Tembakau Lumindai |
Potensi Tembakau Desa
Lumindai, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pangsa pasarnya
perlu ditingkatkan. Hal itu bertujuan untuk pendongkrak pendapatan petani untuk
terbebas dari kemiskinan. Tembakau Lumindai di olah secara tradisional
mampu bersaing dengan daerah lain. Karena pengolahannya yang masih manual dan
senang daun tembakau pilihan.
Chairunnas, Kepala
Desa Lumindai mengatakan bahwa di Desa Lumindai memiliki dua kelompok tani
tembakau yang berjumlah kurang lebih 35 orang. Kelompok tani tembakau tersebut
di dampingi oleh penyuluhan pertanian lapangan desa Lumindai. Namun potensi
yang ada di desa Lumindai yang membantu masyarakat di bidang pertanian seperti
sawah, Kakau, gula aren dan tembakau.
"Petani tembakau
Lumindai mampu menanam tembakau dua kali dalam setahun. Petani bertanam
tembakau berdasarkan situasi dan iklim. Petani menanam tembakau di musim panas
karena tembakau tidak cocok di musim penghujan," ungkapnya kepada penulis
Selasa, 22 November 2016 saat ditemui di kantornya.
Ia menyebutkan bahwa
tahun ini petani tembakau keluhkan penyakit mati gadis tembakau. Namun hal itu
telah dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani tembakau upaya pencegahan. "Kita
telah melakukan penyuluhan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa
Lumindai. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi agar petani tidak merugi
akibat matinya tanaman tembakau tersebut," katanya.
Selain itu, upaya
mendorong petani untuk meningkatkan kualitas daun tembakau petani diberikan
bantuan berupa pupuk bersubsidi. Pupuk bersubsidi tersebut diberikan kepada
petani desa Lumindai.
"Pupuk tersebut
telah disosialisasikan kepada masyarakat. Namun ada sebagai petani yang tidak
menginginkan tembakau di pupuk dengan berbahan kimia. Karena menurut petani
kualitas rasa tembakau akan menurun dan terasa agak kelat atau pahit,"
ungkapnya.
Selain itu, terang
dia, pemerintah telah memberikan bantuan beacukai tembakau kepada petani
tembakau mencapai Rp 100 juta. Beacukai tersebut diberikan dalam bentuk sapi
ternak yang diberikan kepada petani.
"Namun saat ini
yang menjadi kendala bagi petani tembakau penyakit. Disamping itu pula sulitnya
pemasaran tembakau. Sebab pesanannya dari masyarakat akan kebutuhan masih
terbatas. Sehingga petani masih ragu untuk memperbanyak produksi tembakau
tersebut. Karena pasarnya sudah jelas dan itu-itu saja yang membeli. Kemudian
pasarnya nya masih dalam loka dan pasar tradisional," katanya
Desa Lumindai
Kecamatan Barangin memiliki keistimewaan dibandingkan dengan desa lainnya di
kota
Sawahlunto. Kota tambang ini juga memiliki iklim yang baik untuk budidaya
tembakau seperti Desa Lumindai tembakau dapat tumbuh dengan baik. Sehingga
tembakau Lumindai sebelumnya pernah di kenal di Sumatera.
Petani Tembakau Lumindai |
Antonio Maitomi,
Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Lumindai, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota
Sawahlunto mengatakan bahwa untuk bertanam tembakau masih dilihat dari kondisi
atau ke adaan alam. Tidak semua daerah tembakau tersebut dapat tumbuh dengan
baik serta kualitas dengan cita rasa tinggi.
"Desa lumindai
memiliki ke istimewaan karena mempunyai ketinggian 800 meter hingga 1200 meter
di atas permukaan laut. Sehingga tembakau bisa tumbuh dengan baik dan didukung
oleh iklim serta tanah yang baik pula," katanya.
Ia menyebutkan bahwa
populasi tembakau di Lumindai tidak terlalu banyak, karena petani tembakau di
Lumindai menanam dengan berkelompok secara bergantian. Kemudian permintaan
masih rendah sebab yang mengkonsumi di kalangan orangtua 50-an tahun ke atas.
"Pasar tembakau tersebut sebetulnya telah ada pembelinya. Namun dikalangan
tertentu saja. Kemudian toke di sini pun menjual tembakau olahan yang telah di
racik (menyayat) masih masih dalam lingkup pasar tradisional," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa
petani tembakau di desa lumindai berjumlah 35 orang. Pertahun petani menggarap
lahan baru untuk bertanam tembakau seluas 6 ha. Karena kecenderungan petani
tembakau di Lumindai sering berpindah pindah. Karena dengan cara berpindah
pindah dengan lahan baru diyakini untuk mendapatkan hasil tembakau yang
berkualitas tinggi.
"Karena setelah
lahan tersebut baru di olah sehingga tidak perlu lagi menggunakan pupuk
untuk mendapatkan kualitas daun tembakau yang baik. Maka tembakau di desa
lumindai tidak memakai pupuk, karena menggunakan pupuk tembakau akan terasa
lebih keras dan pahit. Apalagi pupuk tersebut menggunakannya kimia atau pupuk
pabrikan," ungkapnya.
Kemudian, lanjut dia,
kendala yang dihadapi oleh petani tembakau saat ini adalah serangan penyakit.
Penyakit yang menyerang tembakau petani adalah penyakit layu yang di sebabkan
oleh bakteri lanas yang mengakibatkan daun tembakau menjadi layu dan kemudian
mati. Atau penyakit mati gadis.
"Kita telah
melakukan sosialisasi kepada petani bahwa nyakit tersebut atau bisa diatasi
dengan menggunakan umusida. Hal itu bersifat upaya pencagahan, karena untuk
kesembuhan tidak dapat menjamin. Namun petani memiliki pertimbangan lain bahwa
jika menggunakan zat beracun atau zat kimia akan membahayakan bagi kesehatan.
Sebab tembakau tersebut di konsumsi secara langsung. Kemudian, kualitas rasa
tembakau juga menjadi tidak nikmat," ungkapnya.
Antonio menyebutkan
bahwa 10.000 batang tembakau yang bisa di taman dalam setiap ha lahan. Maka
untuk pencagahan dari serangan penyakit mati kadis, telah dianjurkan
kepada petani tembakau untuk menyelingi Dangan tanaman kubis-kubisan
seperti lobak atau kol. Tanaman kubisan tersebut dapat menekan penyakit mati
gadis tembakau yang di hadapi oleh petani tembakau.
"Upaya kita ke
depan adalah intensifikasi tembakau kering sebanyak 400 kilo pertahun. Kita
akan mendorong meningkatkan populasi tembakau menjadi 800 kilo pertahun dengan
produksi yang lebih tinggi dengan teknologi," katanya.
Ia menyebutkan untuk
pembibitan tembakau masih di produksi lokal. Pembibitan tembakau tersebut di
sebut dengan tembakau putih. Tapi kenyataannya tembakau di Lumindai dikenal dengan
nama tembakau Lumindai.
"Saat ini petani
keluhkan pasar tembakau yang sulit masih seputar pasar tradisional. Meskipun
puluhan tahun Islam tembakau Lumindai pangsa pasarnya telah masuk Riau dan
Medan. Karena ada toke yang membeli dan toke tersebut mempunyai jaringan untuk
dipasarkan di Medan dan Riau. Tetapi sejak toket tersebut meninggal tidak ada
lagi penerus. Sehingga tembakau Lumindai dipasarkan di pasar tradisional
seperti pasar Lunto, Lumindai dan Solok," ungkapnya.
No comments:
Post a Comment