanyian yang
bercerita) kadang kala agak dikesampingkan atau agak dipinggirkan
penompangannya. Malahan banyak yang melakukan dendang itu di luar (lingkaran
randai), sehingga tidak kelihatan bagi penonton waktu menyampaikan cerita itu
oleh pedendang. Tetapi ada pula yang berdendang menyampikan cerita di dalam
(lingkaran randai). Jadi sebetulnya tidak ada larangang apakah pedendang
didalam lingkaran atau diluar (lingkaran) meskipun ada yang melalukannya
didalam. Namun, tidak ada pula aturan atau perintah yang mengharuskan pedendang
untuk didalam lingkaran.
Zulkifli berasumsi
kalau seandainya, pedendang atau bercerita dalam bentuk nyanyian itu tidak
berada didalam lingkaran, berarti tidak terlihat orangnya (pedendang). Kalau
tidak terlihat orangnya (pedengang) pasti ekspresinya akan lemah dibandingkan
pedendang yang berada didalam (lingkaran randai) atau ditengah sambil bernyanyi
(badendang). "Gurindam atau badendang itu bukan untuk mengiringi gelombang
tetapi adalah penyempai cerita dan disertai oleh gerakan," Katanya.
Menurutnya, di
Minangkabau ini ada dua jenis Randai. Ada yang disebut Tari Randai. Ada yang di
sebut Randai saja. Maka yang disebut dengan tari randai adalah formasi yang
melingkar sambil bertepuk tangan tanpa dialog. Tari Randai ini sendiri kurang
mendapatkan perhatian oleh pelaku seni tradisi dan pemerintah sehingga
pengembangannya pun melambat.
Sebab, selama ini
pelaku seni lebih terfokus pada Randai saja. Tari Randai ini sendiri di Minangkabau kurang mendapat pembinaan,
akhir-akhir ini karena lebih terfokus pada randai. Keberadaan Tari Randai ini di Saniangbaka dikenal dengan
Randai Ilau. Kemudian, Pariaman dikenal dengan Randai Ulu Ambek.
Tidak tertutup
kemungkinan bahwa sewaktu-waktu Kota Sawahlunto melombakan bukan Randai tetapi
Tari Randai tanpa cerita, melainkan gerakan-gerakan melingkar disertai oleh
nyanyian dan tepuk tangan. Dengan bermacam-macang nyanyian, bermacam-macam
gerakan serta bermacam-macam gaya tepuk galembong. Sehingga keberadaan tari
randai mendapat tempat dan terpelihara serta akan dikenal banyak orang. Tari
Randai tersebut, bisa pula dilakukan oleh kelompok wanita disesuaikan dengan
gerakan mereka.
Kemudian, dialog
dalam randai mempunyai gaya tersendiri. karena randai ini lahir dilingkungan
orang tradisi dan lingkungan orang pesilat, maka gaya dialognya mendekatkan
pada gaya berseni tutur kata di minangkabau seperti gaya pasambahan atau dialog
lainnya.
Ekting terpengaruh
dengan gaya penampilan silek hal ini boleh dilakukan pengembangan, tetapi pada
prinsipnya pengembangan itu, atau diistilahkan 'bapisah di lapiak nan salai,
bapisah tagak ditanah nan sabingkah'. Masih banyak peluang-peluang cerita
randai yang bisa dikembangkan, tapuak galembong yang bisa dikembangkan, gerak
randai, dendang dan lain sebagainya.
Menurutnya, Zulkifli
yang perlu diperhatikan dalam randai adalah menjaga permainan agar tidak
'menoton' dengan menjaga dinamika dalam bermain. Kemudian, teks naskah dari
pertunjukan randai harus ada pengelompokan atau sub bagian, seperti awal randai
seperti pasambahan. Selanjutnya, ada permainan dan duduknya anak randai, etika
dan estetikanyaa harus jelas.
Kemudian dari segi
sastra atau dilalog dalam randai harus diperhitungkan mana sastra yang cocok
dan sesuai dengan proporsi tertentu sesuai peranan masing-masing tokoh.
Sehingga peranan anak, ayah, ibu, serta kondisi (peristiwa) bagaimana dalam
memainkan peran harus jelas terkonsep dan terukur.
Maka banyak ditemukan
bahwa sastra dalam randai yang dimainkan bermunculan kata-kata "mano
lah". Terkadang pada ayah memakai kata "mano lah ayah kato
denai", maka kata "mano lah" dalam kehidupan sehari-hari ke pada
orang tua adalah tidak tepat. Agak kasar dan kurang beretika. Maka, penggalian
sastra dalam teks naskah atau dialog dalam randai harus diperhitungkan dengan
baik.
Gurindam dan dendang
disampaikan di tengah dan kebiasaannya tari randai tradisi yang merupakan
kekayaan "dendang" (nyanyi) yang disampaikan dengan cara sambung
menyambung atau bersahutan. Sehingga dendang tersebut berfariasi. Berbeda
dengan dendang saluang yang dilakukan sendiri.
Tetapi dalam Gurindam
randai biasanya disampaikan dua atau tiga orang dan bahkan lebih, termasuk
musik pendukung. Meskipun musik pendukung iti ada, namun sudah disederhanakan.
Seperti Talempong, Gandang Katindik, ada Pupuik Gadang. Padahal ini merupakan
satu paket yang paling memberikan kekuatan pada masing-masingnya.
Maka, hal-hal
tersebut harus diperhatikan dalam bermain randai. maka, dalam hal ini ada yang
latihan dan ada yang kurang latihan. Sehingga ada kelompok yang kualitas
bermainnya menurun dibandingkan tahun enam bulan belakangan. maka, penilaian
dilakukan adalah terhadap randai tradisional.
Berdasarkan catatan
Dewan Juri tersebut maka, diputuskan bahwa Kabupaten Limapuluh Kota pemenang
favorit, juara I, Kota Sawahlunto, Juara II, Kota Padang dan Juara III,
Kota Padangpanjang. Festival Randai diamati oleh Rizal Tanjung pelaku seni
budayawan, Zulkifli dan Ajishar merupakan Akademisi Institut Seni Indonesia
(ISI) Padangpanjang.
Ali Yusuf, walikota
sawahlunto menyebutkan bahwa saat ini kesenian tradisi randai telah di gemari
oleh anak muda sehingga saat ini tercatat group randai di Kota Sawahlunto ada 14
group seni tradisi randai.
Maka dari itu, pada bulan Maret
2017 mendatang akan digelar Festival Randai tingkat SLTP. Sebab, melihat
semangat generasi muda yang mulai mencintai budaya dan mempertahankan seni
budaya terutama di kota sawahlunto. "Festival Randai akan terus
berkelanjutan dilaksanakan di Talawi. Kemudian, Berburu di Kecamatan Lembah
Segar, Burung berkicau di Silungkang," katanya saat memberikan sambutan.
Ia menyebutkan Top Five Festival
Randai se Sumatera Barat merupakan tingkat lanjutan dari festival randai
sebelumnya. Maka, dengan demikian, dengan terpilihnya sebagai peserta lima
besar dan masuk ke tingkat lanjut dan mengikuti iven malam ini. Maka, peserta
tersebut harus berkomitmen untuk selalu siap tampil ditengah masyarakat. Sebab,
karena ada peserta yang tidak hadir tanpa memberikan kabar sebelumnya. "Kita
berharap sehingga objektifitas dewan juri di dibutuhkan untuk mempertimbangkan
kemampuan peserta menjadi pemenang," ungkapnya.