Thursday, June 8, 2017

Geliat Kerajinan Bambu Desa Tumpuak Tangah, Promosi Pasar Melalui Ivent Kota

Dusun Batu Kakok, Desa Tumpuak Tangah, Kecamatan Talawi memiliki 125 KK. Dusun Batu Kakok salah satu dusun yang tergabung dalam kampung produktif mempunyai satu kelompok pengrajin anyaman bambu. Dalam kelompok tersebut terdiri dari 10 orang pengrajin bambu untuk membuat anyaman sesuai dengan pesanan. 

"Tahun 2012 lalu di Dusun Batu Kakok memiliki Pusat Pelatihan Anyaman berupa Sanggar Anyaman Bambu. Namun, sanggar tersebut tidal lagi berjalan sebagaimana seharusnya, karena ketua sanggar tidak lagi berada di tempat. Ketua sanggar pindah ke Padang bersama keluarga sehingga Sanggar Anyaman Bambu tidak lagi jalan," ujar Damris Mantari Nyalo, Kepala Dusun Batu Kakok, Desa Tumpuak Tangah, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, kepada Penulis, Selasa, 6 Juni 2017.

Ia melanjutkan bahwa keberadaan sanggar tersebut pada masa kejayaannya telah banyak membina dan melatih kader dengan baik. Berbagai produk anyaman bambu pun dipelajari dan dikembangkan kepada masyarakat. Sampai pada tingkat kesulitan pun bisa dilakoni seperti membuat rantang yang bertingkat. 

"Sanggar tersebut fakum sejak tahun 2014 silam karena ketua sanggar pindah ke Padang. Semenjak itu, tidak ada lagi aktifitas di sanggar tersebut untuk memdapatkan ilmu anyaman baru. Namun, anggota sanggar masih ada dan membuat anyaman bambu di rumah masing-masing. Kemudian, pengrajin membuat rantang bungkusan nasi yang dibuat oleh masyarakat," katanya.

Rantang untuk mengantarkan nasi pun bisa di buat oleh anak sanggar. Semuanya berbahan bambu termasuk bahan penjinjing rantang tersebut dibuat menggunakan bahan yang terbuat dari bambu," sebutnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa saat ini anggota sanggar masih tetap memproduksi produk anyaman bambu di rumah masing-masing. Kemudian didusun Batu Kakok ada sekolompok pengrajin anyaman bambu. Kelompok tersebut ada memproduksi anyaman bambu secara bersama dan ada pula sendiri-sendiri.

"Namun yang menjadi keluhan bagi pengrajin saat ini adalah sulitnya pangsa pasar produk anyaman. Karena tidak ada pangsa pasar tempat bembuangan produk anyaman bambu sehingga produksi berkurang. Hanya saja memproduksi anyaman bambu sesuai dengan permintaan konsumen. Karena sebelumnya dibuat semuanya jenis jerajinan bambu, seperti bakul, niru, sapu lidi warna warni dan sebagainya," akunya.

Syahruni, Sekretaris Desa Tumpuak Tangah Kecamatan Talawi mengatakan bahwa Desa Tumpuak Tangah memiliki 596 KK terdiri dari 6 Dusun. Desa Tumpuak Tangah merupakan kampung produktif anyaman bambu. Ada sebanyak 25 KK terdiri dari dua kelompok pengrajin anyaman bambu. Dalam kelompok tersebut ada 10 orang anggota dan ada yang 15 orang anggota dalam kelompok. 

 "Untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan, sebagai kampung produktif Desa Tumpuak Tangan memprogramkan pelatihan kepada pelaku dan pengrajin anyaman bambu. Pelatihan tersebut guna untuk meningkatkan kualitas produksi anyaman bambu yang siap bersaing di pasar," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa untuk permodalan bagi pelaku usaha dan pengrajin anyaman bambu diberikan bantuan modal dari Baznas. Namun, untuk pangsa pasar penjualan hanya dilakukan pada masyakat sekitar. "Untuk pasar khusus penjualan anyaman bambu yang terencana belum ada karena tidak ada tempat dan lokasi khususnya di Desa Tumpuak Tangah," katanya.

Sementara itu, Badan Usaha Milik Desa (BumDes) juga belum berjalan maksimal karena belum memiliki kantor yang representatif. Sebab, BumDes tersebut diharapkan mampu menjual dan membeli produk kerajinan tangan. Maka, produk tersebut tentu akan disimpan kator BumDes, sedangkan BumDes belum ada kantor. "Ini menjadi suatu kendala bagi kita untuk menjalankan BumDes. Selain hasil kerajinan tangan BumDes juga akan mencanangkan pembelian produk pertanian masyarakat seperti Kakao dan Pinang berkerja sama dengan pihak ke tiga," paparnya.

Kemudia, lanjut dia, selain kerajinan bambu di Desa Tumpuak Tangah juga terdapat home industri (industri rumah tangga) lainnya seperti bertenun songket, Pupuak Kompos, menjahit gorden, Minyak Tanak Kelapa, dan Kue Pesanan. "Sehingga untuk menambah penghasilan keluarga banyak lahir home industri maka diresmikan oleh pemerintah kota sebagai kampung produktif," katanya.

Asril Hasan, Camat Talawi mengatakan bahwa Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto terdiri dari sebelas desa yang memiliki potensi dan keunggulan masing-masing. Ada dua desa yang telah dicanangkan penjadi kampung produktif, yakni Desa Sikalang dan Desa Tumpuak Tangah. Kedua desa ini telah diresmikan menjadi kampung produktif oleh pemerintah kota dan akan mengikuti desa-desa lainnya.

"Pemerintah kota mencanangkan kampung produktif dengan satu desa memiliki satu prodak dan keunggulan. Kampung produktif ini untuk peningkatan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan masyarakat," Ujarnya. 

Ia menyebutkan bahwa potensi yang dimiliki oleh Desa Sikalang adalah kelompok pembuat tempe dan kelompok membuat kerupuk Belinjo (Baguak). Kemudian, kelompok pemuda pembuat sablon dikenal dengan nama kelompok Asika.

"Kalau Desa Tumpuak Tangah potensinya adalah kerajinan Bambu sebagai industri rumah tangga (home industri). Kerajinan "songgen" pembuat berbagai kerajinan berbahan bambu seperti membuat Niru. Membuat pot bunga, renteng tempat meletakan air mimun, membuat tempat tissu dan lain sebagainya," katanya.

Ia menjelaskan bahwa kerajinan tangan berbahan bambu tersebut terus dilakukan pengembangan dan inovasi agar pangsa pasarnya lebih terarah. Pengrajin tidak hanya sekedar membuat Bakul dan Katidiang saja, namun telah mampu berinovasi. Seperti saat ini, pengrajin telah mulai membuat kotak untuk pembuatan tempat penyimpanan songket.

"Jadi, saat ini jika pembelian songket tersebut telah dibungkus dengan kotak yang terbuat dari anyaman bambu. Kemasan songket tersebut dibuat dengan tujuan agar songket terlihat lebih elegan dan lebih mewah," sebutnya.

Kemudian, lanjut dia, pangsa pasar yang telah disiapkan adalah penjadikan momen dan kegiatan kota untuk ajang promosi prodak unggulan seperti kerajinan "Songgen", Pembuat Tempe Olahan dan Sablon. "Kerajinan bambu ini masih dalam bentuk kelompok tidak berdasarkan individi. Ada empat kelompok pengrajin bambu di Desa Tumpuak Tangah. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang untuk meningkatkan hasil produksi anyaman bambu," paparnya.

Asril mengatakan bahwa selain kerajinan bambu kemasan songket ada pula kejarianan bambu yang untuk membuat Payuang Kote Desa Bukit Gadang Dusun Tobak Jayo. Satu prodak dan satu keunggulan di setiap Desa akan diikuti oleh desa yang lain. Kemudian, untuk pemasarannya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ada di masing-masing desa.

"Pencanangan setiap desa memiliki satu prodak dan keunggulan sedang dilakukan terutama dibidang perkebunan seperti Desa Talawi Mudiak, keunggulannya adalah Kelengkeng, Desa Talawi Hilir keunggulannya buah Naga dan Nangka Mini. Maka, pemasarannya masih dalam lingkup kecil, jika ada kegiatan di kantor pemerintahan seperti di Kecamatan Talawi ini," katanya. 

Deswanda, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sawahlunto menyebutkan bahwa pemerintah kota Sawahlunto telah mencangkan kampung produktif. Ada lima kampung produktif yang diresmikan seperti Dusun Luak Badai memiliko kerajinan songket, Dusun Kayu Gadang produksi sepatu, Desa Sikalang memproduksi Konfeksi, Desa Rantiah kerajinan tangan dan Desa Tumpuak Tangah produksi anyaman bambu. Pemerintah Kota Sawahlunto menargetkan 8 Kampung produktif hingga tahun 2018 mendatang.

"Kampung Produktif bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Produksi kerajinan tangan seperti kerajinan bambu yang ada di Desa Tumpuak Tangah sebagai pendapatan tambahan bagi keluarga," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa untuk peningkatan pasar produksi kerajinan bambu terus dilakukan terutama dalam internal kota Sawahlunto. Pengarajin di Desa Tumpuak Tangah Kecamatan Talawi memiliki tiga kelompok pengrajin bambu. Pembuatannya ada dilakukan secara berkelompok dengan ditempatkan pada suatu tempat untuk dipasarkan.

"Upaya pemerintah kota melakukan pembinaan terus dilakukan terutama memberikan pelatihan terharap pengrajin anyaman bambu. Pengrajin tersebut diberikan pelatihan membuat motif berbagai bentuk anyaman bambu yang diberikan kepada masyarakat pengrajin anyaman bambu. Karena selama ini pengrajin hanya membuat bakul, katidiang dan niru saja serta belum ada inovasi. Maka dari itu diperilah pelatihan kepada pengrajin anyam bambu membuat motif yang lebih menarik," katanya.

Selanjutnya, untuk pemasaran anyaman bambu pemerintah kota berusaha melakukan pengembangan dengan mengadakan pameran. Memang saat ini pemasan anyaman bambu tersebut dilakukan tingakat internal dalam kota. Artinya, pemasaran anyaman bambu tersebut hanya dilakukan tingkat kota Sawahlunto. 

"Upaya pemerintah kota melakukan pemasaran dengan cara setiap kegitan formal seperti rapat, telah membeli bungkusan snack yang terbuat dari anyaman bambu. Sehingga produksi anyam bambu berupa kemasan snack tetap terpasarkan dikalangan pemerintahan. Hal ini sebagai langkah awal untuk pangsa pasar produksi anyaman bambu yang ada di kota ini. Namun, untuk jangka panjang tentu promosi terus dilakukan yang berkaitan dengan ivent kota, baik itu berskala nasional maupun internasional," katanya.

Ia mengungkapkan bahwa sebelumnya masyarakat pengrajin bambu hanya membuat bakul dan niru saja yang di jual kepasaran tradisional. Namun, belum banyak masyarakat, khususnya pengrajin yang berinovasi untuk membuat motif anyaman lainnya seperti tempat, penyimpanan pensil, tempat menyimpan tisu dan lain sebagainya. Maka, dari itu pemerintah kota memberikan pelatihan kepada pengrajin agar bisa membuat anyaman bambu yang lebih kreatif dan menarik.

"Kita tetap menghimbau masyarakat yang sebelumnya membuat kerajinan bambu berupa niru, Ketidiang, Bakul dan terus ditingkatkan. Namun, inovasi terus dilakukan seperti membuat tempat pensil. Kalau tempat pensil pangsa pasarnya di sekolah, memudian tempat tisu di pengsa pasarnya di perkantoran pemerintah. Dekranasda Sawahlunto juga membantu pemasarannya untuk dipromosikan produk kerajinan bambu khususnya kampung produktif Desa Tumpuak Tangah," paparnya.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah kota juga telah memberikan bantuan kepada kelompok pelaku kerajinan bambu. Dua kelompok pengrajin anyaman bambu tersebut untuk biaya modal usaha telah disalurkan kepada pengrajin. Kelompok pengrajin bantuan permodalan dibantu oleh Baznas Kota Sawahlunto. "Untuk kelompok pengrajin lainnya memang belum mendapatkan bantuan modal usaha. Namun, proposal bantuan modal usaha industri kreatif telah masuk hanya saja tinggal menunggu transfer dana dari Kementerian Industri Ekonomi Kecil Menengah. Jadi, tidak ada kelompok yang tidak dibantu permodalannya. Perbantuan modal dari kementerian sebesar Rp12 juta untuk kelompok," lanjutnya.

Bantuan lainnya dari pemerintah kota berupa stiker pelengkap yang dipasang pada kemasan snack. Stiker tersebut disebarkan sebanyak 100 lembar kepada pengrajin kemasan snack. Kemudian, untuk kemasan songket yang terbuat dari bambu belum menemukan bentuk kemasan yang pas. Sehingga belum bisa dijadikan sebagai bentuk kamasan bisa dikomersilkan. "Kita terus melakukan inovasi untuk kemasan Songket Silungkang sehingga terlihat lebih menarik dan lebih elegan. Kita dorong terus pengrajin agar selalu berkarya lebih kreatif sehingga hasil anyaman bambu tersebut bisa bersaing dan bisa menambah pendapatan keluarga," paparnya.

No comments:

Post a Comment