Tuesday, May 9, 2017

Produksi Kakao Sawahlunto Capai 60 ton Perbulan

Produksi Kakao sejak Januari 2017 mencapai 60 ton tiap bulannya dari 27 Desa dan 10 Kelurahan. 60 ton Kakau perbulan tersebut akan diupayakan me-manage-nya dan meningkatkan hasil produksi, dengan melakukan sambung samping Kakao. Hal ini agar bisa dimanfaatkan sebagai pilot project tiap desa dan kelurahan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. 

"Produkai tersebut masih jauh dari harapan, karena selama ini adanya penyakit Kakao dan tidak tertutup kemungkinan kesalahan kita yang kurang memperhatikan dan merawat Kakao itu sendiri. Saya telah mencoba sejak tahun 2002 pada 300 batang kakao dengan cara sambung samping. Jika ini berhasil maka dihimbau kepada desa dan kelurahan untuk mengajak masyarakat memakai sambung samping," Ujar Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto, saat pidato pelantikan Kepala Desa Kubang Utara Sikabu, Kecamatan Lembah Segar, Selasa, 9 Mei 2017.

Ia mengatakan bahwa sambung samping Kakau tersebut bisa berhasil maka barulah akan disampaikan pada desa dan kelurahan agar bisa di bantu oleh desa dan kelurahan untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat agar Kakao dikelola secara baik sehingga produksi kakao bisa ditingkatkan.

"Harga Kakau saat ini bisa berkisar Rp16.000 hingga Rp19.000 perkilo, harga tersebut masih normal. Untuk meningkatkan harga jual, maka karang taruna Lunto Barat dengan Peringkop akan melakukan kerja sama bagaimana memanfaatkan Kakao 60 ton perbulan tersebut dikelola menjadi pasta coklat," katanya.

Maka, lanjut dia, dari itu pemerintah kota di aggaran perubahan anggaran ini akan mencsngkan dana untuk memperbaiki UPTD yang ada di Muara Kalaban yang akan di kelola oleh Karang Taruna untuk membuat pasta yang lebih baik di kota Sawahlunto. "Desa Kubang Utara Sikabu telah pernah mengelola pasta tersebut dan sejatinya digerakan kembali sehingga potensi potensi yang ada bisa dimanfaatkan," paparnya.

Ia menambahkan bahwa untuk percepatan pembangunan dan kemajuan masyarakat sejahtera dengan memanfaatkan potensi yang ada. Hal itu telah dimulai sejak pemerintahan walikota Subari Supardi dengan membentuk pondasi budaya untuk menjadi kota tambang yang berbudaya tahun 2020. Kemudian, dilanjutkan dengan walikota Amran Nur (2008-2013) meletakan pondasi dasar Subari Supardi untuk pembangunan kota Sawahlunto. 

"Amran Nur (Alm) bagaimana ekonomi kerakyatan tersebut bisa dilaksanakan diantaranya dengan menanam kakao dan karet. Maka, tahun 2012 hingga saat ini gonjang ganjing harga karet dan kakao tidak menentu, dan tidak perlu putus asa dengan anjloknya harga karet dan kaku tersebut," tutuknya.

Ali Yusuf menjelaskan bahwa pemerintah kota telah melakukan berbagai kegiatan telah dilaksanakan sebagai langkah antisipasi yang dilakukan. Pada tahun 2013-2015 telah dilaksanakan pembibitan kakao dan karet di kota Sawahlunto. Ada sebanyak 1.250.000 batang bibit Kakao dan 1.500.000 bibit karet. Sementara kota Sawahlunto memiliki luas sebesar 23.345 m persegi, hanya 7 persen untuk lahan pertanian yang bisa di manfaatkan dari luas tanah yang ada.

"Tidak ada lagi lahan untuk menanam karet dan kakau, maka pemerintah kota mengajak dan menghimbau bagaimana mengelola serta memelihara kakao dan karet yang ada dengan baik, guna menambah penghasilan dan pendapatan keluarga dengan terpelihara secara baik," ujarnya.

No comments:

Post a Comment