Wednesday, November 2, 2016

Pengrajin Seni Patung Dan Souvenir Batu Bara, Terkendala Pasar



Trigunara, 42, warga Tansi Baru, jalan Lubang Mbah Soero, Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, KotaSawahlunto, Pengrajin Souvenir dan Patung Batubara, belajar otodidak. Namun hasil karyanya tembus pasar luar negeri. Seperti apa kisahnya?

Laporan : Julnadi Inderapura

Trigunara Sedang Membuat Patung Naga
Rabu, 19 Oktober 2016 siang langit Kota Sawahlunto tampak cerah. Sementara lalu lalang kendaraan dijalan raya kota masih seperti biasa. Siang itu, Penulis berkunjung ke Nadira Souvenir Shop. Sesampai ke tempat tujuan, terlihat berbagai jenis ukuran dan bentuk patung olahan batu bara terpajang di etalase.

Trigunara, 42, pengrajin seni patung dan souvenir batu bara, tampak sibuk mengukir membuat patung dari bahan baku Batu bara dari balik etalase. Patung separuh jadi, bermotif naga yang dibuat tersebut adalah pesanan dari PT Tambang batu bara. Hal itu ditetahui setelah bercerita panjang lebar sembari melihat tukik-menukit mata pahat serta bunyi gerusan mata pahat memakan batu bara.

Dibalik meja ukuran 40 cm x 40 cm itu sebagai tempat kedudukan batubara untuk diukir menjadi patung. Tangan lelaki itu terlihat sigap mengikis batu bara untuk dijadikan berbagai jenis patung menggunakan pahat buatannya sendiri. Diruangan 3 m x 4 m berdindingkan kayu dan triplek itulah ia bekerja membuat berbagai jenis motif dan seni patung lahir dari tangannya, meskipun belajar otodidak. Ayah dua orang anak ini mempunyai bakat seni yang tinggi bawaan sejak lahir.

"Tidak ada peralatan khusus untuk membuat patung dan masih dikerjakan manual. Saya hanya menggunakan barang bekas, seperti kikir besi yang dijadikan pahat untuk mengukir batu bara sesuai dengan bentuk yang diinginkan," aku pria yang memakai baju kaos oblong ini.

Ia mengaku pembuatan patung dan souvenir dari bahan baku batu bara telah di mulai sejak tahun 1990-an.
Namun pembuatan belum serius, karena masih join dengan orang lain. Artinya membantu teman jika ada permintaan atau pesanan.

Kemudian pada tahun 2000 telah mulai serius dan fokus membuat berbagai ukiran bahan baku batu bara. Seperti mainan kunci, asbak rokok, tempat meletakan pena untuk perkantoran, patung dari bahan baku batu bara.

Kesulitan dalam pembuatan souvenir dan patung tersebut dari bahan baku. Karena tidak semua batu bara yang bisa dijadikan bahan baku souvenir. Batu bara itu ada yang lunak dan ada pula yang keras tergantung jenis kalori batu bara tersebut.

Makanya, untuk pesanan batu bara tersebut harus ada orang khusus untuk bisa mendapatkan jenis batu bara yang diinginkan. Jadi, harus orang yang mengerti batu bara mencari batu bara. "Saya membeli batu bara tersebut Rp125 ribu perkarung dengan berat kurang lebih 70 kg. Kalau untuk mengambil banyak batu bara tersebut tidak diperbolehkan dan bisa berurusan dengan hukum," akunya.

Selanjutnya, ungkap dia, untuk membuat souvenir sehari bisa siap 50 buah seperti gantungan kunci. Kalau pembuatannya, harus bergantung pada tingkat kesulitan seperti bentuk, ukuran patung yang dibuat. Jadi, pembuatannya tidak bisa dipastikan lama waktu yang dihabiskan untuk membuat. Terkadang untuk membuat sebuah patung bisa memakan waktu selama lima hari dan bahkan seminggu. Sebab, untuk pembuatan patung tidak bisa terburu-buru dan harus 'batanang' (teliti) karena membuatnya dengan tangan sediri. Kemudian, peralatan yang digunakan pun masih manual sehingga bergantung kepada kemampuan seberapa cepat untuk menyelasikan patung tersebut.

"Untuk pembuatannya patung tekadang bahan bakunya pecah saat pengerjaan separoh jalan. Sehingga dibutuhkan bahan baku baru batu bara lain untuk di sambung kembali agar menjadi utuh. Selanjutnya, bubuk batu bara bekas ketam dan garinda, juga bisa digunakan untuk pembuatan prem foto, asbak roko dan semacamnya, bergantung pada ide kreatif kita," paparnya.

Ia mengaku meskipun sebelumnya pernah ada pelatihan pembuat berbagai jenis olahan batu bara. Namun hasil dari pelatihan tersebut, meskipun diikuti oleh banyak peserta, yang berkelanjutan membuat pernak pernik dan souvenir serta patung, orangnya masih itu-itu saja. "Peserta yang mengikuti tersebut hingga saat ini tidak muncul karyanya. Karena memang untuk membulai bukuh ketekunan dan memiliki bakat. Untuk membuat olahan dari bahan baku batu bara di kota Sawahlunto ada empat orang," ujarnya.

Trigunara mengatakan bahwa untuk pesanan banyak datang dari lokal kota Sawahlunto sebagai souvenir. Seperti orang Sawahlunto membeli barang untuk dipasarkan diluar kota Sawahlunto. Kemudian, pengunjung datang berwisata ke Kota Sawahlunto mereka membeli batu souvenir batu bara.

"Untuk pasar souvenir batu bara ini sendiri sebetulnya telah jauh seperti Jepang, Taiwan, Malaysia, Singapur, Belanda. Namun, bukan berarti orang tersebut yang membeli langsung. Palingan bule berkunjung kemudian mampir dan membelinya. Kalau pesanan tidak ada, namun dari perantara," katanya.

Ia melanjutkan untuk satubuah souvenir harnganya relatif dan bergantung tingkat kesulitan. Kisaran harga sofenir tersebut dari harga Rp15 ribu hingga Rp1,5 juta perbuah. Harga sebuah gantungan kunci di jual Rp15 ribu, kemudian patung berdasarkan kesulitan dan ukuran seharga Rp800 ribu.

"Kalau jual beli perhari tidak dapat dipastikan dan bahkan selama seminggu tidak ada yang membeli. Karena souvenir ini tidak menjadi kebutuhan harian. Namun, begitu ada ivent atau acara di kota Sawahlunto, para pengunjung banyak yang mampir lalu membeli hingga ratusan ribu rupiah. Jadi, sulit untuk menjalaskan berapa pendapatan sehari, perminggu dan perbulan. Tetapi, jika pada iven tertentu bisa jual beli Rp5 juta dalam sehari untuk dua buah patung," ungkapnya.

Selanjutnya, terang dia, kesulitan yang dihadapi saat ini terkendala dengan bahan baku batu bara. Sebelumnya untuk mendapatkan batu bara tersebut dari PT Bukit Asam dengan menggunakan surat izin. Berapapun diambil untuk kebutuhan untuk mengambil tidak membayar. Tentu dengan persyaratan seperti sutat izin dan sefti untuk mengambil batu bara namun saat ini kantor PT BA telah pindah.

"Saat ini dari pemambang dari pihak PT swasta untuk mendapatkan batu bara tersebut. Kemudian, kita membeli kepada pemulung batu bara. Selanjutnya untuk mengeluarkan batu bara tersebut dari lokasi tambang dikenakan ongkos sebasar Rp60 ribu untuk sampai sini dengan menggunakan karung. Karena jalan tambang medannya sulit dan tanah. Apabila hujan, bahan baku batu bara tidak bisa dikeluarkan dari lokasi tambang.  sehingga bahan baku batu bara pun sulit didapatkan," akunya.

Kemudian kesulita lain adalah untuk pemasaran hasil produksi mau dipasarkan dimana. Kalau pemerintah hanya memantau saja tanpa ada solusi. "Kalau memberikan bantuan, kepada pengrajin mereka mau. Setelah memberikan bantuan tetap dipantau. Tetapi untuk tahapan selanjutnya tidak ada seperti promosi termasuk memasarannya tidak ada dibantu," lanjutnya.

Ia berharap pemerintah dapat membuka ruang untuk pemasaran dan promosi bagi pengrajin patung. "Bantuan dana yang diberikan pemerintah, dipergunakan untuk membelian bahan baku. Untuk bentuk promosi yang diberikan pemerintah masih berupa lisan," katanya.

No comments:

Post a Comment