Minggu, 13 November 2016 pagi,
rombongan wartawan berbagai media massa cetak dan elektronik yang bertugas Kota
Sawahlunto, telah berkumpul didepan Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Kota
Sawahunto. GPK itu berada di perempatan jalan dan mobil pariwisata pun telah
stanby untuk mengangkut rombongan menuju Bandara International Minangkabau (BIM)
tujuan Daerah Istimewa Yoyakarta dalam rangka studi komperatif wartawan.
Rombongan wartawan yang
didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Kota Sawahlunto, H. Irzam. K, Kepala
Bagian Humas Setdako Sawahlunto, Zainul Anwar, serta staf bagian Humas Setdako
Sawahlunto lakukan kunjungan ke Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 13-16 November
2016. Perjalanan lancar dan aman tanpa ada halang melintang sehingga rombongan
sampai ke tempat tujuan DIY dengan selamat.
Zainul Anwar, Kepala Bagian Humas
Setdako Sawahlunto mengatakan bahwa kegiatan berbentuk studi komparatif
tersebut dengan menitikberatkan kepada pelaksanaan program-program pengembangan
potensi kepariwisataan dan Gerakan Subuh Berjamaah di Yogyakarta yang merupakan
salah satu pusat wisata heritage di Indonesia. Sehingga program tersebut
nantinya bisa diterapkan di kota Sawahlunto dengan pengalaman yang dapat ambil.
Sebab di kota Sawahlunto juga telah melaunching progran gerakan subuh berjemaah
sejak beberapa waktu lalu.
"Maka, kunjungan pada hari pertama
diawali dengan mengikuti shalat subuh berjamaah di masjid. Masjid tersebut telah lebih dahulu menerapkan program subuh berjamaah, seperti di Masjid Jogokariyan Yogyakarta serta beberapa masjid lainnya Agung
Kota Gede Mataram. Rombongan yang dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
melihat langsung penerapan program subuh berjemaah yang ada di kota
tersebut," katanya.
Ia menjelaskan bahwa dilakukannya
pembagian kelompok, agar masing-masing wartawan bisa lebih memahami tentang
gerakan subuh berjamaah. Sebab, gerakan subuh berjamaah ini pun tengah
dilaksanakan di Kota Sawahlunto. "Hal itu sangat dibutuhkan dalam
membangun arah pemberitaan terkait program tersebut sehingga mampu memberikan
nilai edukasi dalam membentuk karakter masyarakat Sawahlunto yang religius,"
ungkapnya.
Sementara itu, Pengurus Masjid
Agung Kota Gede Mataram, Yogyakarta, Wahrisman, mengatakan bahwa shalat
berjamaah sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Hal itu telah
berlangsung sejak masa pemerintahan Raja Mataram, Panembahan Senopati. Masjid
tersebut mulai dipugar pada 1856 yakni di masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengkubuwono II. Sebab bangunan tersebut awalnya merupakan istana raja
sebelum difungsikan sebagai rumah ibadah.
"Kita terus menggelorakan
subuh berjamaah melalui program 'Seratusan Jamaah' serta melaksanakan
pengajian-pengajian Al Quran dan Hadist pada beberapa hari tertentu dalam
seminggu. Biasanya pengajian tersebut diselenggarakan setelah shalat isya
dengan didahului pelaksanaan shalat maghrib dan isya secara berjamaah,"
katanya.
Ia menyebutkan bahwa Masjid
tersebut selalu penuh pada saat kegiatan pengajian. Jemaah yang hadir tidak
hanya masyarakat sekitar dilingkungan masjid, namun mereka juga berasal dari
beberapa daerah sekitar. Selain itu, jemaah juga melakukan ziarah ke makam
raja-raja Mataram yang lokasinya berdampingan dengan kawasan Masjid Agung
tersebut.
Muherni, peserta studi komparatif
yang meliput langsung kegiatan shalat subuh berjamaah di Masjid Agung Kota Gede
Mataram tersebut mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan program shalat
subuh berjamaah di kota itu didorong oleh kepatuhan masyarakat Yogyakarta
kepada pemimpinnya. Kepatuhan itu muncul dari rasa cinta mereka terhadap
Kanjeng Sultan yang selalu mengayomi dan melindungi mereka serta kegigihan para
ulama dalam mensyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat.
"Nilai-nilai tentang
hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan masyarakatnya itu patut dijadikan
teladan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Perilaku kepemimpinan
yang melindungi serta mengayomi setiap individu dan golongan sehingga dicintai
seluruh rakyat adalah kunci utama jika ingin meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan," katanya.
Selanjutnya, setelah sarapan pagi
sombongan bersiap-siap untuk mengunjungi Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan
Rakyat dalam lawatannya ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungan tersebut
bertujuan untuk menambah wawasan seluruh rombongan yang di tugas di kota
Sawahlunto. "Selain menggali ilmu pengetahuan tentang bagaimana sebuah
koran yang di setak untuk pertama kalinya ada 27 september 2045 dan bertahan
hingga saat ini. Kita juga busa menimba pengalaman terkait strategi pemberitaan
yang mampu memberikan efek percepatan pembangunan di kota tersebut,"
ungkap Zainul Anwar, Kapala Bagian Humas Sekretarian Daerah Kota Sawahlunto.
Ia menyebutkan bahwa kunjungan
tersebut di harapkan mempu membangun hubungan kemitraan antara pemerintah
dengan wartawan sesuai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.
"Hal ini menjadi sebuah kekuatan besar dalam menciptakan kestabilan
pelaksanaan pembangunan di kota Sawahlunto," katanya.
Octo Lampito, Pimpinan Redaksi
Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat mengatakan bahwa pentingnya mempertahankan
tradisi 'Jurnalisme Pancasila' bagi seluruh insan pers dalam malaksanakan
tugas. Setiap wartawan dituntut untuk mengedepankan isu-isu tentang
kesejahteraan masyarakat yang disampaikan secara santun sengan data dan fakta
yang jelas. Serta memperhatikan prinsip pemberitaan yang mampu menumbuhkan
optimisme masyarakat serta selalu memelihara keutuhan bangsa Indonesia.
"Pekerkembangan media massa
saat ini cenderung telah meninggalkan prinsip tersebut. Sehingga memicu
perpecahan antar golongan yang sangat merugikan dalam upaya membangun negara. Bila
kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut akan semakin menjauhkan kedaulatan
rakyat yang dilahirkan dan dipertahankan oleh pendiri bangsa ini. Seperti
pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam beberapa peristiwa pertempuran baik
di Yogyakarta maupun di daerah lainnya di seluruh Indonesia," katanya.
Usai berkunjung ke SKH Kedaulatan
Rakyat, rombongan wartawan kunjungi Balaikota Yogyakarta. Rombongan wartawan
Kota Sawahlunto diterima secara resmi oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta,
pada hari yang sama Senin, 14 November 2016 siang. Pertemuan tersebut dilakukan di Graha
Pandawa balai kota Yogyakarta dan dipimpin oleh pelaksana tugas (Plt) Walikota
Yogyakarta, Sulistio, serta dihadiri oleh H. Ismed, Wakil Walikota Sawahlunto.
Sulistio, Plt Walikota Yogyakarta
mengatakan bahwa kota tersebut bukan hanya dikenal sebagai kota wisata, tapi
juga terkenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Dengan jumlah pelajar
sekitar 300 ribu orang, pemerintah kota memiliki konsep pendidikan berbudaya.
Seluruh pelajar yang ada disini tidak hanya diajarkan tentang ilmu pengetahuan,
tapi juga diajarkan tentang kebudayaan Yogyakarta. Hal tersebut menjadi pembeda
pelajar lulusan Yogyakarta dengan pelajar lulusan daerah lainnya yang ada di
Indonesia.
"Terkait dengan pengembangan
pariwisata sendiri, Sulistio mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mendukung
pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta. Diantaranya adalah karakter
masyarakat setempat yang memang memahami bahwa pariwisata memberikan dampak
positif terhadap peningkatkan ekonomi mereka. selain itu, juga adanya beberapa
kebijakan pemerintah setempat terhadap kemajuan pariwisata itu sendiri,"
terangnya.
Selain itu, ungkap dia,
pemerintah kota juga membentuk sebuah UPTD yang berada di bawah Dinas
Pariwisata yang bertugas untuk melayani keluhan-keluhan wisatawan terhadap
ketidaknyamanan wisatawan saat berkunjung ke tempat wisata yang ada di
Yogyakarta. "Wisatawan dapat melaporkan apa bila harga parkir atau kuliner
yang tidak sesuai dengan standar harga. Bagi pengelola parkir dan kuliner di
minta menampilkan secara langsung harga parkir dan harga makanan yang di
jual," katanya.
Selanjutnya, terkait dengan
kelompok kesenian yang ada di Yogyakarta dalam menunjang kepariwisataan,
Sulistio menjelaskan bahwa pemerintah kota juga melakukan pembinaan-pembinaan
kepada kelompok seni yang ada. Di Yogyakarta memiliki kelompok seni sekitar 700
kelompok kesenian aktif terdiri dari seni musik, tari, teater, lukis dan
kelompok seni lainnya.
"Mereka diberikan pembinaan
secara disebuah akademisi seni secara gratis, sumber danyanya dari dana khusus
Daerah Istimewa serta dana dari program Desa. Lususannya merupakan D1 sehingga
setelah mereka lulus, maka lulusan tersebutlah yang melakukan pembinaan secara
langsung. Sehingga kesenian tersebut dapat tumbuh dan berkembang melalui
potensi yang di miliki untuk memperoleh penghasilan," katanya.
Salah seorang anggota rombongan
studi komperatif, Rika Arnelia mengatakan bahwa pemaparan dari beberapa
narasumber tempak jelas bahwa bagaimana komitmen pemerintah dan pihak media
masa menjadi pementu terhadap percepatan pembangunan serta kemajuan bagi
daerah. Tentu saja komitmen tersebut harus dilaksanakan dalam sebuah perjanjian
kerja secara profesional, berimbang dan selalu berupaya jujur dalam etika
profesi.
"Studi komperatif ini untuk
melihat secara langsung pesatnya pertumbuhan sejumlah pusat kegiatan usaha
mikro kecil menengah (UMKM) yang terbesar di kota tersebut. Kemudian,
menyaksilan langsung tempat-tempat wisata yang terkelola dengan baik sehingga
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kemudian, hal ini tentu akan
membawa multiefek terhadap pemerintah kota Sawahlunto, dalam menerapkan program
serta percepatan pembangunan kota Sawahlunto," katanya.
No comments:
Post a Comment