Tuesday, November 8, 2016

Kuda Kepang Harapan Jaya Tansi Baru, Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto Rajin Latihan Mempertahankan Tradisi




Kuda Kepang HArapan Jaya (HJ) Tansi Baru, Lembah Segar
Usai shalat Ashar, Sabtu, 5 November 2016 langit kota Sawahlunto tampak mendung. Sementara pengendara tampak sibuk mondar-mandir di jalanan kota dan bermuara di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK). Disela-sela Kendaraan yang parkir seleweran itu, pengunjung berdiri dan duduk diatas motor yang terparikir tengah menyaksikan pertunjukan seni tradisional kuda kepang disebut juga Kuda Lumping.

Bunyi musik gamelan mengisi ruang permainan kuda kepang tersebut menyedot perhatian penonton. Kepulan asap yang membubung ke udara, serta bau kemenyan yang dibakar berpadu dengan wewangian bunga tujuh rupa atau bunga rampai yang menyengat menambah sakralnya permainan seni tradisi kuda lumping yang sedang berlangsung. Pertunjukan kuda lumping tersebut merupakan bagian dari item kegiatan Festival Wayang Nusantara (Fawanusa) 2016 Kota Sawahlunto.

Selang beberapa menit pertujukan kuda lumping berlangsung, para pemanin tiba-tiba kejang-kejang dan berguling-guling di halaman parkir GPK seperti ada yang memasuki tubuh pemain. Pemain seperti orang 'mabuk' tak sadarkan diri lalu kembali berdiri dan terus menari-nari dengan mata yang menerawang. Ada pula mata pemain kuda lumping yang merah dan tajam melotot melihat keseluruh penonton yang ada di sekitar. Sesekali pemain kuda lumping bersikecah dan berlarian menuju arah penonton yang memakai baju merah.

Jika hal ini ditiru akan merugikan bagi diri sendiri, teruma jika tidak memiliki kemampuan untuk itu. Konon permainan itu dipragakan oleh orang yang terlatih untuk memainkan kuda lumping tersebut. Perlahan jumlah pemain pun bertambah dalam lingkaran pertunjukan kuda lumping tersebut. Ada yang memakan bara api, memakan bunga rampai yang disirami dengan minyak duyung. Kemudian, ada pula pemain yang memakan kaca seperti memakan kerupuk tanpa ada efek apapun terjadi pada mulutnya.

Penonton pun berteriak serta bersorak tertawa terbahak-bahak melihat ada penonton memakai baju merah di kejar oleh pemain kuda lumping. Penonton yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa itu terkuak menghindar kejaran pemain kuda lumping yang sedang mabuk.

Sejarah kuda lumping tersebut dibawa oleh Walisongo digunakan untuk berdakwah seruan agama Islam. Karena pada masa itu, penyebaran agama Islam ke Indonesia khusunya pulau Jawa sangatlah sulit. Karena sulitnya penyebaran Islam dimasa itu, sehingga berujung pada bunuh membunuh antar sesama, termasuk antara adik-kakak saling membunuh. Maka, agar tidak saling kenal dan saling mengetahui satu sama lain, maka digunakanlah topeng untuk mengelabui.

"Makanya dalam seni kuda lumping tersebut ada pemain yang mengenakan topeng. Maka makna filosofinya adalah untuk penyelamatan diri dari kakak atau adik sendiri agar tidak dibunuh, karena diketahui sedang menganut agama yang sedang di anut. Sebab, sebelum Islam masuk ke Indonesia di pulau Jawa banyak masyarakat yang menganut agama Hindu," ungkap Mbah Hisar, sesepuh kelompok Kuda Kepang Harapan Jaya (HJ) Tansi Baru, Kecamatan Lembah Segar.

Kemudian, lanjut dia, dalam pertunjukan seni kuda lumping ada pemain memakai Garongan, merupakan simbol dari serakah dan tamak serta suka mengadu domba untuk mencari keuntungan sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain. Selanjutnya, Kuda kepang itu sendiri yang terbuat dari jalinan bambu merupakan simbol dari transportasi. Sebab, dimasa itu belum ada transportasi seperti saman sekarang ini melainkan transportasi menggunakan kuda. Hal ini merupakan gambaran sejarah dulu kala jaman Walisongo.

"Jadi hingga saat ini peninggalan Walisongo masih ada, diantaranya masjid Demak Bintoro, termasuk gemelan Sikaten. Jadi kesenian yang masuk di pulau Jawa merupakan ciptaan Wali Songo. Jadi, ada yang beranggapan seni kuda lumping ini bertentangan dengan agama Islam, karena mereka tidak mengerti dan belum faham. Seni kuda lumping ini tidak ada bertentangan dengan agama Islam. Malainkan waktu tanyang pertunjukan kuda lumpin sebetulnya yang menjadi persoalan. Jika masuk waktu sholat, harus shalat dulu dan jangan molor pertunjukannya," jelasnya.

Ia menyebutkan bahwa kalau pemainnya kuda lumping yang kesurupan tersebut seperti orang mabuk adalah benar. Hal ini diasumsikan sebagai gambaran bahwa di jaman sebelum Islam masuk ke Indonesia khususnya pulau Jawa, kehidupan dimasa itu antara adik dan kakak saling membunuh. Maka, perbuatan membunuh saudara kandung sendiri berarti mereka tidak sadar atau mabuk. Karena perlakuan membunuh saudara sendiri diluar nalar dan mabuk. Sebab, hati dan fikirannya tidak lagi berfungsi secara baik dan mati. Kalau tidak mabuk maka tidak akan saling membunuh.

"Kuda lumping ini merupakan gambaran jaman dulu kala saling membunuh satu sama lain, yang tertuang dalam seni kuda lumping. Maka, kuda lumping ini sendiri boleh dimainkan dan boleh pula tidak dimainkan. Karena, kuda lumping ini merupakan gambaran di jaman walisongo semasa penyebaran agama Islam melalui seni," paparnya.

Ia mengaku perkembangan seni tradisonal Kuda lumping di sawahlunto dimulai sejak masyarakat Jawa merantau di Kota Sawahlunto dan merupakan gabungan dari seni etnis Jawa seperti Wayang. "Karena dulunya kota ini sepi maka kesenian kuda lumping itu dihidupkan dan menggambarkan jaman dulu sebelum Islam masuk. Seni tradisi etnis Jawa seperti Kuda Lumping dan Wayang tersebut dihidupakan bertujuan agar masyarakat Jawa tidak pulang kekampung meninggalkan kota Sawahlunto," katanya.

Gunawan Wibisono, 41, penasehat spritual Kuda Kepang Harapan Jaya mengatakan bahwa Syarat dan ritual tertentu dalam bermain kuda lumping yang harus dimiliki oleh anggota adalah mimiliki jiwa bersih dan seni yang tinggi. Kemudian kecintaan seseorang terhadap seni, sebab jika dilihat pertunjukan seni kuda lumping tersebut tampak urak-urakan. Hal ini merupakan sebuah persilatan, namun dialih fungsikan dan seni kuda lumping ini termasuk seni langka keberadaannya.

Namun, yang tertinggal saat ini seni kuda lumping yang ada dan berkembang saat ini hanya bunganya saja. Seni kuda lumping ini jika dilakukan oleh orang biasa tanpa ada ke ahlian khusus tidak boleh dilakukan. Karena bermain kuda lumping tetap ada pengawasan yang dilakukan dan harus mengenal porsi tubuh dari A sampi Z.

"Atraksi-atraksi yang dilakukan pemain kuda lumping seperti memakan kaca, memakan api dan dicambuk tidak bisa dilakukan masyarakat biasa. Hal ini merupakan sebuah permainan, karena tidak logis kalau memakan cata tanpa ada keraguan dan cetdra sedikit pun. Hal ini merupakan permainan dan janga ditiru karena tidak bisa dilakukan sendiri tanpa ada pengawasan dan keahlian tersendiri. Maka dari itu cintailah seni, maka kita akan mengetahui 'ujungnya'" katanya saat ditemui usai pertunjukan berlangsung.

Beni Irawan, 33, Ketua Kuda Kepang Harapan Jaya (HJ) Tansi Baru, Kecamatan Lembah Segar mengatakan Kuda lumping Harapan Jaya merupakan kuda lumping pertama yang ada dikota Sawahlunto berdiri sejak tahun 1989. Kemudian kuda kepang sungai duren, kuda kepang sikalang.

"Pertunjukan kuda lumping tersebut tidak harus pada ivent tertentu, namum pada prisipnya jika ada anggota yang berkumpul dan ingin main kuda lumping langsung dipertunjukan. Minimal pentas kuda lumping ini sebulan sekali. Kalau latihan rutin dilakukan sekali dalam sebulan dengan latihan menari. Kuda Lumping Harapan Jaya memiliki anggota kurang lebih 25 orang," katanya.

No comments:

Post a Comment