Guru merupakan ujung tombak bagi
anak didik yang turun langsung ke lapangan menanamkan nilai-nilai budaya dan
sejarah. Sejarah menjadi penting untuk sebuah kajian ilmu serta menyadarkan
kembali generasi bangsa akan pentingnya sejarah. Kemudian menyadarkan generasi
bangsa untuk penyelamatan arsip dilapangan serta benda sejarah lainnya yang ada
di tengah masyarakat. Sejarah tidak dianggap sebuah kajian dan bidang studi
pada anak bangsa, ungkap Nurmatias, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya saat
memberikan kata sambutan acara Workshop Historiografi dan Sosialisasi
Peninggalan Sejarah dan Budaya yang diselenggarakan oleh Masyarakat Sejarah
Indonesia (MSI) Cabang Sumatera Barat, di Aula Kantor Pelastarian Nilai Budaya
jalan raya belimbing no 16 A Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Sumatera
Barat pada Sabtu, 3 November 2014.
Dia melanjutkan, sejarah tidak
menjadi sebuah kajian bidang studi saat ini karena telah banyak gerasi bangsa
yang lebih percaya pada media sosial untuk pengetahuan sejarah. Pada hal media
sosial tersebut kebenaran data dan keabsahannya serta bukti sejarah yang akurat
masih bisa diraguna dibandingkan dengan buku sejarah atau tulisan sejarah.
Untuk itu, isu tersebut menjadi penting dibahas agar tidak salah kiprah dalam
pemahami sejarah bagi gereasi bangsa. Kemudian bagaimana anak bangsa bisa
memahami sejarah ditengah masyarakat dan pengetahuan global saat ini.
Selanjutnya, Nurmatias menjelaskan
bahwa direktorat sejarah dan nilai budaya mencanangkan program bahwa bagi
penulis-penulis sejarah yang amatir akan diberikan sertivikasi. Maksudnya
Penulis amatir tersebut adalah penulis yang tidak profesional atau keluaran
dari sejarahwan dan secara ke ilmuan penulis sejarah tersebut tidak berasal
dari akademisi sejarah. Namun penulis tersebut sering menulis tentang sejarah.
Maka, penulis seperti inilah yang akan disertivikasi, sehingga pada akhirnya
dengan dimilikinya sertifikat tersebut penulis tersebut telah bisa menjadi
konsultan sejarah. Sama halnya dengan dokter, apa bila mereka tidak mengambil
profesi mereka tidak dibenarkan untuk membuka praktek. Sejarawan kita berharap
juga seperti itu, mereka bisa menulis sejarah tentu dengan rumusan tertentu dan
kaidah-kaidah yang ada," jelasnya.
Dia melanjutkan penulis amatir
tersebut yang akan memiliki sertivikasi dengan menulis sejarah sesuai dengan
kaedah-kaedah sebuah tulisan sejarah, maka penulis tersebut layak menjadi
sejarah dan boleh menulis tentang sejarah, tanpa harus keluar dari tamatan
akademisi sejarah. "Selanjutnya, sejarah apabila di catat maka sejarah
akan menjadi milik masyarakat. Kemudian, sejarah tersebut tidak hanya politik
peralihan kekuasaan saja, namun sejarah akan lebih luas pemahamannya termasuk
salah, arkeologi, benda peninggalan sejarah, budaya, nilai-nilai. Sehingga
sejarah akan menjadi kajian lebih meluas," lanjutnya.
Lebih lanjut Nurmatias mengungkapkan
bahwa perkembangan budaya dan peradaban merupakan sejarah. Jika hal tersebut
ditulis maka, hal tersebut akan menjadi milik masyarakat. Kemudian interaksi
nilai-nilai sejarah yang ditanamkan pada generasi muda dan anak-anak sekolah.
Sementara itu, sejarah menjadi sangat penting. Karena pondasi sejarah kalau
tidak mengerti terhadap sejarah, maka kita tidak mengetahui sejarah darimana
kita berasal. "Sejarah itu berulang-ulang, maka dampak yang akan terjadi
jika kita tidak kenal sejarah, gerasi bangsa akan lemah dan akan menerima saja
keadaan sejahnya masing-masing. Misalkan sejarah perjuangan melawan PKI, bahwa
sejarah telah mengatakan bahwa PKI telah merusak sistem kepemerintah dimasa
itu. Hingga saat ini PKI kembali menjadi perbincangan hangat. Jika sejarah
seperti ini tidak diketahui oleh genarasi bangsa ini akan merusak generasi
bangsa. Maka etika moral yang disampaikan kepada generasi bangsa melalui
sejarah agar bisa mengetahui sejarah sebernarnya," jelasnya.
Dia mengaku bahwa generasi bangsa
saat ini transpormasi tuntunan sejarah lebih mempercayai media sosial
dibandingkan tulisan buku sejarah. Padahal media sosial tersebut untuk
pemahamannya kembali belum bisa di ukur ke aotentik data, kemudian kaedah yang
ada dalam kepenulisan sejarah. "Hasil sebuah nilai budaya serta sejarah
ini mampu memberikan pancingan memori kolektif, serta penanaman karakter
terhadap anak bangsa. Dengan penulisan sejarah tersebut menumbuhkan semangat
patriotik yang harus ada pada anak bangsa. Karena selama ini, stikma dianggap
sebagai negara yang malas berjuang. Maka, untuk membentingi yang tersebut harus
menulis sejarah untuk mendapatkan pengetahuan efolusi pikiran bagi generasi
bangsa. Maka dari itu, perlu suatu pengelompokan dan penghargaan berupa
sertivikasi bagi penulis sejarah serta harus diakui sebagai karya sejarah
lembaga profesi. Sehingga bisa dipertanggung jawabkan ke absahannya sesuai
dengan kaedah-kaedah yang ada,” akunya.
Amurwani Dwi Lestari, Direktorat
Sejarah dan Nilai Budaya menyebutkan bahwasanya dalam penyampaian informasi
sejarah sebagai teladan kehidupan. Kemudian guru-guru memberikan sebuah
pencerahan terhadap sejarah berdasarkan tahun peristiwa yang ditulis. Guru-guru
yang lebih berkiprah dalam memberikan pemahaman sejarah dan nilai kepada anak
bangsa saat ini. Dalam hal ini, Amurwani Dwi Lestari kembali pempertegas bahwa
penulis sejarah amatir akan diberikan sertivikasi sebagai bukti penulis yang
diperbolehnya sebagai penulis sejarah. Meskipun tidak berasal dari sejarah yang
propesional, kemudian dari latar belakang yang berbeda serta metodologi penulis
sejarahnya. Penulis amatir ini secara kepenulisan sejarah, penulisnya tetap
sadar dengan kaedah penulisan sejarah. Penulis sejarah juga melalui prosedur
penulisan sejarah sesuai pengkajian dengan kepentingan sejarah tertentu.
Penulis seperti ini bisa menjadi konsultan sejarah dan penulis sejarah.
"Pemerintah akan mencanangkan
program sertivikasi penulis sejarah ini pada tahun 2016 mendatang. Meskipun
kita sudah sangat terlambat dari pada profesi yang lain seperti pengacara dan
dokter. Namun pemerintah akan tetap berupaya mensosialisasikan sertivikasi
tersebut agar sejarah dan nilai budaya tetap catat serta di tulis. Kemudian,
penulis sejarah yang akan mendapat sertivikasi tersebut adalah penulis yang
menulis sejarah berdasarkan prosedur penulisan, kaedah-daedah serta setingan
penulisan berdasarkan sejarah," jelasnya.
Dia melanjutkan meskipun dalam
penulisan fiksi juga banyak menggunakan mutan-muatan dan idiom sejarah, namun
belum bisa dikatakan penulis sejarah. "Karya fiksi dengan pendekatan
sejarah, maka penulis dan sastrawan tersebut jika mereka berhak mendapatkan
sertivikasi maka akan diberikan. Sama halnya sedengan wartawan, mereka juga
akan bisa dikatakan penulis amatir yang akan mendapatkan sertivikasi, seperti
Gunawan Muhammad yang juga banyak menulis sejarah. Kita akan menjadikan beliua
menjadi pembicara dalam membahas sertivikasi ini nantinya," lanjutnya.
Undri pembicara pada workshop
Historiografi dan sosialisasi peninggalan sejarah dan budaya mengatakan sejarah
dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan
sehari-hari bahkan dari itu, sejarah dapat dijadikan pelajaran. "Dalam
pelestarian nilai budaya bersumber dalam bidang kesejarahan, dimuai dari guru
sejarah, peneliti sejarah, pramuwisata yang bergerak dibidang sejarah menjadi
corong untuk menjelaskan informasi objek sejarah, juru pelihara objek sejarah
dan sebagainya," katanya.
Dia menjelaskan bahwa pelestarian
nilai sejarah tidak terlepas dari hakekat dari sejarah sebagai kaidah masa
lampau dari manusia. "Masa lampau tersebut dapat dipahami dengan
perspektif kesejarahan. Sejarah tidak lepas mengungkapkan aktifitas manusia
dimasa lampau. Sebab, tidak belajar dari sejarah makan kita akan tetap menjadi
kanak-kanak untuk selamanya. Maka sejarah itu menjadi penting bagi kehidupan,
karena sejarah mengungkapkan peristiwa masa lampau dengan melukiskannya untuk
kepentingan masa kini. Sejarah sarana untuk berdialok antar masa lampau dan masa
kini, sehingga masa lampau tidak sirna begitu saja tanpa fungsi,"
jelasnya.
Pembicara Defrizal Kasi Sepur Bidang
Kebudayaan Disdikbud Sumbar menyebutkan bahwa, sejarah menjadi penting untuk
mendidik anak bangsa. "Sebab, jika tidak mengerti dengan sejarah darimana
mereka berasal dapat dipastikan bahwa mereka tidak mengetahui peradaban serta
budaya masing-masing. Budaya sebagai nilai yang harus dijadikan proritas dan
tidak hanya sekedar perlomaan seni budaya. Namun sejarah lebih mengarah pada
pembentukan karakter dan budaya. Maka, hal ini menjadi tanggung jawab bersama
bagi guru-guru sejarah yang mengajarkan sejarah pada generasi bangsa. Perlu
perumusahan dan rancangan pembelajarah sejarah yang perlu dipersiapkan untuk
memberikan pembelajaran serta pemahaman sejarah terhadap generasi bangsa,"
sebutnya.
Maka dari itu, para guru yang
mengajarkan sejarah juga harus memberikan stimulus pada generasi bangsa untuk
memahami sejarah sebagai pembelajaran serta pembinaan karakter terhadap
generasi bangsa. "Kemudian, sejarah dapat diminati sebagai pedoman
kebidupan dan sebagai sebuah pelestarian budaya bagi generasi bangsa,"
kantanya.