Poskesdes Dusun Guguak Bungo Desa Lumindai |
"miris kita
apabila ada warga yang mendapat musibah, atau sakit tengah malam dan ibu hamil
yang mau melahirkan. Kemana kami mengadu, sementara jarak rumah yang satu
dengan lainya berjauhan. Tambah pula tidak adanya kendaraan dan transportasi
massa di Dusun Guguak Bungo Desa Lumindai, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Dengan apa masyarakat di antar ke pusdes, pembantu, " ungkap Idir Gindo Malin, warga Dusun Guguak Bungo dengan suara serak, Kepada Penulis beberapa
waktu lalu menjelang tengah hari.
Raut wajahnya berubah
seketika. Matanya berkedip-kedip karena membendung airmata. Canda dan guraunya
pun redup. Tubuhnya letoi. Sejenak ia berdiam diri sebelum berkisah tentang
kehidupan dikampung kelahirannya.
Idir Gindo Malin |
"dulu, kampung
kami ini sulit di jangkau karena jalanan yang buruk, licin, becek, mendaki dan
menurun serta terjal. Tidak ada ada transportasi dan belum ada yang punya. Kami
berjalan kaki hingga belasan kilo meter, pergi kepasar menjual hasil tani
dengan dipikul dan junjung," ungkapnya dengan mata sayu, pak tua itu
mengenang.
Meskipun saat ini
kampung kelahirannya telah mempunyai jalan beton sebagian dan bisa dilewati
kendaraan roda empat. Ia pun punya mimpi agar disediakan mobil untuk fasilitas
umum oleh pemerintah seperti ambulan yang selalu stanby di pusdes pembantu.
Agar kelak suatu saat ada warga yang terdesak dan membutuhkan dapat pertolongan
segera.
"suatu yang
tidak mungkin bagi kami mengantarkan orang sakit dengan motor pergi berobat.
Itu pun bagi yang punya motor dan harus berbonceng tiga untuk memegang dan
melindungi yang sakit. Sementara jalanan terjal dan curam serta berkelok-kelok
di lereng bukit, tentu mempunyai resiko yang cukup besar," kata pria yang
berbaju lusuh.
Belum lagi, pusdes
pembantu hanya ada seorang bidan saja dan tidak ada pelayanan jumat, sabtu,
minggu, lanjut dia. "sakit dan musibah tidak kenal waktu kapan akan datang
dan tidak dapat di ulur. Baru baru ini, ada warga yang mendapat musibah
kebakaran rumahnya dan pemiliknya terjebak di dalam rumah sehingga mengalami
luka bakar serius. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 malam. Namun,
korban bernama Subai, baru mendapat pertolongan pukul 04.00 dini hari,"
ungkapnya.
Ia melanjutkan bahwa
korban setelah di efakuasi dari rumahnya oleh warga setempat, karena rumah di
lakuak. Nyawa korban masih tertolong, namun untuk membawa kerumah sakit tidak
ada mobil. Sehingga warga pergi kepasar tradisional yang berjarak 3 meter
dengan jalan yang berliku, buruk dan curam.
"waktu itu kita
dapat mobil untuk membantu membawa korban, mobil pengangkut pasir. Namum sopir
tidak ada. Kemudian malam itu pula mencari sopir. Korban, di alas dengan daun
pisang dan dilarikan RSUD Sawahlunto, dan dirujuk ke Padang dan meniggal di
Padang," katanya.
Hal serupa juga
disampaikan oleh Muhammad Nasir, 56, warga Dusun Guguak Bungo keluhkan hal
serupa. "kita berharap ada mobil ambulan yang stanby di Dusun Guguak
Bungo, Desa Lumindai, Kecamatan Barangin. Atau paling tidak ada mobil
transportasi masal yang di manfaatkan oleh masyarakat, bisa mengangkut anak
sekolah. Kemudian bisa di manfaatkan untuk mengantarkan orang sakit, "
Katanya kepada Penulis, Rabu, 30 November 2016.
Ia menyebutkan, di
Dusun Guguak Bungo ada Poskesdes pembantu dan satu orang bidan. Namun, bidan
tersebut tidak stanby dan datang sekali dalam seminggu. Sehingga warga berobat
ke Pusdes pembantu di pasar Desa Lumindai.
"kita berharap
puskes pembantu ini memang menjadi pusat pertolongan pertama untuk berobat.
Kalau masyarakt sakit parah dan harua berobat ke puskesmas, butuh ongkos ojek
Rp25 ribu karena jauh. Kalau yang memiliki motor mereka bisa berobat kerumah
sakit, kalau yang tidak memiliki motor tentu berjalan kaki lakau mampu,"
ungkapnya.
Ali, 64, warga Dusun
Guguak Bungo pun membenarkan bahwa disamping sarana kesehatan yang masih jauh
dari harapan, jalan juga tidak mendukung karena licin dan becek. Untuk sampai
ke pasar Lumindai berobat ke pusdes pembantu butuh 3 kilo meter dalam kondisi
jalan berkelok-kelok dan dari tanah. Meskipun ada sebagai jalan semen beton
coran, kondisinya pun telah banyak yang rusak.
"kalau bidan
tidak datang kemana masyarakat akan berobat. Andai kata, saat ini ada warga
yang terluka sedang bekerja, 'tacatuak' kakinya kemana warga berobat.
Karena tidak ada bidan tempat berobat. Kami berharap, pemerintah dapat membatu
masyarakt dalam hal kesehatan. Kemudian, ambulan sangat di perlukan sekali
sebagai transpor wagi barga yang pergi berobat," katanya.
Farmudia Siswiyani,
Bidan Pembantu Pusdes Pasar Lumindai mengatakan bahwa, di sini ada dua
orang bidan dan sato orang perawat. "hari ini cuma saya sendiri, karena
yang lain ada kesibukan," katanya saat di temui di Poskesdes Pembantu
Lumindai, Rabu, 30 November 2016.
Ia menyebutkan bahwa
saat ini Poskesdes fasilitas yang di miliki alat tensi, oksigen, sterilisasi.
Selain itu jika obat obatan kurang, diminta ke puskesmas Barangin, sebab disana
ada gudang obat-obatan. "disini rata-rata masyarakat yang beribat di
poskesdes sebanyak 175 hingga 200 pasien tiap bulannya. Khusus di poskesdes ini
saja, tidak termasuk poskesdes Dusun Guguak Bungo. Sementara itu, saat
ini ibu hamil sebanyak sembilan orang," katanya.
Ambun Kadri, Dinas
Kesehatan Sosial, Kota Sawahlunto mengatakan bahwa tahun 2017 telah dianggarankan untuk itu.
Kemudian, Desa Lumindai ada Poskesdes Guguak Bungo dan Poskesdes Lumindai.
"kita akan optimalkan kembali kinerja bidan yang telah ditempatkan di
tempat tersebut. Bidan yang ditempatkan di Guguak Bungo telah mengatakan
kesediannya. Maka akan di tagih," katanya.
Selain itu, ungkap
dia, terkait fasilitas poskesdes tersebut akan dilakukan pengecekan ulang.
Terkait usulan masyarakat adanya ambulan yang stanby akan diusulkan anggaran
tahun 2017. "kalau stranspor umum seperti ambulan sebetulannya bisa dari
dana desa untuk pemberdayaan masyarakat. Dana desa bisa dianggarkan untuk
menyewa ambulan tersebut," jelasnya.
No comments:
Post a Comment