Tuesday, November 8, 2016

Group Wayang Kulit Krida Laras Darmasraya Padangtengah, Pentaskan 'Wayang kulit lakon Prabu Sumilih'

Malam semakin larut. Angin berhembus terasa dingin menyentuh kulit akibat embun telah menguap. Jalanan kota pun mulai sepi dari lalu lalang kendaraan. Namun Lapangan segitiga ombilin masih banyak warga berkumpul dibawah tenda menyaksikan pertunjukan seni tradisi wayang kulit rangkaian Festival Wayang Nusantara ke IV 2016, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Kelompok Wayang Kridalaras Dharmasraya Padangtengah ini lahir sejak tahun 1983 dan masih eksis hingga saat ini. Kelompok ini dibentuk untuk mempertahankan seni tradisi jawa yang ada di Darmasraya, Padangtengah. Anggota kelompok ini terdiri dari masyarakat sekitar dilingkungan Padangtengah.

Ki Jumari Guno Carita menyebutkan bahwasanya persiapan menjelang keberangkatan untuk tampil ke kota Sawahlunto pada iven Festival Wayang Nusantara ke IV 2016 telah dilakukan sejalah beberapa bulan belakangan. Persiapan dilakukan berupa latihan-latihan untuk seni wayang itu sendiri.

"Karena beberapa ada anggota baru atau anggota pemula yang ikut latihan. Kalau seni tradisi wayang latihan dua kali dalam seminggu. Kemudian bagi anggota lama latihan rutinitas bersama sebulan sekali," ungkap Ki Jumari Guno Carito pimpinan Group Wayang Kulit Kridoraras Darmasraya Padangtengah, kepada Penulis, Jumat, 4 November 2016 malam.

Ia mengaku anggota kelompok Wayang Kulit Kridoraras Darmasraya Padangtengah saat ini berjumlah lebih dari 30 orang. Namun untuk datang ke kota Sawahlunto melibatkan sebanyak 22 orang pemain wayang. "Kalau kesini tidak membawa alat-alat musik seperti gamelan, gong dan segala macamnya, karena telah disediakan oleh panitia. Kita hanya memainkan beberapa alat musik yang dimainkan, karena tersedia di ats panggung," akunya.

Ia menyebutka bahwa seni tradisi wayang kulit yang dimaikan 'Lakon Prabu Sumilih' yang telah berhasil membunuh raksasa yang turun dari kayangan di Negara Atina. Negara Astina merupakan negaranya Prabu Abdioso menjadi kepercayaan turun-temurun dalam cerita wayang.

"Di Negara Astina, Prabu Duryudana sedang mengadakan pertemuan dengan seluruh Punggawa kerajaan untuk membicarakan tentang keamanan negara. Petemuan itu  dikejutkan oleh kedatangan Prabu Naga Tawingnya dari negara Puser Bumi," ungkapnya.

Ia melanjutkan sejak kelahiran Duryudana hingga Duryudana tumbuh dewasa dan menjadi penguasa ketika itu. Seharusnya Pundawa yang berkuasa, namun karena Pundawa masih kecil sehingga kekuasaan diambil alih oleh Duryudana. Karena kekuasaan diambil Duryudana maka terjadilah peperangan dan berkelanjutan dengan Pundawa setelah Pundawa tumbuh dewasa.

"Sebenarnya Pundawa bermaksud untuk membantu Prabu Duryudana menumpas sampai disirnakannya para Pandawa. Atas kekalahan Pandawa tersebut, berarti Prabu Duryadana beserta kurawanya akan semakin jaya," katanya.

Kemudian, setelah peperangan itu usai, bala tentara Astina yang dipimpin Prabu Naga Tawingnya dan dibantu Pandita Sakti yang bernama Begawan Dewa Pratoto dari Puser Bumi melanjutkan perjalanan untuk menambah daerah kekuasaan setelah melakukan kesepakatan bersama Duryadana.

"Didalam perjalannya bertemu dengan prabu baladewa Raja Madura, bersama Anoman yang sedang mencari Gatot Kaca yang sudah lama pergi dari Pringgadani. Gatot Kaca pergi tanpa pamit," ungkapnya.

Singkat cerita, perjalan Prabu Baladewa dan Anoman di hadang oleh para Kurawa yang dipimpin Prabu Naga Tawingnya. Prabu Baladewa merasa dihina maka terjadi pertempuran kedua belak pihak. Banyak prajurit Kurawa yang menderita kelelahan, prabu Naga Tawingnya pun tidak mampu menandingi Prabu Baladewa dan Anoman.

"Akhirnya Bagawan Dewa Pratoto Metek Aji Gelap Sayuta dihantam kepada Prabu Baladewa dan Anoman. Seketika Prabu Paladewa dan Anoman terlempar jauh dari tempat pertempuran dan segera kembali ke Amarta," sebutnya.

Kemudian, disisi lain di Negara Purwacarito, Pramesti Guru dan Para Dewa serta kedatangan Raden Gatotokaca yang sengaja di panggil oleh Batara Guru. Saat itu Batara Guru ingin menempati janji ketika Raden Gatotkaca berhasil membinasakan Prabu Kala Pracomo Raja Pagarwaja. Raden Gatotkaca telah merusak kayangan akibat peperangan karena lamarannya di tolak, sebab yang ingin menikahi Dewi Supraba.

"Atas kemenangan Raden Gatotkaca di kayangan, maka Batara Guru berjanji akan dinobatkan sebagai Raja Purwacarita. Penobatan Raden Gatotkaca menjadi Raja Purwacerita dengan bergelar Prabu Sumilih. Penobatan itu dihadiri dan disaksikan oleh Harjuna. Kedatangan Raden Harjuna meminta bantuan kepada Prabu Sumilih untuk melawan Prabu Naga Tawingnya dan begawan Dewa Pratolo," ungkapnya.

Singkat cerita, bantuan itu diterima oleh Raden Gatotkaca untuk bersikutu dengan Raden Harjuna untuk melawan Prabu Naga Tawingnya. Terjadilah peperangan sengit antara Prabu Naga Tawingnya dengan Prabu Sumilih, akhirnya keduanya bubar. "Dalam cerita wayang ada sebuah negara yang disebut negara Negara Astina. Karena sejarah wayang itu sendiri berasal dari India masuk ke pulau Jawa, maka cerita wayang itu telah diubah dan disesuaikan dengan Indonesia. Maka, dimana persisnya Negara Astina itu tidak diketahui secara persis," akunya.

No comments:

Post a Comment