Laporan : Julnadi Inderapura
Pagi itu Senin, 25 April 2016
melihat dua orang yang sedang duduk di palanta samping rumah tinggal Erwanda,
61, akrab di panggil Uncu. Palanta itu berada di bawah pohon besar di samping
kanan rumah tinggalnya. Dua orang lelaki paruh baya tersebut merupakan
tetanggal sekitar.
Tidak lama datanglah seorang
perempuan muda, Despita Nora,40, RT3 RW 3 jalan Purus 3 merupakan ponaan kelima
Erwandi. Ia didampi oleh suaminya bernama Iwan. Ia mengatakan bahwa Uncu telah
lama tinggal di rumah ini sejak pisah dengan istrinya. Uncu sebelum meninggal
minta dishalatkan di masjid Alwustha. Karena uncu merupakan jemaah masjid yang
rajin shalat berjamaah di masjid tersebut.
Selain itu, terang dia, uncu juga
sering membersihkan WC mesjid minimal 3 kali dalam seminggu. "Unculah yang
sering membersihkan WC masjid tersebut. Uncu juga seorang yang rajin shalat,
tahziah masih berlangsung dan nanti malam merupakan malam ke tiga. Pada malam
ke tiga ini akan ada doa-doa di rumah," aku perempuan yang berbaju kaos
itu. Ia juga tidak ingin bicara banyak dan menyarankan untuk bertanya langsung
ke pada Nunuk yang merupakan anak uncu. Sebab, anak uncu lah yang lebih
mengetahui uncu."Anak beliaulah yang
membawanya kerumah sakit dan mengetahui lebih banyak tentang ayahnya,"
ungkapnya sembari berdiri dan pergi kerumahnya.
Terpisah, pagi itu pula penulis
bertemu dengan seorang perempuan di kening dan hidungnya menempel salompas.
Perempuan baya itu di ketahui bernama Mardalia, 48, jalan RT3 RW 3 Purus 3
nomor 31 merupakan mantan istri Erwandi. Mereka pisah sejak 10 tahun yang lalu,
sehingga Erwandi kembali pulang ke rumah gadang dan tinggal di rumah ponaannya.
"Kalau udah meninggal
artinya udah habis dan tidak usah di bahas lagi," kata ibu 5 orang anak
ini. Ia sedikit emosi dan sensitif saat ditanyakan tentang kebiasaan mantan
suaminya itu. Setelah dibujuk akhirnya, ibu berbadan dan berkulit sawo matang
itu akhirnya menceritakan romantis masalalunya dengan sangsuami.
Ia mengatakan bahwa suamnya itu
suka memasak sambal sesuai dengan seleranya. Ia memang lihai memasak.
"Masakannya enak dan membuka selera," katanya seraya tersenyum, wajahnya
pun tiba-tiba cerah.
Ia mengaku semasa hidup rukun
membina rumah tangganya itu, masakan kesukaan suaminya itu adalah gulai
sampadeh ikan dan sambal kentang di campur bada. "Untuk soal makanan ia
tidak pernah memilih, apapun yang sambal dirumah dimasak tidak pernah komplen
dan tetap memakannya. Tetapi yang paling ia gemari adalah sampadeh ikan dan
sampal kendang campur bada," akunya sembari berdiri dan pindah tempat
duduk. Sebab, kursi yang diduduki sebelumnya tanpa sandara.
Sembari bersandar ia pun kembali
bercerita, bahwa suaminya juga senang memakan gulai kambing. "Ia
sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Sebelumnya ia memiliki kapal untuk
melalut, namun kapalnya pecah oleh gelombang saat parkir di bibir pantai saat
gelombang laut tinggi. Akibatnya kapalnya di hantam umbak dan berbentur di batu
grib. Sehingga kapalnya pecah berkeping-keping dan tidak dapat di manfaatkan
lagi," sebutnya perempuan nenek 5 orang cucu ini. Sebari mengibas lalat
yang hinggap di wadah ikan cumi-cumi baru saja di pesianginya.
Di warung tetangga depan rumahnya
itu, Ia menceritakan bahwa Erwandi memiliki bersaudara empat orang, dua orang
perempuan dan dua orang laki-laki. Sementara Erwandi merupakan si-bunsu dari
empat saudara. "Ia memang suka mabuk dan pernah berhenti minum. Tapi
karena, banyak kawan dan lingkungan sehingga ia kembali mabuk," akunya
sebari membakar rokok. Ia sendiri menyebutkan telah merokok sejak berumah tanggal.
Ia berharap pemerintah harus
mengusut tuntas pelaku yang menjual minuman oplosan tersebut. Pemerintah harus
menangkap para pedagang yang menjual minuman terjual bebas. "Udah banyak
korban di Purus ini akibat minuman beralkohol. Termasuk minuman oplosan. Kapan
perlu tangkap penjual minuman tersebut," dengan nanda agak keras.
Tak lama, datanglah Rahmalina,
26, orang-orang sekitar menyapanya Nunuk. Ia merupakan anak ke dua dari lima
bersaudara dari pasangan Mardalia, 48, dan Erwandi, 61.
Rahmalina, 26, menyebutkan bahwa
ayahnya dikenal orang purus dengan sebutan uncu mami, karena ia merupakan anak
mami. Sebab, ia memanggil orang tua perempuannya dengan sebutan mami. Maka,
dikawasan purus ini banyak lebih akrap di banggil uncu mami.
"Ayah suka menanam bunga
kalau dirumah. Ayah juga suka makan gulai kambing, karena ponaan ayah
menyediakan katering, ayah sering meminta gulai kambing pada ponaannya. Selain
itu, ayah juga seorang yang pintar pintar memasak ayah juga seorang yang rajin
shalat," kata ibu tiga orang anak ini.
Ia mengaku sehari sebelum ayahnya
meninggal, ayahnya sempat berpesan sebari canda-canda. "Ayah memang yang
suka mabuk dan suka bercanda," akunya.
Ia menyebutkan bahwa pesan yang
masih terngiang dalam ingatannya adalah apabila berbuat baik pada orang lain
janganlah di ingingat kembali kebaikan tersebut. "Ayah mem-umpamakan bahwa
berbuat baik itu seperti buang air besar. Jika membuang air besar, seperti apa
warnanya dari apa yang dimakan, tetapi tidak pernah melihat seperti apa
warnanya. Serta tidak pernah mengingatnya kembali. Seperti itulah ayah
memberikan perumpamaan," sebut perempuan yang berbaju kaos hitam itu.
Ia mengaku kejadian yang menimpa
ayahnya itu karena masih di jual bebas memimum alkohol. "Harapannya
pemerintah meminta untuk di usut tuntas pelaku menjual menuman keras. Minuman
yang di jual bebas di warung dan di kedai. Alah banyak kejadian yang sama
memakan korban," akunya.
Ia menjelasnya, ayah mengikuti
acara orgentunggal pemuda sebagai acara pesta pemenang selaju sampan.
"Purus menjadi pemenang selaju sampan dan dengan hadiah dua ekor kambing
dan satu ekor sapi. Ayah di undangan dalam acara sukuran tersebut. Ayah bersama
temannya membeli munuman oplosan dan ayah ikut minum," katanya sembari mengenang
kebiasaan ayahnya itu.
Ia menyebutkan ayah dan mama
pisah sejak 2002. Semenjak pisah, kisah mereka berdua tak ubah seperti kisah
film. "Ketika melihat mama, ayah sinis. Ketika mama melihat ayah, mama
juga sinis. Tapi mereka berdua tidak sadar telah memiliki lima orang
anak," sebutnya seraya tersenyum melihat hubungan mereka berdua semenjah
pisah.
Terpisah, Salman, Lurah Purus mengaku
prihatin atas meninggal dua orang warganya itu akibat memimum minuman oplosan.
Ia berharap memerintah dan aparat hukum bisa menindak tegas pelaku penjual
minuman keras tersebut.
"Tangkap penjual minuman
yang tidak memiliki izin, termasuk penjual minuman di luar izin alkohol yang di
jual bebas di warung-warung," katanya saat di temui di ruang kerjanya.
Ia mengaku kejadian yang menimpa
warganya itu terjadi pada Sabut, 23 April 2016. Kejadian meninggalnya dua warga
tersebut bukan pada saat perta syukuran menang selaju sampan. "Perayaan
dan sukuran menang selaju sampan tersebut dalam iven Multilateral Naval
Exercise Komodo (MNEK) 2016 dan Western Pasifick Naval Symposium (WPNS) 2016.
Purus menjadi pemenang partama selaju sampan dengan hadian dua ekor kambing dan
satu ekor sapi. Perayaan dilakukan pada Kamis, 21 April 2016 lalu sebagai
pertas syukuran tersebut. Saya sangat menyangkan perayaan tersebut berujung
pada korban meninggalnya dua orang warga akbibat meminum minuman oplosan.
Meskipun kejadiannya tidak bersamaan dengan perta tersebut," akunya
No comments:
Post a Comment