Tak mudah untuk menjadi guru di sekolah berkebutuhan khusus. Namun bukanlah penghalang untuk mengabdi dan mencerdaskan anak berkebutuhan khusus itu. Kuncinya, ikhlas dan sentuh dengan kasih sayang. Inilah yang diemban Lifya, Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Padang, Sumatera Barat
Laporan : Julnadi Inderapura
Lifya Guru SLB |
Pria paruh baya itu menunggu guru
anaknya untuk di terapi. Tak lama menunggu ibu guru yang ditunggu pun datang
menemui anak berkebutuhan khusus tersebut. Ibu guru membawanya keruang terapi
seraya membimbing anak tersebut ke runagan. Ibu guru pula yang menggendong anak
berkebutuah khusus tersebut untuk naik ke atas bansal di ruang terapi.
Anak tersebut selalu di gugah dan
di ajak komunikasi. Anak tersebut mengalami tuna grahita gangguan intelektual.
Meskipun anak tersebut tidak dapat bicara namun ibu guru tersebut selalu
berusaha menghibur anak tersebut dengan tulus dan ikhlas. Setelah diketahui
anak bernama Rino tersebut berkebutuhan khusus, hiperaktif, sulit bicaya,
pandangan yang tidak fokus.
Ibu guru paruh baya itu,
menyayangi anak, tampak dari cara ia memberikan pelajaran, sentuhan, sapaan
pada anak. Meskipun anak tersebut air liurnya terus mengalir. Tanpa basa basi
ibu guru tersebut mengusap air liur anak tersebut seperti anak sendiri.
Ibu guru yang memakai baju batik
bermotif empat persegi warna merah muda itu memberikan terapi kepada anak
didiknya seraya bercanda menghadapi. Ibu guru tersebut mengelus bagian rahang
anak, seraya memberikan contoh untuk mengecup. Menurutnya terapi tersebut
diberikan kepada anak tersebut agar anak terbantu bisa menelan dan mengecup air
ludahnya, agar air liurnya tidak lagi meleleh.
"Kita harus hangat sama
anak-anak. Sapa anak tersebut dengan lembut dan sentuh anak tersebut dengan
tulus dan ikhlas," kata perempuan kelahiran 4 April 1966 ini.
Ibu Lifya, itulah ia di panggil.
Ia dikenal aktif mengikuti event menulis di media cetak maupun elektronik. Ibu
Lifya isteri dari Duhani, 51, memiliki sepasang anak, Hasanatul Aini dan Fahmi
Fahrozi. Ia tinggal di jalan Koto Panjang No 21 RT 02 RW 08 Pauh Padang
Sumatera Barat, ini tulisannya juga lolos event Champion Teachers Competition
2015 dan menjadi tulisan terbaik.
Ia berpandangan bahwa sosokkartini jaman sekarang itu kadang-kadang saat berbuat banyak yang tidak iklas
dan mengharapkan sesuatu. Kartini jaman sekarang ketika menulis misalnya ingin
berharap terhadap sesuati seperti kenaikan pangkat dan segala macamnya. Kartini
saat ini bagi mereka menulis itu bukan sesuatu kebutuhan untuk menunjang
potensi diri masing-masing. Tetapi mereka menulis dalam rangka naik pangkat,
menulis dalam rangka mengikuti iven lomba menulis dan segala macamnya.
"Tidak tertutup kemungkinan,
sebab tidak semua orang memiliki hobi yang sama seperti dirinya menulis. Tetepi
ada pula yang hobi memasak, dalam hal ini bagaimana mereka mampu mengkader
muridnya untuk bisa memasak. Hal itu, menurutnya belum sepenuhnya dilakukan
oleh kartini hari ini. Sewaktu-waktu mendadak-mendadak untuk menjerjakan
sesuatu, karena "dalam rangka" tersebut," ungkap guru
berprestasi Tingkat Nasional tahun 2013, serta pernah mendapat undangan ke
Jepang dan pernah mendapat penghargaan untuk melaksanakan Umrah ke tanah suci
tahun 2014.
Ia mengaku tidak pernah bosan
menghadapi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Hal itu menjadi kerinduan
apabila jauh dari anak-anak tersebut. Sebab, setiap hari ada sesuatu yang bisa
membuat riang dan tertawa ngekeh dari tingkah laku manja anak-anak.
Terkadang ada pula anak sedang
ada masalah sama pacaran. Kemudian anak tersebut ngambek dan cenderung diam
serta tidak ingin belajar. Setelah itu, anak tersebut baikan lagi dan
mengatakan udah buk, ia udah minta maaf. Hal itulah yang membuat kerinduan
dirinya selalu untuk berada bersama anak-anak.
Kehadirin kita disini betul-betul
menjadi ibu dan orang tua bagi anak-anak. Apapun kebutuhan anak tersebut maka
ibu lah yang memberikan. Sebab di sekolah negeri mendapatkan bantuan untuk itu.
Semua kebutuhannya seperti kaos kaki, baju seragam, baju pramuka, kacu dan
segala macamnya, memotong kuku dan memandikannya seperi anak kecil, serta
mengosok gigi anak. Hal itu dilakukan disekolah dan diajarkan.
Jika hal ini telah terputus
seminggu atau dua minggu maka di ulangi kembali dari awal. Ia mengaku khawatif
apabila libur semester karena merupakan libur panjang bagi anak-anak akan
diulangi kembali dari awal. Disamping kerinduannya untuk berhadapan dan bertemu
langsung dengan anak-anak. Tetapi ia harus menyiapkan diri untuk mengulangi
kembali pelajaran mulai dari awal. Hal ini sering terjadi pada anak-anak yang
masih kecil. Sebelum libur sekolah, untuk membuat angka dari 1-10 mereka telah
bisa. Kemudian setelah libur terkadang harus mengulangi dari awal.
"Karena libur panjang bagi
anak-anak, terkadang orang tua anak-anak resah pula karena lama menghadapi
libur. Lamo bana temponyo mah buk," sebut perempuan yang hobi menonton
film korea ini. Selain itu ia juga terlibat forum kepenulisan seperti FAM dan
juga anggota HIPSI.
Selanjutnya, terang dia, langkah
yang perlu diambil untuk mengisi kekosongan di waktu libur sekolah, kerjasama
yang baik dengan orang tua sangat di pelukan dalam mendidik anak berkebutuhan
khusus.
Sebagai contoh ada orang tua yang
mengamati sendiri anaknya berkebutuhan kusus. Orang tua anak tersebut
mengatakan kepada guru kecenderungan anaknya bahwa anaknya tersebut tidak bisa
dicampurkan dengan anak yang lain. Sehingga anak tersebut mampu memotifasi
dirinya untuk berkembang sehingga anak tersebut bisa mengikuti olimpiade.
Kemudian, lanjut dia, untuk
mengisi kekosongan disaat libur tersebut dirinya telah menyiapkan buka dan
bahan untuk difoto kopi. Orang tua anak tersebutlah yang membimbing anak mereka
belajar agar tidak lupa apa yang didapatkan disekolah. Selanjutnya tugas pekerjaan
rumah (PR) juga diberikan kepada orang tua untuk mengajarkan anak mereka
dirumah. Jika tidak ada PR dari guru, anak tidak ingin belajar di rumah seperti
gambar. Sehingga mereka bisa mewarnai.
Ia mengaku memiliki 35 judul buku
bersama dan mempunyai 4 judul buku di tulis sendiri. Ia bertekat untuk
memberikan pengaruh kepada rekan sesama profesi dengannya untuk terus menulis.
Atas usahanya itu, telah memberi pengaruh dan dampak positif bagi teman yang
lain untuk menulis. "Alhamdulillah teman-teman telah banyak tulisannya di
muat di media masa," kata mantan kepala SLB Solok ini.
Saat ini dirinya sering di ajak
menjadi narasumber sebagai motivasi dalam hal menulis. Ia lebih menggali life
skill seorang untuk memberikan dorongan dan motifasi. "Saya berencana untuk
mendirikan galeri dan menampung anak-anak putus sekolah," aku alumni IKIP
Bandung tamatan 1991 ini.
No comments:
Post a Comment