Sunday, January 29, 2017

Kemiri Olahan Manual Masih Murah


Desa Taratak Bancah, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat memiliki potensi hasil perkebunan yang menjanjikan terutama Kemiri. Namun hasil kebun petani belum bisa mendongkrak harga jual, karena masih diolah manual. Petani berharap Kemiri bisa diolah dengan baik dengan teknologi.

"Hasil produksi perkebunan di Desa Taratak Bancah ini sekali panen bisa mengeluarkan 30 ton Kemiri. Namun, untuk pasar Kemiri tersebut di jual di Solok. Petani menjual Kemiri belum diolah dan beserta cakangnya," ujar Sudirman Kepala Desa Taratak Bancah, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Rabu, 25 Januari 2017.

Ia menyebutkan bahwa di Desa Taratak Bancah memiliki tiga dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 674 jiwa dan 204 kk. Dusun Koto Tingga jumlah penduduk 174 jiwa dan 60 KK, Dusun Balai-Balai jumlah penduduk 186 jiwa, 56 kk, dan Dusun Limau Kambing berjumlah 87 kk penduduk 314 jiwa. Rata-rata sumber mata pencarian masyarakat Desa Taratak Bancah berkebun, Karet, Kakau dan Kemiri.

"Disini ada sepuluh orang pengumpul Kemiri yang mengambil langsung hasil produksi kebun petani kemiri. Seminggu pegumpul bisa kumpulkan 4 ton kemiri selama seminggu pada saat musim panen. Kemudian, pengumpul menjual kembali ke Solok dengan harga yang relatif murah," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa untuk meningkatkan harga jual maka diperlukan inovasi dengan pengembangan pengolahan Kemiri. Untuk meningkatkan harga jual tentu dengan mengolah kemiri dengan teknologi seperti mengolah bahan baku menjadi minyak. Jika minyak telah menjadi minyak yang di jual tentu harganya akan lebih mahal. Maka, untuk mengolah Kemiri menjadi minyak tentu membutuhkan pabrik untuk mengolahnya.

"Kita belum memiliki produksi olahan kerimri yang representatif. Untuk mendongkrak harga jual kemiri tentu harus diolah lagi dengan membangun pabrik untuk penyulingan minyak kemiri. Kalau lah minyaknya kita jual tentu harganya akan lebih mahal dibandingkan dengan menjual bahan baku yang belum di olah," ujarnya.

Sebelumnya, lanjut dia, untuk membangun pabrik olahan minyak kemiri tersebut tentu membutuhkan biaya yang cukup besar dan melibatkan pihak ketiga. "Kalau dana Desa dipergunakan untuk itu tidak bisa. Karena dana desa penggunaannya terbatas, sementara untuk membangun pabrik itu anggarannya besar dan melibatkan pihak ketiga," paparnya.

Senada disampaikan, Arifno, Kepala Dusun Koto Tingga, Desa Tarantak Bancah Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, menyebutkan bahwa saat ini harga jual kemiri kepada pengumpul Rp5.500 perkilo. Harga tersebut masih standar, karena masyarakat petani menjual kemiri beserta kulitnya. 

"Kemiri dengan kualitas super dijual seharga Rp22 ribu ke pada pengumpul. Kemiri kualitas super tersebut telah dibuka kulitnya. Maka, untuk membuka kulit tersebut mengeluarkan biaya dengan upah Rp2 ribu perkilo," katanya.

Ia menjelaskan sebelumnya ada bantuan mesim pembuka kulit kemiri. Namun, karena membuka dengan mesin, kemirinya banyak yang pecah sehingga harganya pun turun. Akibatnya, masyarakat tidak lagi memakai mesin untuk membuka kulit kemiri. 

"Saat ini masyarakat masih membuka kulit kemiri dengan cara manual, sehingga memakan waktu cukup lama untuk membuka kulit kemiri. Tetapi ada baiknya, dengan membuka kulit kemiri dengan manual, tentu akan menambah penghasilan baru bagi masyarakat sekitar dengan memanfaatkan upah membuka kulit kemiri. Kemudian, kulit kemiri tersebut pun dapat dimanfaatkan dan dijual untuk retoran menjadi bahan bakar. Harganya tentu relatif murah," katanya.

Jusmi Hartini, pengumpul menyebutkan bahwa harga kemiri turun dari beberapa hari belakangan. Sebelumnya, harga kemiri dengan kualitas super di jual Rp24-26 ribu perkilo. "kita menjual kemiri ke kota Solok. Untuk panen beberapa bulan kemarin, kita mengumpulkan sebanyak 12 ton. Belum lagi pengumpul yang lain, ada yang 15 ton terkumpul untuk di jual di pasaran. Jadi, hasil produksi kemiri di desa ini sangat potensial," ujarnya.

No comments:

Post a Comment