Sunday, April 2, 2017

Home Industri Menggeliat di Kota Sawahlunto

Walikota Sawahlunto Ali Yusuf dan Wakil Walikota Sawahlunto, Ismed
bersama Danramil 01 Sawahlunto May. Inf. Zulfansas
Mengunjungi stan home industri
Payung Kertas dan Gorden
Mencanangan Kampung Produktif dalam mewujudkan visi kota yang tertuang dalam RPJMD 2013-2018 terwujudnya masyarakat kota Sawahlunto yang produktif, mandiri, religius, sejahtera dan pemerintah yang melayani. Maka, pemerintah kota tahun 2017 memprioritaskan pembangunan yang tertuang dalam RKPD yakni pengembangan Ekonomi Kerakyatan yang berbasis pada pengembangan ekonomi kreatif, mandiri dan daya saing.

Ada lima kampung produktif yang diresmikan seperti di Dusun Luak badai memikili kerajinan songket, Dusun Kayu Gadang produksinya sepatu, Desa Sikalang memprodusi Konfeksi, Desa Rantiah kerajinan tangan, dan Desa Tumpuah Tangah kampung produktif yang telah memproduksi ayaman bambu.

Pemerintah kota Sawahlunto menargetkan 8 Kampung Produktif hingga tahun 2018 mendatang sebagai bentuk pengembangan ekonomi kreatif. Maka, semester I tahun ini kembali diresmikan kampung produktif Desa tumpuak tangan yang terletak di Kecamatan Kota Sawahlunto terdiri dari enam dusun dengan 2050 jiwa penduduk dan 590 kepala keluarga. 

Mata pencarian masyarakat dominan adalah sebagai karyawan di perusahaan swasta 160 kepala keluarga karena desa ini dekat dengan perusahaan tambang batu bara. Desa Tumpuah Tangah ini dijadikan sebagai salah satu kampunh produktif kareba mempunyao potensi terutama bidang pertanian seperti karet seluas 260 ha dengan jumlah produksi 5 ton perminggu.

Kerajinan Bambu Home Industri Desa Tumpuak Tangah
Perkebunan kelapa seluas 50 ha dengan jumlah produksi 4000 butir/bula, dengsn daerah pemasaran sumbar dan riau. Kemudian, perkebunan cokelat seluas 5 ha. Selain perkebunan, bidang pariwisata desa ini juga memiliki potensi wisata seperti Bukit Puncak Sula, Kawasan Rumah Pohon dan Kawasan Danau Biru. Kemudian, bidang industri kerajinan anyaman hias dan kerajinan anyaman ketidiang dan niru.

Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto menyebutkan Potensi yang ada dijadikan dasar dalam mengembangkan kampung produktif di desa Tumpuak Tangah, sehingga sangat diharapkan kerjasama dari semua pihak terkait dalam pengembangan potensi yang ada. Kemudian pada pencanangan ini juga sekaligus pemerintah desa tumpuak tangah diresmikan Kampung Produktif.

Kampung produktif bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terutama dalam hal home idustri. Sehingga hal ini akan bersentuhan langsung dengan perempuan. Maka, 5 kampung produktif yang telah ditetapkan telah berjalan dan telah memproduksi kerajinan seperti songket. Ada 850 penjaring songket dan telah mampu menyelasaikan 2 pis selama seminggu.

Produksi Songket home industri Kota Sawahlunto ada sebanyak 796 pengrajin. Sebanyak 70224 lembar produksi Songket pertahun dengan daya jual sebesar Rp19,9 miliar selama 2016. Sementara biaya produksi yang dikeluarkan menenun songket sebesar Rp8,9 miliar dengan upah atau laba sebesar Rp11 miliar.

Ada sebanyak 23 pengumpul dan Pengusaha songket di kota Sawahlunto dan akan menempati Pasar Songket Silungkang yang ada di Muara Kalaban. Pengumpul ini membeli semua songket yang diproduksi oleh anak songket sebagai tempat penampungan songket.

Adanya pengumpul dan pengusaha yang akan membeli produk songket, masyarakat akan lebih terbantu. Maka dengan adanya home industri songket maka pendapatan masyarakat bertambah dan pertumbuhan ekonomi pun meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan.

Maka, songket tersebut akan terus dilakupan pengembangan dan meningkatkan pertumbuhan pengrajin songket dengan melakukan pembinaan kepada masysrakat. Bentuk pembinaan yang diberikan adalah berupa pelatihan untuk menambah generasi penerus dan pengrajin songket dengan mengumpulkan generasi muda yang memiliki kemauan dan bakat untuk menenun.

Pembinaan yang dikakukan ada sebanyak 50 orang pengrajin songket baru setiap tahun. Pembinaan yang diberikan dengan anggaran APBD, maka setelah pelatihan diberikan pelantai songket. Karena bantuan yang diberikan tidak berupa dana segar melainkan dengan memberikan peralatan songket.

Pelatihan tersebut diharapkan akan terus ada sehingga regenerasi penenun songket terus ada. Maka, dengan adanya pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh Industri bertujuan untuk melatih generasi baru dan home industri baru terus bermunculan.

Pemerintah dalam hal ini sangat mensupor untuk dapat memberikan pelatihan dan pembinaan home industri dan pemula. Maka, untuk pembinaan dan pelatihan tersebut tidak hanya mengandalkan APBD saja, melainkan pembinaan dapat dilakukan ditingkat Desa.

Dana Desa diharapkan bisa membantu biaya pelatihan songket kepada masyarakat. Sehingga Dana Desa tersebut peruntukannya tidak hanya berupa bentuk bangunan fisik saja, tetapi juga membantu meningkatan ekonomi kerakyatan seperti pembinaan songket yang dianggarkan melalui APBDes. Hal ini telah disampaikan pada Musrembang Desa dan walikota mendukung upaya peningkatan ekonomi kerakyatan tersebut menggunakan APBDes.

Kemudian, untuk pemasaran songket tersebut pemerintah kota terus melakukan promosi melalui Koperasi Industri Kerajinan Rakyat (Kopinkra). Selain promosi, kopinkra juga menyediakan penjualan peralatan songket. Promosi dilakukan ditingkat Kota dan Nasional melalui pameran-pameran. Kemudia, promosi juga dilakukan melalui ivent kota, seperti Sawahlunto Internasional Songket Carnaval (Sisca) dan Hari Jadi Kota Sawahlunto.

Untuk meningkatkan daya jual songket masyarakat, maka pemerintah kota menjual ke Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk memakai songket dalam kedinasan. Maka, langkah ini diharapkan akan membatu bagi masyarakat menambah pendapatan mereka. Kemudian, pengusaha dan pengumpul juga ikut serta mempromosikan kongket Silungkang melalui relasi dan perantau yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kemudian, disamping meningkatkan ekonomi masyarakat maka didukung dengan masyarakat yang religius. Maka, pemerintah telah dicanangkan maghrib mengaji dan satu jam tanpa menyalakan televisi, kemudian gerakan subuh berjamaah.

Magrib mengaji dan subuh berjamaah ini telah dilakukan serta diminati masyarakat, maka upaya ini terus ditingkatkan sehingga 7,7 persen masyarakat kota sawahlunto yang melaksanakan terdiri dari 48 mesjid dengan jemaah rata-rata sebanyak 50 orang, kemudian, 176 mushalla dengan jemaah rata-rata 10 jemaah yang melaksanakan shalat Subuh.

Untuk menjalankan program shalat subuh berjemaah tersebut di mulai dari pemerintah kota beserta Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Program tersebut bertujuan untuk menyiapkan diri sebagai pribadi memiliki pendirian dan iman yang kuat.

Pemerintah Kota mengajak masyarakat untuk shalat subuh berjemaah di masjid. Maka, pemerintah kota telah menjalankan program ini untuk berkeliling melaksanakan shalat shubuh ke masjid-masjid yang ada di kota Sawahlunto. Hari ini merupakan subuh yang kesembilan kali shalat subuh berjemaah di masjid bersama dengan jemaah masjid. Langkah yang dilakukan Pemerintah kota dengan mendatangi masjid-masjid untuk mengikuti shalat subuh berjamaah, dengan cara menggilirkan masjid yang kunjungi untuk melihat shalat subuh berjamaah.

No comments:

Post a Comment