Sunday, April 23, 2017

Indonesia Dipilih Membawa Perempuan ke Planet 50-50 tahun 2030

Indonesia semakin maju dan semakin hebat menggunakan potensi-potensi yang ada serta ikut membangun negara dalam segala bidang, terutama perberdayaan perempuan dan perlindungan Anak. Tanpa perempuan negara tidak ada artinya, masa depan Indonesia tidak ada pesonanya. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah membangun komitmen besar di seluruh Indonesia di mulai dari Sawahlunto, Sumatera Barat.

"Untuk melancarkan komitmen tersebut, bagaimana perempuan dan anak berada di dalam ranah aman. Indonesia terpilih menjadi suatu negara besar dari sepuluh negara besar di Dunia terutama muslim country (penganut islam terbesar), Toleransi yang tinggi, dan Perempuan cukup maju," ujar Prof. DR. Yohana Susana YembiseDip.Apling, MA, Menteri Pembersayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Republik Indonesia, kepada Penulis, Jumat, 21 April 2017 peringatan hari puncak Kartini dalam rangka kunjungan kerja ke Sumatera Barat.

Maka, lanjut dia, Indonesia dipilih untuk membawa perempuan perempuan ke planet 50-50 tahun 2030. Pemerintah optimis karena masih ada waktu 15 tahun lagi untuk membawa perempuan pada ranah aman.


"Saya merasa ini membutuhkan proses dan membawa perubahan mainset untuk menyadari perempuan itu sangat penting. Negara belum dikatakan maju dan terbebas dari kemiskinan, anak dan perempuan belum berada dalam garis aman," katanya.

Maka, anak dan perempuan mendapatkan perhatian penuh secara global dan nasional. Program pemerintah ada tiga hal yakni akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. Akhiri perdagangan manusia dan Akhiri kesenjangan ekonomi yang dialami oleh kaum perempuan yang masih rentan.

"Tingginya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia, maka semua kebijakan yang diatur dalam undang-undang. Maka, regulasi telah dibuat untuk melindungi perempuan, oleh karena itu, saya meyerukan seluruh perempuan di indonesia untuk menggunakan potensi yang ada membangun negara," paparnya.

Ia menyebutkan bahwa jangan melihat dari disisi yang negatif tentang perempuan, saat ini pemerintah, tokoh adat, agama dan masyarakat sedang mensosialisasikan bagaimana melindungi kaum perempuan di negara ini. Jangan ada rasa minder dan juga rasa tak percaya diri, pantang menyerah. Perempuan Indonesia harus percaya diri. Perempuan hebat pasti, pasti anak-anak hebat itu adalah pilar di suatu negara.

"Seperti apa-pun kemegahan bangujan infrastruktur, rumah mewah, tetapi perempuan belum berada pada titik aman, maka negara tersebut belumlah maju. Kemudian, emansipasi wanita bagaimana kita memberdayakan perempuan bersama-sama dengan laki-laki membangun negara ini. kodrat perempuan tetap kodrat, dunia berubah perilaku pun berubah," katanya.

Ia menjelaskan perempuan Indonesia harus disiapkan sesuai dengan perubahan zaman, perubahan teknologi. Emansipasi tetap berjala dan fokus kajian kita adalah gendre cuality setelah presiden melaunching Development go sindicator di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 25 Sep 2015, maka ini merupakan kebangkitan bagi kaum perempuan.

"Indonesia mempunyai beberapa strategi bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menyungkap pelaku perdagangan manusia. Perempuan dan anak kerap dijadikan sebagai perdagangan manusia. Maka, pemerintah melalui kementerian pemberdayaan perempuan dan anak telah malakukan perlindungan terstruktur bekerja sama dengan bareskrim," ungkapnya.

Kemudian, terang dia, Puan Maharani sebagai ketua pusan dan kemudian dirinya sebagai ketua harian serta gubernur disetiap provinsi menjadi ketua. Kita harus akhiri perdagangan manusia dan harus ada yang melindungi perempuan dan anak. Kita harus sadar dan jangan memperalat perempuan dan anak untuk kepentingan pribadi serta kelompok. 

"Baru-baru ini ada isu yang beredar perdagangan organ tubuh manusia melalui anak dan banyak foto-foto yang saya. Saya belum yakin bahwa foto perdaganan anak dan organ tubuh manusia tersebut bukan dari anak Indonesia. Kita sedang melakukan penyelidikan untuk itu, mudah mudahan kebenaran perdagangan organ tubuh manusia itu tidak ada di indonesia," paparnya. 

Kemudian, lanjut dia, banyak pula perempuan Indonesia yang dijanjikan bekerja namun pengarah pada kekerasan perempuan dan perdagangan orang. "Saya berkeliling di negara asia dan berdiskusi di selter berbagai negara asia, banyak perempuan yang dijanjikan untuk bekerja namun menjadi pembantu dan menjadi Pekerja Sek Komersil (PSK) serta banyak pula yang tidak digaji dan tertipu. Kita tidak tahu harus mulai dari mana serta dari mana salahnya dan negara bertanggungjawab untuk itu," katanya.

Nevi Zuairina Ketua Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Sumatera Barat, mengatakan bahwa untuk kasus Traficking di Sumatera Barat bisa di hitung dengan jari, karena perempuan di minang banyak mengetahui masalah perdagangan manusia. Sehingga perempuan minang sanngat memilih dalam bekerja. Sebab, perempuan tidak ingin menjadi pembantu.

"PSK masalah masalah kesenjangan ekonomi dan mencari kebutuhan hidup dengan cara instan. Hal itu terjadi bukan dari sumbar melainkan daerah lain, maka jumlahnya kecil dibandingksn dengan daerah lain. Jika di presentasekan di Sumbar hanya 1 persen. Jumlah kekerasan perempuan dan anak di sumbar ada sebanyak 800-an kasus. Hanya berkisar 1 hingga 5 persen dibandingkan dengan daerah lain," katanya.

No comments:

Post a Comment