Wednesday, November 30, 2016

Laporan Perjalanan Studi Komperatif wartawan Kota Sawahlunto



Minggu, 13 November 2016 pagi, rombongan wartawan berbagai media massa cetak dan elektronik yang bertugas Kota Sawahlunto, telah berkumpul didepan Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Kota Sawahunto. GPK itu berada di perempatan jalan dan mobil pariwisata pun telah stanby untuk mengangkut rombongan menuju Bandara International Minangkabau (BIM) tujuan Daerah Istimewa Yoyakarta dalam rangka studi komperatif wartawan.

Rombongan wartawan yang didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Kota Sawahlunto, H. Irzam. K, Kepala Bagian Humas Setdako Sawahlunto, Zainul Anwar, serta staf bagian Humas Setdako Sawahlunto lakukan kunjungan ke Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 13-16 November 2016. Perjalanan lancar dan aman tanpa ada halang melintang sehingga rombongan sampai ke tempat tujuan DIY dengan selamat.

Zainul Anwar, Kepala Bagian Humas Setdako Sawahlunto mengatakan bahwa kegiatan  berbentuk studi komparatif tersebut dengan menitikberatkan kepada pelaksanaan program-program pengembangan potensi kepariwisataan dan Gerakan Subuh Berjamaah di Yogyakarta yang merupakan salah satu pusat wisata heritage di Indonesia. Sehingga program tersebut nantinya bisa diterapkan di kota Sawahlunto dengan pengalaman yang dapat ambil. Sebab di kota Sawahlunto juga telah melaunching progran gerakan subuh berjemaah sejak beberapa waktu lalu.

"Maka, kunjungan pada hari pertama diawali dengan mengikuti shalat subuh berjamaah di masjid. Masjid tersebut telah lebih dahulu menerapkan program subuh berjamaah, seperti di Masjid Jogokariyan Yogyakarta serta beberapa masjid lainnya Agung Kota Gede Mataram. Rombongan yang dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melihat langsung penerapan program subuh berjemaah yang ada di kota tersebut," katanya.

Ia menjelaskan bahwa dilakukannya pembagian kelompok, agar masing-masing wartawan bisa lebih memahami tentang gerakan subuh berjamaah. Sebab, gerakan subuh berjamaah ini pun tengah dilaksanakan di Kota Sawahlunto. "Hal itu sangat dibutuhkan dalam membangun arah pemberitaan terkait program tersebut sehingga mampu memberikan nilai edukasi dalam membentuk karakter masyarakat Sawahlunto yang religius," ungkapnya.

Sementara itu, Pengurus Masjid Agung Kota Gede Mataram, Yogyakarta, Wahrisman, mengatakan bahwa shalat berjamaah sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Hal itu telah berlangsung sejak masa pemerintahan Raja Mataram, Panembahan Senopati. Masjid tersebut mulai dipugar pada 1856 yakni di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Sebab bangunan tersebut awalnya merupakan istana raja sebelum difungsikan sebagai rumah ibadah.

"Kita terus menggelorakan subuh berjamaah melalui program 'Seratusan Jamaah' serta melaksanakan pengajian-pengajian Al Quran dan Hadist pada beberapa hari tertentu dalam seminggu. Biasanya pengajian tersebut diselenggarakan setelah shalat isya dengan didahului pelaksanaan shalat maghrib dan isya secara berjamaah," katanya.

Ia menyebutkan bahwa Masjid tersebut selalu penuh pada saat kegiatan pengajian. Jemaah yang hadir tidak hanya masyarakat sekitar dilingkungan masjid, namun mereka juga berasal dari beberapa daerah sekitar. Selain itu, jemaah juga melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram yang lokasinya berdampingan dengan kawasan Masjid Agung tersebut.

Muherni, peserta studi komparatif yang meliput langsung kegiatan shalat subuh berjamaah di Masjid Agung Kota Gede Mataram tersebut mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan program shalat subuh berjamaah di kota itu didorong oleh kepatuhan masyarakat Yogyakarta kepada pemimpinnya. Kepatuhan itu muncul dari rasa cinta mereka terhadap Kanjeng Sultan yang selalu mengayomi dan melindungi mereka serta kegigihan para ulama dalam mensyiarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat.

"Nilai-nilai tentang hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan masyarakatnya itu patut dijadikan teladan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Perilaku kepemimpinan yang melindungi serta mengayomi setiap individu dan golongan sehingga dicintai seluruh rakyat adalah kunci utama jika ingin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan," katanya.

Selanjutnya, setelah sarapan pagi sombongan bersiap-siap untuk mengunjungi Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat dalam lawatannya ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan seluruh rombongan yang di tugas di kota Sawahlunto. "Selain menggali ilmu pengetahuan tentang bagaimana sebuah koran yang di setak untuk pertama kalinya ada 27 september 2045 dan bertahan hingga saat ini. Kita juga busa menimba pengalaman terkait strategi pemberitaan yang mampu memberikan efek percepatan pembangunan di kota tersebut," ungkap Zainul Anwar, Kapala Bagian Humas Sekretarian Daerah Kota Sawahlunto.

Ia menyebutkan bahwa kunjungan tersebut di harapkan mempu membangun hubungan kemitraan antara pemerintah dengan wartawan sesuai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing. "Hal ini menjadi sebuah kekuatan besar dalam menciptakan kestabilan pelaksanaan pembangunan di kota Sawahlunto," katanya.

Octo Lampito, Pimpinan Redaksi Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat mengatakan bahwa pentingnya mempertahankan tradisi 'Jurnalisme Pancasila' bagi seluruh insan pers dalam malaksanakan tugas. Setiap wartawan dituntut untuk mengedepankan isu-isu tentang kesejahteraan masyarakat yang disampaikan secara santun sengan data dan fakta yang jelas. Serta memperhatikan prinsip pemberitaan yang mampu menumbuhkan optimisme masyarakat serta selalu memelihara keutuhan bangsa Indonesia.

"Pekerkembangan media massa saat ini cenderung telah meninggalkan prinsip tersebut. Sehingga memicu perpecahan antar golongan yang sangat merugikan dalam upaya membangun negara. Bila kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut akan semakin menjauhkan kedaulatan rakyat yang dilahirkan dan dipertahankan oleh pendiri bangsa ini. Seperti pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam beberapa peristiwa pertempuran baik di Yogyakarta maupun di daerah lainnya di seluruh Indonesia," katanya.

Usai berkunjung ke SKH Kedaulatan Rakyat, rombongan wartawan kunjungi Balaikota Yogyakarta. Rombongan wartawan Kota Sawahlunto diterima secara resmi oleh pihak Pemerintah Kota Yogyakarta, pada hari yang sama Senin, 14 November 2016 siang. Pertemuan tersebut dilakukan di Graha Pandawa balai kota Yogyakarta dan dipimpin oleh pelaksana tugas (Plt) Walikota Yogyakarta, Sulistio, serta dihadiri oleh H. Ismed, Wakil Walikota Sawahlunto.

Sulistio, Plt Walikota Yogyakarta mengatakan bahwa kota tersebut bukan hanya dikenal sebagai kota wisata, tapi juga terkenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Dengan jumlah pelajar sekitar 300 ribu orang, pemerintah kota memiliki konsep pendidikan berbudaya. Seluruh pelajar yang ada disini tidak hanya diajarkan tentang ilmu pengetahuan, tapi juga diajarkan tentang kebudayaan Yogyakarta. Hal tersebut menjadi pembeda pelajar lulusan Yogyakarta dengan pelajar lulusan daerah lainnya yang ada di Indonesia.

"Terkait dengan pengembangan pariwisata sendiri, Sulistio mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mendukung pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta. Diantaranya adalah karakter masyarakat setempat yang memang memahami bahwa pariwisata memberikan dampak positif terhadap peningkatkan ekonomi mereka. selain itu, juga adanya beberapa kebijakan pemerintah setempat terhadap kemajuan pariwisata itu sendiri," terangnya.

Selain itu, ungkap dia, pemerintah kota juga membentuk sebuah UPTD yang berada di bawah Dinas Pariwisata yang bertugas untuk melayani keluhan-keluhan wisatawan terhadap ketidaknyamanan wisatawan saat berkunjung ke tempat wisata yang ada di Yogyakarta. "Wisatawan dapat melaporkan apa bila harga parkir atau kuliner yang tidak sesuai dengan standar harga. Bagi pengelola parkir dan kuliner di minta menampilkan secara langsung harga parkir dan harga makanan yang di jual," katanya.

Selanjutnya, terkait dengan kelompok kesenian yang ada di Yogyakarta dalam menunjang kepariwisataan, Sulistio menjelaskan bahwa pemerintah kota juga melakukan pembinaan-pembinaan kepada kelompok seni yang ada. Di Yogyakarta memiliki kelompok seni sekitar 700 kelompok kesenian aktif terdiri dari seni musik, tari, teater, lukis dan kelompok seni lainnya.

"Mereka diberikan pembinaan secara disebuah akademisi seni secara gratis, sumber danyanya dari dana khusus Daerah Istimewa serta dana dari program Desa. Lususannya merupakan D1 sehingga setelah mereka lulus, maka lulusan tersebutlah yang melakukan pembinaan secara langsung. Sehingga kesenian tersebut dapat tumbuh dan berkembang melalui potensi yang di miliki untuk memperoleh penghasilan," katanya.

Salah seorang anggota rombongan studi komperatif, Rika Arnelia mengatakan bahwa pemaparan dari beberapa narasumber tempak jelas bahwa bagaimana komitmen pemerintah dan pihak media masa menjadi pementu terhadap percepatan pembangunan serta kemajuan bagi daerah. Tentu saja komitmen tersebut harus dilaksanakan dalam sebuah perjanjian kerja secara profesional, berimbang dan selalu berupaya jujur dalam etika profesi.

"Studi komperatif ini untuk melihat secara langsung pesatnya pertumbuhan sejumlah pusat kegiatan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terbesar di kota tersebut. Kemudian, menyaksilan langsung tempat-tempat wisata yang terkelola dengan baik sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Kemudian, hal ini tentu akan membawa multiefek terhadap pemerintah kota Sawahlunto, dalam menerapkan program serta percepatan pembangunan kota Sawahlunto," katanya.

No comments:

Post a Comment