Monday, December 19, 2016

Randai Diminati Generasi Muda, Randai Ajarkan Etika dan Estetika




Top Five Festival Randai se Sumatera Barat 2016
Malam nan cerah. Bulan pun tampak di langit kota Sawahlunto. Perlahan menghilang di tutup awan. Orang-orang berduyun-duyun berjalan kaki menuju galanggang. Ibu-ibu baya memakai sendal jepit membimbing anaknya menuju gelanggang. Orang-orang menyiapkan diri menyaksikan pertunjukan randai, di terminal Talawi, Sabtu, 17 Desember 2016 malam.

Orang-orang berkerumun berdiri menyaksikan pertunjukan randai Top Five Festival Randai seSumatera Barat, Kota Sawahlunto. Maka, ditengah kerumunan orang-orang (penonton) randai pun berlangsung (tampil), sehingga penonton dan hadirin yang berhadir 'tapuhunkan sambah manyambah sarato dunsanak, sarato hadirin nan basamo dari pemain Randai.

Ada lima group randai yang tampil pada iven tersebut. Lima group randai tersebut merupakan pemenang festival randai tingkat Provinsi yang dilaksanakan beberapa bulan lalu sehingga melekat dengan tema Top Five Randai Festival se Sumatera Barat, Kota Sawahlunto.

Beragam corak dan warna yang hadir dalam seni tradisi randai tersebut. Pemain membawa cerita kaba minangkabau sarat dengan pesan pesan moral nan menyentuh. Kemudian, pelajaran etika dan estetika serta adat istiadat, bertutur kata santun dan sopan pun diperlihatkan olah pemain randai. Sungguh ini merupakan seni tradisi yang harus dipertahankan.

Maka, Kekayaan makna yang terkandung dalam seni tradisi randai tersebut agar lebih di tertata dengan baik agar tidak keluar dari nilai tradisi randai itu sendiri di minangkabau. Sehingga ada beberapa hal yang harus di persiapkan oleh pelaku seni tradisi randai.

Zulkifli, Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Pandangpanjang mengatakan bahwa dalam Seni tradisi randai ada dialog dan ekting menjadi unsur yang tidak boleh ditinggalkan. Menurutnya, Ada empat unsur dalam seni tradisi yang tidak boleh ditinggalkan. Pertama dialog, Kedua ekting, ada yang menyebutnya 'ma adu kato dan malapehkan kato'. Ketiga, 'gurindam' atau cerita yang dinyanyikan, Keempat tapuak gelombang.

Keempat hal pokok tersebut tidak boleh ditinggalkan atau di-tiada-kan dalam bermain randai dan sangat mungkin untuk dikembangkan. Sehingga pengembangan tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Kemudian, guru randai akan mempunyai tantangan tersendiri untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengonsep gerakan randai.

Selanjutnya, terang dia, cerita (kaba/naskah) randai pada prinsipnya diceritakan dalam dua bentuk, yakni dalam bentuk dialog dan dalam bentuk nyanyian atau dendang (cerita yang dinyanyikan). Maka, nyanyian yang bercerita itulah yang disebut gurindam dalam randai. Oleh sebab itu, kemampuan untuk berdialog dan kemampuan untuk berdendang dan menyampaikan cerita sangat berpengaruh untuk kemulusan apa yang disampaikan oleh si pencerita (pedendang).

Lebih jauh dikatakannya, dalam peristiwa randai akhir-akhir ini dendang (nyanyian yang bercerita) kadang kala agak dikesampingkan atau agak dipinggirkan penompangannya. Malahan banyak yang melakukan dendang itu di luar (lingkaran randai), sehingga tidak kelihatan bagi penonton waktu menyampaikan cerita itu oleh pedendang. Tetapi ada pula yang berdendang menyampikan cerita di dalam (lingkaran randai). Jadi sebetulnya tidak ada larangang apakah pedendang didalam lingkaran atau diluar (lingkaran) meskipun ada yang melalukannya didalam. Namun, tidak ada pula aturan atau perintah yang mengharuskan pedendang untuk didalam lingkaran.

Zulkifli berasumsi kalau seandainya, pedendang atau bercerita dalam bentuk nyanyian itu tidak berada didalam lingkaran, berarti tidak terlihat orangnya (pedendang). Kalau tidak terlihat orangnya (pedengang) pasti ekspresinya akan lemah dibandingkan pedendang yang berada didalam (lingkaran randai) atau ditengah sambil bernyanyi (badendang). "Gurindam atau badendang itu bukan untuk mengiringi gelombang tetapi adalah penyempai cerita dan disertai oleh gerakan," Katanya.

Menurutnya, di Minangkabau ini ada dua jenis Randai. Ada yang disebut Tari Randai. Ada yang di sebut Randai saja. Maka yang disebut dengan tari randai adalah formasi yang melingkar sambil bertepuk tangan tanpa dialog. Tari Randai ini sendiri kurang mendapatkan perhatian oleh pelaku seni tradisi dan pemerintah sehingga pengembangannya pun melambat.

Sebab, selama ini pelaku seni lebih terfokus pada Randai saja. Tari Randai ini sendiri di Minangkabau kurang mendapat pembinaan, akhir-akhir ini karena lebih terfokus pada randai. Keberadaan Tari Randai ini di Saniangbaka dikenal dengan Randai Ilau. Kemudian, Pariaman dikenal dengan Randai Ulu Ambek.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa sewaktu-waktu Kota Sawahlunto melombakan bukan Randai tetapi Tari Randai tanpa cerita, melainkan gerakan-gerakan melingkar disertai oleh nyanyian dan tepuk tangan. Dengan bermacam-macang nyanyian, bermacam-macam gerakan serta bermacam-macam gaya tepuk galembong. Sehingga keberadaan tari randai mendapat tempat dan terpelihara serta akan dikenal banyak orang. Tari Randai tersebut, bisa pula dilakukan oleh kelompok wanita disesuaikan dengan gerakan mereka.

Kemudian, dialog dalam randai mempunyai gaya tersendiri. karena randai ini lahir dilingkungan orang tradisi dan lingkungan orang pesilat, maka gaya dialognya mendekatkan pada gaya berseni tutur kata di minangkabau seperti gaya pasambahan atau dialog lainnya.

Ekting terpengaruh dengan gaya penampilan silek hal ini boleh dilakukan pengembangan, tetapi pada prinsipnya pengembangan itu, atau diistilahkan 'bapisah di lapiak nan salai, bapisah tagak ditanah nan sabingkah'. Masih banyak peluang-peluang cerita randai yang bisa dikembangkan, tapuak galembong yang bisa dikembangkan, gerak randai, dendang dan lain sebagainya.

Menurutnya, Zulkifli yang perlu diperhatikan dalam randai adalah menjaga permainan agar tidak 'menoton' dengan menjaga dinamika dalam bermain. Kemudian, teks naskah dari pertunjukan randai harus ada pengelompokan atau sub bagian, seperti awal randai seperti pasambahan. Selanjutnya, ada permainan dan duduknya anak randai, etika dan estetikanyaa harus jelas.

Kemudian dari segi sastra atau dilalog dalam randai harus diperhitungkan mana sastra yang cocok dan sesuai dengan proporsi tertentu sesuai peranan masing-masing tokoh. Sehingga peranan anak, ayah, ibu, serta kondisi (peristiwa) bagaimana dalam memainkan peran harus jelas terkonsep dan terukur.

Maka banyak ditemukan bahwa sastra dalam randai yang dimainkan bermunculan kata-kata "mano lah". Terkadang pada ayah memakai kata "mano lah ayah kato denai", maka kata "mano lah" dalam kehidupan sehari-hari ke pada orang tua adalah tidak tepat. Agak kasar dan kurang beretika. Maka, penggalian sastra dalam teks naskah atau dialog dalam randai harus diperhitungkan dengan baik.

Gurindam dan dendang disampaikan di tengah dan kebiasaannya tari randai tradisi yang merupakan kekayaan "dendang" (nyanyi) yang disampaikan dengan cara sambung menyambung atau bersahutan. Sehingga dendang tersebut berfariasi. Berbeda dengan dendang saluang yang dilakukan sendiri.

Tetapi dalam Gurindam randai biasanya disampaikan dua atau tiga orang dan bahkan lebih, termasuk musik pendukung. Meskipun musik pendukung iti ada, namun sudah disederhanakan. Seperti Talempong, Gandang Katindik, ada Pupuik Gadang. Padahal ini merupakan satu paket yang paling memberikan kekuatan pada masing-masingnya.

Maka, hal-hal tersebut harus diperhatikan dalam bermain randai. maka, dalam hal ini ada yang latihan dan ada yang kurang latihan. Sehingga ada kelompok yang kualitas bermainnya menurun dibandingkan tahun enam bulan belakangan. maka, penilaian dilakukan adalah terhadap randai tradisional.

Berdasarkan catatan Dewan Juri tersebut maka, diputuskan bahwa Kabupaten Limapuluh Kota pemenang favorit, juara I, Kota Sawahlunto, Juara II, Kota Padang dan Juara III, Kota Padangpanjang. Festival Randai diamati oleh Rizal Tanjung pelaku seni budayawan, Zulkifli dan Ajishar merupakan Akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.

Ali Yusuf, walikota sawahlunto menyebutkan bahwa saat ini kesenian tradisi randai telah di gemari oleh anak muda sehingga saat ini tercatat group randai di Kota Sawahlunto ada 14 group seni tradisi randai.

Maka dari itu, pada bulan Maret 2017 mendatang akan digelar Festival Randai tingkat SLTP. Sebab, melihat semangat generasi muda yang mulai mencintai budaya dan mempertahankan seni budaya terutama di kota sawahlunto. "Festival Randai akan terus berkelanjutan dilaksanakan di Talawi. Kemudian, Berburu di Kecamatan Lembah Segar, Burung berkicau di Silungkang," katanya saat memberikan sambutan.

Ia menyebutkan Top Five Festival Randai se Sumatera Barat merupakan tingkat lanjutan dari festival randai sebelumnya. Maka, dengan demikian, dengan terpilihnya sebagai peserta lima besar dan masuk ke tingkat lanjut dan mengikuti iven malam ini. Maka, peserta tersebut harus berkomitmen untuk selalu siap tampil ditengah masyarakat. Sebab, karena ada peserta yang tidak hadir tanpa memberikan kabar sebelumnya. "Kita berharap sehingga objektifitas dewan juri di dibutuhkan untuk mempertimbangkan kemampuan peserta menjadi pemenang," ungkapnya.

No comments:

Post a Comment