Friday, November 25, 2016

Cuaca Mempengaruhi Kuliatas Tembakau



Tembakau Lumindai

Potensi Tembakau Desa Lumindai, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat pangsa pasarnya perlu ditingkatkan. Hal itu bertujuan untuk pendongkrak pendapatan petani untuk terbebas dari kemiskinan. Tembakau Lumindai di olah secara tradisional mampu bersaing dengan daerah lain. Karena pengolahannya yang masih manual dan senang daun tembakau pilihan.

Chairunnas, Kepala Desa Lumindai mengatakan bahwa di Desa Lumindai memiliki dua kelompok tani tembakau yang berjumlah kurang lebih 35 orang. Kelompok tani tembakau tersebut di dampingi oleh penyuluhan pertanian lapangan desa Lumindai. Namun potensi yang ada di desa Lumindai yang membantu masyarakat di bidang pertanian seperti sawah, Kakau, gula aren dan tembakau. 

"Petani tembakau Lumindai mampu menanam tembakau dua kali dalam setahun. Petani bertanam tembakau berdasarkan situasi dan iklim. Petani menanam tembakau di musim panas karena tembakau tidak cocok di musim penghujan," ungkapnya kepada penulis Selasa, 22 November 2016 saat ditemui di kantornya.

Ia menyebutkan bahwa tahun ini petani tembakau keluhkan penyakit mati gadis tembakau. Namun hal itu telah dilakukan sosialisasi kepada kelompok tani tembakau upaya pencegahan. "Kita telah melakukan penyuluhan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Lumindai. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi agar petani tidak merugi akibat matinya tanaman tembakau tersebut," katanya.

Selain itu, upaya mendorong petani untuk meningkatkan kualitas daun tembakau petani diberikan bantuan berupa pupuk bersubsidi. Pupuk bersubsidi tersebut diberikan kepada petani desa Lumindai.

"Pupuk tersebut telah disosialisasikan kepada masyarakat. Namun ada sebagai petani yang tidak menginginkan tembakau di pupuk dengan berbahan kimia. Karena menurut petani kualitas rasa tembakau akan menurun dan terasa agak kelat atau pahit," ungkapnya.

Selain itu, terang dia, pemerintah telah memberikan bantuan beacukai tembakau kepada petani tembakau mencapai Rp 100 juta. Beacukai tersebut diberikan dalam bentuk sapi ternak yang diberikan kepada petani.

"Namun saat ini yang menjadi kendala bagi petani tembakau penyakit. Disamping itu pula sulitnya pemasaran tembakau. Sebab pesanannya dari masyarakat akan kebutuhan masih terbatas. Sehingga petani masih ragu untuk memperbanyak produksi tembakau tersebut. Karena pasarnya sudah jelas dan itu-itu saja yang membeli. Kemudian pasarnya nya masih dalam loka dan pasar tradisional," katanya

Desa Lumindai Kecamatan Barangin memiliki keistimewaan dibandingkan dengan desa lainnya di kota
Petani Tembakau Lumindai
Sawahlunto. Kota tambang ini juga memiliki iklim yang baik untuk budidaya tembakau seperti Desa Lumindai tembakau dapat tumbuh dengan baik. Sehingga tembakau Lumindai sebelumnya pernah di kenal di Sumatera.

Antonio Maitomi, Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Lumindai, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sawahlunto mengatakan bahwa untuk bertanam tembakau masih dilihat dari kondisi atau ke adaan alam. Tidak semua daerah tembakau tersebut dapat tumbuh dengan baik serta kualitas dengan cita rasa tinggi. 

"Desa lumindai memiliki ke istimewaan karena mempunyai ketinggian 800 meter hingga 1200 meter di atas permukaan laut. Sehingga tembakau bisa tumbuh dengan baik dan didukung oleh iklim serta tanah yang baik pula," katanya.

Ia menyebutkan bahwa populasi tembakau di Lumindai tidak terlalu banyak, karena petani tembakau di Lumindai menanam dengan berkelompok secara bergantian. Kemudian permintaan masih rendah sebab yang mengkonsumi di kalangan orangtua 50-an tahun ke atas. "Pasar tembakau tersebut sebetulnya telah ada pembelinya. Namun dikalangan tertentu saja. Kemudian toke di sini pun menjual tembakau olahan yang telah di racik (menyayat) masih masih dalam lingkup pasar tradisional," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa petani tembakau di desa lumindai berjumlah 35 orang. Pertahun petani menggarap lahan baru untuk bertanam tembakau seluas 6 ha. Karena kecenderungan petani tembakau di Lumindai sering berpindah pindah. Karena dengan cara berpindah pindah dengan lahan baru diyakini untuk mendapatkan hasil tembakau yang berkualitas tinggi.

"Karena setelah lahan tersebut baru di olah  sehingga tidak perlu lagi menggunakan pupuk untuk mendapatkan kualitas daun tembakau yang baik. Maka tembakau di desa lumindai tidak memakai pupuk, karena menggunakan pupuk tembakau akan terasa lebih keras dan pahit. Apalagi pupuk tersebut menggunakannya kimia atau pupuk pabrikan," ungkapnya.

Kemudian, lanjut dia, kendala yang dihadapi oleh petani tembakau saat ini adalah serangan penyakit. Penyakit yang menyerang tembakau petani adalah penyakit layu yang di sebabkan oleh bakteri lanas yang mengakibatkan daun tembakau menjadi layu dan kemudian mati. Atau penyakit mati gadis.

"Kita telah melakukan sosialisasi kepada petani bahwa nyakit tersebut atau bisa diatasi dengan menggunakan umusida. Hal itu bersifat upaya pencagahan, karena untuk kesembuhan tidak dapat menjamin. Namun petani memiliki pertimbangan lain bahwa jika menggunakan zat beracun atau zat kimia akan membahayakan bagi kesehatan. Sebab tembakau tersebut di konsumsi secara langsung. Kemudian, kualitas rasa tembakau juga menjadi tidak nikmat," ungkapnya.

Antonio menyebutkan bahwa 10.000 batang tembakau yang bisa di taman dalam setiap ha lahan. Maka untuk pencagahan dari serangan penyakit mati kadis, telah dianjurkan  kepada petani tembakau untuk menyelingi Dangan tanaman kubis-kubisan seperti lobak atau kol. Tanaman kubisan tersebut dapat menekan penyakit mati gadis tembakau yang di hadapi oleh petani tembakau.

"Upaya kita ke depan adalah intensifikasi tembakau kering sebanyak 400 kilo pertahun. Kita akan mendorong meningkatkan populasi tembakau menjadi 800 kilo pertahun dengan produksi yang lebih tinggi dengan teknologi," katanya.

Ia menyebutkan untuk pembibitan tembakau masih di produksi lokal. Pembibitan tembakau tersebut di sebut dengan tembakau putih. Tapi kenyataannya tembakau di Lumindai dikenal dengan nama tembakau Lumindai.

"Saat ini petani keluhkan pasar tembakau yang sulit masih seputar pasar tradisional. Meskipun puluhan tahun Islam tembakau Lumindai pangsa pasarnya telah masuk Riau dan Medan. Karena ada toke yang membeli dan toke tersebut mempunyai jaringan untuk dipasarkan di Medan dan Riau. Tetapi sejak toket tersebut meninggal tidak ada lagi penerus. Sehingga tembakau Lumindai dipasarkan di pasar tradisional seperti pasar Lunto, Lumindai dan Solok," ungkapnya.



No comments:

Post a Comment