Monday, January 23, 2017

Budidaya Jamur Tiram Peluang Bisnis Menjanjikan

Sri Enteti, Bendahara Kelompok Jamur Tiram Kejora
Rabu, 18 Januari 2017 siang cuaca cerah. Siang itu, Penulis menjambangi Kelompok Jamur Tiram Kejora, Desa Kolok Nantuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Siang itu, Penulis bertemu ketua dan bendahara kelompok juga sebagai pelaku budaya jamur tiram. Sisa sisa serbuk gergaji di Ruang Pengadukan masih terlihat di sekitaran tempat pengelolaan budidaya jamur tiram menumpuk. Serbuk gergaji tersebut merupakan bahan bagi untuk pembudidayaan jamur tiram.

Bahan baku yang digunakan untuk budidaya jamur tiram tersebut Serbuk Gergaji, Dedak, Kapur Pertanian. Bahan baku tersebut diaduk rata sebelum masuk pada tahapan selanjutnya. Maka, untuk proses pembuatan beglog untuk 100 kg sebuk gergaji dibutuhkan 15 kg dedak dan 2 kg kapur pertanian lalu dicampur dengan air secukupnya. 

Untuk menguji kecukupan air pada saat pengadukan bahan baku tersebut sangat mudah dan sederhana, dengan pengembaraan bahan baku tersebut dengan tangan. Apabila bahan baku itu telah menyatu maka, kecukupan air pada bahan baku baglog telah tercukupi. Maka, perlu dihindari kelembaban air bahan beglog tersebut dengan mengujinya, seperti apabila diremas dengan cara menggenggamnya tidak menetes air. Maka, beglog tersebut kelembabannya bisa dikatakan sempurna.

Setelah beglog diaduk rata maka, masuk pada tahapan selanjutnya. Ada tiga tahapan proses pembuatan beglog tersebut, pertama tahapan permentasi selama sehari semalam atau selama 24 jam. Kemudian, setelah permentasi dilakukan penguapan dengan cara di rebus selama 10 jam. 

Perebusan dengan menggunakan wadah berukuran besar mampu menampung 500 buah beglog. Untuk tiga kali perebusan beglog tersebut bisa menghabiskan 2,5 tabung gas 12 kg. 

Maka, setelah direbus disimpan pada ruang sterilisasi untuk dilakukan pendinginan selama sehari semalam. Setelah pendinginan dan pengisian bibit. Saat ini ada sebanyak 180 pembibitan setelah masa sterilisasi. Setelah dingin maka dipindahkan ke ruang Kubung untuk mengunggu proses. Saat ini ada sebanyak 480 beglog di ruangan Kubung, meskipun ruangan Kubung tersebut mampu menampung 3000 beglog.

"Butuh waktu 45 hari beglog yang telah diisi bibit untuk bisa tumbuh dan dipanen," ungkap Afrimayeni, Ketua Kelompok Jamur Tiram Kejora, Desa Kolok Nantuo, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Sembari memperlihatkan ruangan sterilisasi dan pengasaman jamur tiram sebelum memasukan bibit, perempuan baya itu menyebutkan bahwa pembudidayaan jamur tiram tersebut diberbantukan dengan anggaran APBDes tahun 2016 Desa Kolok Nantuo. "Kita dibantukan modal sebesar Rp20 juta. Anggaran tersebut di pergunakan untuk membangun ruang Kubung, pembelian bejana perebusan, beglog, serta kompor gas, dan bahan baku lainnya," terangnya.

Ia melanjutkan bahwa Kolompok Jamur Tiram Kejora beranggota tujuh orang anggota kelompok. Pembudidayaan Jamur tiram sebetulnya pernah ada di Desa Kolok Nantuo ini, namun sekarang telah mati, karena kendala modal dan pangsa pasar. "Kelompok Jamur Tiram Kejora ini merupakan yang ketiga dari keberadaan jamur tiram di Desa Kolok Nantuo," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa pengelolaan jamur tiram sebenarnya tidaklah sulit. Setelah menyelesaikan tahapan tahapannya, maka tinggal menunggu waktu panen. Untuk masa panen bergantung pada jumlah bibit. yang ada dalam beglog, sampai beglog menjadi ringan, artinya masa panen telah mulai habis. 

"Tingginya permintaan masyarakat terhadap jamur tiram, dengan jumlah tenaga yang sedikit, maka kita akan butuh orang lain. Maka, otomatis kita akan menambah anggota untuk memenuhi permintaan pangsa pasar tersebut sehingga mampu mempekerjakan orang lain. Artinya terciptalah lapangan pekerjaan baru, sehingga ekonomi masyarakat pun terbantu, karena pendapatannya bertambah," jelasnya.

Ia mengaku sebagai tahap awal jamur tiram ini akan dipasarkan terutama pasar tradisional. Kemudian untuk tahap lanjutan pengembangan pangsa pasar akan dilakukan pengolahan prodak makanan dengan kemasan. 

"Kedepan kita akan bekerja sama dengan pemerintah, karena setiap kegiatan pemerintah tentu ada snack. Maka, kita akan tawarkan snack tersebut olahan dari kelompok sembari memperkenalkan atau mempromosikan makanan dari jamur tiram olahan," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa strategi pasar yang akan diterapkan kedepannya dengan menyiapkan antar jemput, dengan produk olahan dan ada pula bahan mentah, artinya belum dimasak. "Kalau produk olahan, nanti kita akan siapkan sebagai makanan langsung bisa dimakan. Sekaligus ini akan menjadi ciri khas desa kolok nantuo, sebagai home industri dan menjadi contoh bagi desa lainnya di kota Sawahlunto," ujarnya.

Senada disampaikan Sri Enteti, Bendahara Kelompok Jamur Tiram Kejora Desa Kolok Nantuo menyebutkan bahwa, disamping menjual jamur baik olahan maupun mentah. Kelompok Jamur Tiram Kejora juga menjual beglog untuk masyarakat yang ingin memanen sendiri jamur dirumahnya masing masing. 

"Untuk satu buah beglog di jual Rp6 ribu. Maka, akan kata Setiap rumah ada 3 buah beglog saja maka Desa Kolok Nantuo akan menjadi daerah penghasil jamur tiram. Paling tidak, untuk kebutuhan masing-masing mereka terpenuhi dan tidak perlu membeli jamur tiram lagi. Karena jamur tiram telah ada di rumah mereka masing-masing," ungkapnya.

Selain itu, juga menyediakan tempat pelatihan bagi ibu rumah tanggal yang ingin belajar mengolah sendiri pembuatan beglog. Kalau misalnya setiap rumah tangga bisa membuat beglog sendiri dirumah maka mereka tidak perlu membeli sayuran lagi dan bisa memanen sendiri. 

"Jika setiap rumah memiliki tiga beglog saja dirumah masing masing, berapa produksi jamur tiram setiap kali panen. Kalau misalnya berlebih dan bisa dijual di pasaran dan bisa menambah penghasilan tabahan. Kita bertekat bahwa Kelompok Jamur Tiram Kejoran, akan menjadi contoh bagi daerah lain untuk pengolahan dan budidaya jamur serta bisnis yang menjanjikan," katanya.SawahluntoJamur Tiram

No comments:

Post a Comment