Tuesday, May 3, 2016

Rajin Ibadah, Meninggal Akibat Minuman Oplosan

Pagi itu langit cerah. Rumah tinggal almarhum uncu tampak sepi. Tenda beratapkan terpal orange itu masih berdiri didepan rumah. Sementara kursi-kursi plastik warna orange tersusun rapi dan bertingkat di sudut bagian kiri plapon rumah, Erwandi, korban minuman oplosan di jalan Purus III RT3 RW 3, Kelurahan Purus.

Laporan : Julnadi Inderapura

Pagi itu Senin, 25 April 2016 melihat dua orang yang sedang duduk di palanta samping rumah tinggal Erwanda, 61, akrab di panggil Uncu. Palanta itu berada di bawah pohon besar di samping kanan rumah tinggalnya. Dua orang lelaki paruh baya tersebut merupakan tetanggal sekitar.

Tidak lama datanglah seorang perempuan muda, Despita Nora,40, RT3 RW 3 jalan Purus 3 merupakan ponaan kelima Erwandi. Ia didampi oleh suaminya bernama Iwan. Ia mengatakan bahwa Uncu telah lama tinggal di rumah ini sejak pisah dengan istrinya. Uncu sebelum meninggal minta dishalatkan di masjid Alwustha. Karena uncu merupakan jemaah masjid yang rajin shalat berjamaah di masjid tersebut.

Selain itu, terang dia, uncu juga sering membersihkan WC mesjid minimal 3 kali dalam seminggu. "Unculah yang sering membersihkan WC masjid tersebut. Uncu juga seorang yang rajin shalat, tahziah masih berlangsung dan nanti malam merupakan malam ke tiga. Pada malam ke tiga ini akan ada doa-doa di rumah," aku perempuan yang berbaju kaos itu. Ia juga tidak ingin bicara banyak dan menyarankan untuk bertanya langsung ke pada Nunuk yang merupakan anak uncu. Sebab, anak uncu lah yang lebih mengetahui uncu."Anak beliaulah yang membawanya kerumah sakit dan mengetahui lebih banyak tentang ayahnya," ungkapnya sembari berdiri dan pergi kerumahnya. 

Terpisah, pagi itu pula penulis bertemu dengan seorang perempuan di kening dan hidungnya menempel salompas. Perempuan baya itu di ketahui bernama Mardalia, 48, jalan RT3 RW 3 Purus 3 nomor 31 merupakan mantan istri Erwandi. Mereka pisah sejak 10 tahun yang lalu, sehingga Erwandi kembali pulang ke rumah gadang dan tinggal di rumah ponaannya.

"Kalau udah meninggal artinya udah habis dan tidak usah di bahas lagi," kata ibu 5 orang anak ini. Ia sedikit emosi dan sensitif saat ditanyakan tentang kebiasaan mantan suaminya itu. Setelah dibujuk akhirnya, ibu berbadan dan berkulit sawo matang itu akhirnya menceritakan romantis masalalunya dengan sangsuami.

Ia mengatakan bahwa suamnya itu suka memasak sambal sesuai dengan seleranya. Ia memang lihai memasak. "Masakannya enak dan membuka selera," katanya seraya tersenyum, wajahnya pun tiba-tiba cerah.

Ia mengaku semasa hidup rukun membina rumah tangganya itu, masakan kesukaan suaminya itu adalah gulai sampadeh ikan dan sambal kentang di campur bada. "Untuk soal makanan ia tidak pernah memilih, apapun yang sambal dirumah dimasak tidak pernah komplen dan tetap memakannya. Tetapi yang paling ia gemari adalah sampadeh ikan dan sampal kendang campur bada," akunya sembari berdiri dan pindah tempat duduk. Sebab, kursi yang diduduki sebelumnya tanpa sandara.

Sembari bersandar ia pun kembali bercerita, bahwa suaminya juga senang memakan gulai kambing. "Ia sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Sebelumnya ia memiliki kapal untuk melalut, namun kapalnya pecah oleh gelombang saat parkir di bibir pantai saat gelombang laut tinggi. Akibatnya kapalnya di hantam umbak dan berbentur di batu grib. Sehingga kapalnya pecah berkeping-keping dan tidak dapat di manfaatkan lagi," sebutnya perempuan nenek 5 orang cucu ini. Sebari mengibas lalat yang hinggap di wadah ikan cumi-cumi baru saja di pesianginya.

Di warung tetangga depan rumahnya itu, Ia menceritakan bahwa Erwandi memiliki bersaudara empat orang, dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Sementara Erwandi merupakan si-bunsu dari empat saudara. "Ia memang suka mabuk dan pernah berhenti minum. Tapi karena, banyak kawan dan lingkungan sehingga ia kembali mabuk," akunya sebari membakar rokok. Ia sendiri menyebutkan telah merokok sejak berumah tanggal.

Ia berharap pemerintah harus mengusut tuntas pelaku yang menjual minuman oplosan tersebut. Pemerintah harus menangkap para pedagang yang menjual minuman terjual bebas. "Udah banyak korban di Purus ini akibat minuman beralkohol. Termasuk minuman oplosan. Kapan perlu tangkap penjual minuman tersebut," dengan nanda agak keras.

Tak lama, datanglah Rahmalina, 26, orang-orang sekitar menyapanya Nunuk. Ia merupakan anak ke dua dari lima bersaudara dari pasangan Mardalia, 48, dan Erwandi, 61.

Rahmalina, 26, menyebutkan bahwa ayahnya dikenal orang purus dengan sebutan uncu mami, karena ia merupakan anak mami. Sebab, ia memanggil orang tua perempuannya dengan sebutan mami. Maka, dikawasan purus ini banyak lebih akrap di banggil uncu mami.

"Ayah suka menanam bunga kalau dirumah. Ayah juga suka makan gulai kambing, karena ponaan ayah menyediakan katering, ayah sering meminta gulai kambing pada ponaannya. Selain itu, ayah juga seorang yang pintar pintar memasak ayah juga seorang yang rajin shalat," kata ibu tiga orang anak ini.

Ia mengaku sehari sebelum ayahnya meninggal, ayahnya sempat berpesan sebari canda-canda. "Ayah memang yang suka mabuk dan suka bercanda," akunya.

Ia menyebutkan bahwa pesan yang masih terngiang dalam ingatannya adalah apabila berbuat baik pada orang lain janganlah di ingingat kembali kebaikan tersebut. "Ayah mem-umpamakan bahwa berbuat baik itu seperti buang air besar. Jika membuang air besar, seperti apa warnanya dari apa yang dimakan, tetapi tidak pernah melihat seperti apa warnanya. Serta tidak pernah mengingatnya kembali. Seperti itulah ayah memberikan perumpamaan," sebut perempuan yang berbaju kaos hitam itu.

Ia mengaku kejadian yang menimpa ayahnya itu karena masih di jual bebas memimum alkohol. "Harapannya pemerintah meminta untuk di usut tuntas pelaku menjual menuman keras. Minuman yang di jual bebas di warung dan di kedai. Alah banyak kejadian yang sama memakan korban," akunya.

Ia menjelasnya, ayah mengikuti acara orgentunggal pemuda sebagai acara pesta pemenang selaju sampan. "Purus menjadi pemenang selaju sampan dan dengan hadiah dua ekor kambing dan satu ekor sapi. Ayah di undangan dalam acara sukuran tersebut. Ayah bersama temannya membeli munuman oplosan dan ayah ikut minum," katanya sembari mengenang kebiasaan ayahnya itu.

Ia menyebutkan ayah dan mama pisah sejak 2002. Semenjak pisah, kisah mereka berdua tak ubah seperti kisah film. "Ketika melihat mama, ayah sinis. Ketika mama melihat ayah, mama juga sinis. Tapi mereka berdua tidak sadar telah memiliki lima orang anak," sebutnya seraya tersenyum melihat hubungan mereka berdua semenjah pisah.

Terpisah, Salman, Lurah Purus mengaku prihatin atas meninggal dua orang warganya itu akibat memimum minuman oplosan. Ia berharap memerintah dan aparat hukum bisa menindak tegas pelaku penjual minuman keras tersebut.

"Tangkap penjual minuman yang tidak memiliki izin, termasuk penjual minuman di luar izin alkohol yang di jual bebas di warung-warung," katanya saat di temui di ruang kerjanya.

Ia mengaku kejadian yang menimpa warganya itu terjadi pada Sabut, 23 April 2016. Kejadian meninggalnya dua warga tersebut bukan pada saat perta syukuran menang selaju sampan. "Perayaan dan sukuran menang selaju sampan tersebut dalam iven Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 dan Western Pasifick Naval Symposium (WPNS) 2016. Purus menjadi pemenang partama selaju sampan dengan hadian dua ekor kambing dan satu ekor sapi. Perayaan dilakukan pada Kamis, 21 April 2016 lalu sebagai pertas syukuran tersebut. Saya sangat menyangkan perayaan tersebut berujung pada korban meninggalnya dua orang warga akbibat meminum minuman oplosan. Meskipun kejadiannya tidak bersamaan dengan perta tersebut," akunya

No comments:

Post a Comment