Malam semakin larut. Angin
berhembus terasa dingin menyentuh kulit akibat embun telah menguap. Jalanan
kota pun mulai sepi dari lalu lalang kendaraan. Namun Lapangan segitiga ombilin
masih banyak warga berkumpul dibawah tenda menyaksikan pertunjukan seni tradisi
wayang kulit rangkaian Festival Wayang Nusantara ke IV 2016, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Kelompok Wayang Kridalaras
Dharmasraya Padangtengah ini lahir sejak tahun 1983 dan masih eksis hingga saat
ini. Kelompok ini dibentuk untuk mempertahankan seni tradisi jawa yang ada di
Darmasraya, Padangtengah. Anggota kelompok ini terdiri dari masyarakat sekitar
dilingkungan Padangtengah.
Ki Jumari Guno Carita menyebutkan
bahwasanya persiapan menjelang keberangkatan untuk tampil ke kota Sawahlunto
pada iven Festival Wayang Nusantara ke IV 2016 telah dilakukan sejalah beberapa
bulan belakangan. Persiapan dilakukan berupa latihan-latihan untuk seni wayang
itu sendiri.
"Karena beberapa ada anggota
baru atau anggota pemula yang ikut latihan. Kalau seni tradisi wayang latihan
dua kali dalam seminggu. Kemudian bagi anggota lama latihan rutinitas bersama
sebulan sekali," ungkap Ki Jumari Guno Carito pimpinan Group Wayang Kulit
Kridoraras Darmasraya Padangtengah, kepada Penulis, Jumat, 4 November 2016
malam.
Ia mengaku anggota kelompok
Wayang Kulit Kridoraras Darmasraya Padangtengah saat ini berjumlah lebih dari
30 orang. Namun untuk datang ke kota Sawahlunto melibatkan sebanyak 22 orang
pemain wayang. "Kalau kesini tidak membawa alat-alat musik seperti
gamelan, gong dan segala macamnya, karena telah disediakan oleh panitia. Kita
hanya memainkan beberapa alat musik yang dimainkan, karena tersedia di ats
panggung," akunya.
Ia menyebutka bahwa seni tradisi
wayang kulit yang dimaikan 'Lakon Prabu Sumilih' yang telah berhasil membunuh
raksasa yang turun dari kayangan di Negara Atina. Negara Astina merupakan
negaranya Prabu Abdioso menjadi kepercayaan turun-temurun dalam cerita wayang.
"Di Negara Astina, Prabu
Duryudana sedang mengadakan pertemuan dengan seluruh Punggawa kerajaan untuk
membicarakan tentang keamanan negara. Petemuan itu dikejutkan oleh
kedatangan Prabu Naga Tawingnya dari negara Puser Bumi," ungkapnya.
Ia melanjutkan sejak kelahiran
Duryudana hingga Duryudana tumbuh dewasa dan menjadi penguasa ketika itu.
Seharusnya Pundawa yang berkuasa, namun karena Pundawa masih kecil sehingga
kekuasaan diambil alih oleh Duryudana. Karena kekuasaan diambil Duryudana maka
terjadilah peperangan dan berkelanjutan dengan Pundawa setelah Pundawa tumbuh dewasa.
"Sebenarnya Pundawa
bermaksud untuk membantu Prabu Duryudana menumpas sampai disirnakannya para
Pandawa. Atas kekalahan Pandawa tersebut, berarti Prabu Duryadana beserta
kurawanya akan semakin jaya," katanya.
Kemudian, setelah peperangan itu
usai, bala tentara Astina yang dipimpin Prabu Naga Tawingnya dan dibantu
Pandita Sakti yang bernama Begawan Dewa Pratoto dari Puser Bumi melanjutkan
perjalanan untuk menambah daerah kekuasaan setelah melakukan kesepakatan
bersama Duryadana.
"Didalam perjalannya bertemu
dengan prabu baladewa Raja Madura, bersama Anoman yang sedang mencari Gatot
Kaca yang sudah lama pergi dari Pringgadani. Gatot Kaca pergi tanpa
pamit," ungkapnya.
Singkat cerita, perjalan Prabu
Baladewa dan Anoman di hadang oleh para Kurawa yang dipimpin Prabu Naga
Tawingnya. Prabu Baladewa merasa dihina maka terjadi pertempuran kedua belak
pihak. Banyak prajurit Kurawa yang menderita kelelahan, prabu Naga Tawingnya
pun tidak mampu menandingi Prabu Baladewa dan Anoman.
"Akhirnya Bagawan Dewa
Pratoto Metek Aji Gelap Sayuta dihantam kepada Prabu Baladewa dan Anoman.
Seketika Prabu Paladewa dan Anoman terlempar jauh dari tempat pertempuran dan
segera kembali ke Amarta," sebutnya.
Kemudian, disisi lain di Negara
Purwacarito, Pramesti Guru dan Para Dewa serta kedatangan Raden Gatotokaca yang
sengaja di panggil oleh Batara Guru. Saat itu Batara Guru ingin menempati janji
ketika Raden Gatotkaca berhasil membinasakan Prabu Kala Pracomo Raja Pagarwaja.
Raden Gatotkaca telah merusak kayangan akibat peperangan karena lamarannya di
tolak, sebab yang ingin menikahi Dewi Supraba.
"Atas kemenangan Raden
Gatotkaca di kayangan, maka Batara Guru berjanji akan dinobatkan sebagai Raja
Purwacarita. Penobatan Raden Gatotkaca menjadi Raja Purwacerita dengan bergelar
Prabu Sumilih. Penobatan itu dihadiri dan disaksikan oleh Harjuna. Kedatangan
Raden Harjuna meminta bantuan kepada Prabu Sumilih untuk melawan Prabu Naga
Tawingnya dan begawan Dewa Pratolo," ungkapnya.
Singkat cerita, bantuan itu diterima
oleh Raden Gatotkaca untuk bersikutu dengan Raden Harjuna untuk melawan Prabu
Naga Tawingnya. Terjadilah peperangan sengit antara Prabu Naga Tawingnya dengan
Prabu Sumilih, akhirnya keduanya bubar. "Dalam cerita wayang ada sebuah
negara yang disebut negara Negara Astina. Karena sejarah wayang itu sendiri
berasal dari India masuk ke pulau Jawa, maka cerita wayang itu telah diubah dan
disesuaikan dengan Indonesia. Maka, dimana persisnya Negara Astina itu tidak
diketahui secara persis," akunya.
No comments:
Post a Comment