Rabu, 26 Oktober 2016 siang kota
Sawahlunto tampak gersang, sebab telah berbulan-bulan tidak hujan. Rerumputan
sepanjang pinggiran jalan tampak mati dan mengering. Siang itu Penulis menyambangi
Pemuda Pelopor pemenang kategori Inovasi Teknologi yang diselenggarakan
Provinsi Sumatera Barat. Bangaimana kisahnya?
Laporan : Julnadi Inderapura
Lambang Wicaksono Ajarkan Ibu-ibu Menjahit |
Lambang Wicaksono, 27, warga
Asrama Ombilin W316F Desa Sikalang, Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto merupakan
pemuda kreatif yang menginisiasi terbukanya lapangan pekerjaan di Desa
Sikalang Bidang konfeksi Kaos. Sehingga inovasi yang dikembangkan tersebut
menginspirasi kalangan muda dan masyarakat Sawahlunto.
"Sebelumnya Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olah Raga menyebutkan ada lomba pemuda pelopor. Namun diskusi
awalnya kaitannya dengan Dinas Pariwisata. Karena kita membuat kaos untuk masuk
sentra wisata di Sawahlunto. Tetapi setelah Tim Juri datang mencari fakta di
lapangan ternyata lebih pasnya bidang inovasi dan teknologi. Karena yang dibuat
bukan kaos saja tetapi membuat desainnya Sawahlunto, pengolahan limbah,
mengajarkan pada masyarakat sekitar mengolah limbah. Kemudian aplikasi Songket
di pakai ke Kaos. Maka juri bilang pasnya adalah dalam bidang Inovasi dan Teknologi,"
ungkap lelaki lulusan progam studi Elektronika Instrumen Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Ia mengaku setelah mendapat
saran tersebut maka diusahakan mengikuti cabang tersebut, sehingga tanpa di
duga mendapat juara. Ide awal untuk membuka industri kreatif rumah tangga
konveksi ini semula belajar di Jogja semasa kuliah. Karena di Jogja banyak
terdapat berbagai jenis industri rumah.
"Ternyata bisa dikembangkan
dengan belajar dengan mengacu pada dua hal, pada karya garmen dan pendidikan.
Kemudian masyarakat disitu punya home industri kaos dan sejenisnya. Maka,
mulailah belajar memuat syal untuk dijual untuk pendaki gunung. Meskipun dengan
masih mengandalkan orang lain untuk menjahit dan sablon," akunya.
Ia melanjutnya, banyak orderan
yang didapatkan, namun pengusaha tempat biasa menyuplay barang bangkrut. Tetapi
orderannya tetap jalan, maka dimulaikan berusah untuk menyablon sendiri dan
belajar sendiri secara otodidak untuk memenuhi permintaan.
"Kemudian, permintaan terus
berkembang sehingga tidak mampu bekerja sendiri. Maka, kita mempekerjakan enam
orang karyawan untuk menjahit. Mulai dari menggunting dan menjahit baju sampai
sablon dilakukan disini," ungkapnya.
Selain itu, ia juga memberikan
pelatihan difasilitasi pemerintah kota untuk melakukan pelatihan menjahit Kaos
untuk ibu-ibu dan remaja sebanyak sepuluh orang. Selanjutnya, pelatihan
menjahit Tas dan gantungan Kunci, serta mendatangkan ibu-ibu untuk workshop untuk
belajar mengolah limbah.
"Kita juga memberikan
pelatihan untuk remaja Desa Sikalang membuat bingkai photo dari limbah dengan
memanfaatkan kain perca. Semua yang dilakukan tersebut niatnya untuk membantu
masyarakat. Sebab, kita tida mengetahui, mungkin 10 tahun lagi batu bara di
kota Sawahlunto akan habis. Maka, apa lagi penambah pendapatan ekonomi
masyarakat. Maka perlu disiapkan keterampilan dengan memberikan pelatihan
tersebut," akunya.
Selain itu, kata berbagai produk
limbah kaos yang dibuat merupakan turunan dari prodak kaos. Limbah atau perka
kaos dimanfaatkan untuk menjadi perbagai produk, seperti masker, kalung, hiasan
pensil, sajadah anak, boneka, bantal dan lain sebagainya.
"Langkah ini diambil guna
memanfaatkan limbah sehingga limbah kaos yang ada tidak mencemarkan lingkungan.
Sekaligus mengajak ibu-ibu dan remaja agar mau berkreasi, karena prodak dibuat
bisa di jual dan menjadi sumber pendapatan untuk membantu perekonomian keluarga,"
sebutnya.
Lambang menyebutkan bahwa semua
produk limbah kaos yang dibuat atau sudah jadi oleh masyarakat dirinya siap
menerima untuk dipasarkan ke toko-toko souvenir di Kota Sawahlunto. "Untuk
satu helai kaos di jual Rp 20 ribu ukuran anak-anak hingga Rp70 ribu ukuran
orang dewasa. Omset yang didapatkan setiap bulannya sekitar Rp25 juta hingga
Rp30 juta rata-rata tiap bulan. Karena pesanan kaos lebih banyak datang dari
luar Sawahlunto, melalui Media Sosial (medsos)," Akunya.
No comments:
Post a Comment